Monterrey di Gunung Kidul, Pada Mulanya Harapan

Kamis, 11 Oktober 2018 - 07:12 WIB
Monterrey di Gunung...
Monterrey di Gunung Kidul, Pada Mulanya Harapan
A A A
Jam belum menunjukkan pukul 20, Sabtu (29/9) malam itu. Di salah satu vila Radika Paradise, saya dan beberapa teman masih memilih untuk melenturkan otot yang kaku usai offroad ke Timang dan Pok Tunggal. Ruangan yang bersih, sejuk, dan kasur tebal empuk cukup menggoda tubuh letih untuk sekadar rebah sesaat.

Dalam hening, terdengar alunan musik lamat-lamat. Mata nyaris lelap kalau saja perut tidak berteriak lapar. Jarum jam hampir menuding pukul 21, ketika kami meninggalkan vila, menuruni belasan anak tangga, lalu menyusuri lorong berbatu susun menuju restoran yang berada di atas bukit.

Malam itu, pemilik Radika Paradise, Cyrillus Harinowo ada di tengah kami para wartawan. Ia tidak berjarak dengan kami. Pengamat ekonomi asal Yogyakarta itu, satu meja dengan saya. Bunyi musik yang cukup keras -kebetulan sound ada di dekat meja kami-tidak menghalangi kami untuk ngobrol selepasnya.

Saya berbisik kepadanya kalau saya sangat senang bisa duduk berhadapan muka dengannya. Dia tersenyum. Sempat saya lontarkan satu-dua pertanyaan terkait vila-vila yang menurut saya unik dan memiliki pesan dan makna tersendiri.

Usai makan malam, sharing session dibuka. Tak terduga kalau acara dialog ini dibuka dengan satu persembahan lagu dari Pak Rhino, begitu disapa. Crazy, lagu dari Julio Iglesias dibawakannya dengan sempurna. “...I’m crazy for trying, I’m crazy for crying. And I’m crazy for loving you” disambut tepuk tangan membahana.

Selanjutnya, satu demi satu wartawan melontarkan pertanyaan kepadanya terkait geliat pariwisata di Gunung Kidul. Pertanyaan-pertanyaan itu membawanya ke tahun 2010.

Ia lalu mengisahkan. Delapan tahun silam, lewat tulisannya di Koran Sindo, dirinya berharap suatu waktu Gunung Kidul bakal menyerupai Monterrey. Monterrey, sebuah kota di Pantai Barat Amerika Serikat. Letaknya sekitar 200 kilometer di sebelah selatan Kota San Fransisco, tidak jauh dari pantai Santa Cruz.

Pemandangan di Monterrey, di mana ada lapangan Pebble Beach Golf Course yang dibangun di padang batu karang di tepi Samudra Atlantik membuatnya begitu yakin Gunung Kidul yang memiliki ciri sama, suatu ketika bisa menyerupai Monterrey.

Rupanya memang, ulasan perbandingan yang mengandung harapan kala itu telah menggerakkan energi banyak pihak. Tak terlalu lama setelah ulasan harapan itu, pada 2011, Gua Pindul yang terletak di Desa Beriharjo di Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul mulai dibenah.

Semua pihak, pemerintah dan non pemerintah, ambil peran. Pihak perbankan, misalnya PT Bank Central Asia (BCA), ikut ambil peran, misalnya memberikan pelatihan soft skill kepada Karang Taruna. Mereka diberi pelatihan di bidang pengelolaan keuangan, wisata digital marketing, kepemimpinan, layanan prima, standar layanan, pengelolaan dan penyajian makanan, plus team building.

Selain itu, BCA juga menyediakan mesin Electronic Data Capture (EDC), menyiapak fasilitas yang memudahkan pembayaran melalui Flazz, kartu debit dan kartu kredit. Selain itu, juga dibangun fasilitas toilet, joglo pengunjung, sarana parkir, serta pendopo.

Hasilnya Goa Pindul yang memiliki daya tarik sungai dalam gua sepanjang 350 meter dengan lebar 5 meter itu menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan, baik asing maupun lokal.

Menurut data BPS Kabupaten Gunung Kidul, sejak 2011, jumlah wisatawan asing yang datang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari sektor pariwisata, Kabupaten Gunung Kidul berhasil mengantongi income senilai Rp2 miliar per tahun.

Pemerintah menargetkan jumlah wisatawan pada 2019 mencapai 20 juta. Lagi-lagi, malam itu Cyrillus yang juga Komisaris Independen BCA, sangat yakin angka 20 juta wisman bisa tercapai.

Dasarnya, pemerintah telah menetapkan Candi Borobudur sebagai salah satu dari 4 destinasi super prioritas. Untuk menopang itu, pemerintah juga sedang membangun New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang rencananya akan rampung pada 2019.

Demi mempersingkat waktu ke distinasi wisata, dari NYIA dibangun Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS). Diperkirakan, perjalanan dari NYIA ke beberapa resort termasuk Radika Paradise, sekitar satu seperempat jam. Dengan itu peluang untuk menarik lebih banyak wisatawan akan menjadi lebih besar.

Menurut Cyrillus, pencapaian saat ini boleh dibilang baru tahap permulaan. "This is just begininng. Gunung Kidul akan nenggelinding seperti bola salju yang terus membesar”.

Karena pemerintah sangat agresif menyiapkan membangun infrastruktur dan akses untuk memudahkan para wisatawan. Termasuk menyiapkan masterplan spot wisata yang dibangun secara tematik. Beberapa spot wisata, misalnya, akan difokuskan untuk kegiatan tertentu.

"Ada pembagian zonasinya. Pantai Sepanjang rencananya dikembangkan sebagai lokasi sport tourism, dan menjadi marketplace yang akan dibangun secantik mungkin," tutur Cyrillus.

Pembagian zonasi ini tentu akan memudahkan pihak swasta untuk ambil peran dalam akselerasi pariwisata. Jika semua pihak ambil peran dan semua potensi wisata dibuka, maka bukan mustahil Monterrey yang mulanya hanya harapan akan menjadi kenyataan.

Namun daya dukung yang tak boleh diremehkan adalah sumber daya manusia (SDM).
Menurut pengakuan Cyrillus, kualitas SDM Gunung Kidul sudah jauh lebih maju dibandingkan beberapa tahun silam. Ini tidak lepas dari upaya pemerintah maupun pihak swasta yang terus memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada para masyarakat dan pelaku-pelaku pariwisata .

“Seperti saat BCA meresmikan Gunungkidul, kami memberikan pelatihan kepada warga dan karang taruna setempat. Kedepannya, masih banyak lagi pelatihan-pelatihan yang akan diberikan," tukasnya.

Menutup diskusi di restoran Radika Paradise malam itu, Pak Rhino membawakan Setangkai Anggrek Bulan. Lagu ini duet dengan istrinya tercinta. Suasana begitu indah dan romantis.

Berada di atas ketinggian dan ruangan yang dirancang terbuka, membuat mata bisa melihat ke semua penjuru. Melemparkan pandangan ke selatan, tampak temaram lampu-lampu dari resort yang menempel di pantai. Serasa malam itu sedang berada di atas kapal pesiar.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1332 seconds (0.1#10.140)