Komedian Abdel Beberkan Masa Remaja lewat Buku Anak Pancong

Sabtu, 20 Oktober 2018 - 16:29 WIB
Komedian Abdel Beberkan Masa Remaja lewat Buku Anak Pancong
Komedian Abdel Beberkan Masa Remaja lewat Buku Anak Pancong
A A A
JAKARTA - Remaja era 1980-1990-an berbeda dengan remaja milenial? Misalnya untuk masalah kekompakan. Tentu saja berbeda jauh. Nah, komedian Abdel Achrlan merasakan betul pergaulan di eranya itu. Dia pun berbagi kisah lewat buku Anak Pancong.

Buku setebal lebih dari 270 halaman yang disunting oleh Laksamana Pertama TSNB Hutabarat yang kini menjabat Wakil Komandan Sekolah Staf dan Komando (Wadansesko) Angkatan Laut dan Sutan Erles itu tak hanya sekadar bernostalgia, tetapi berusaha menginspirasi generasi penerus untuk lebih maju.

Abdel yang sukses lewat sitcom Abdel dan Temon yang ditayangkan GTV mengatakan, Anak Pancong mengungkap tongkrongan remaja di warung kopi di seputaran Terminal Rawamangun pada era pertengahan1980-an sampai pertengahan 1990-an. Meski berisi kisah tentang tongkrongan yang penuh canda, Abdel menyebut buku Anak Pancong digarap dengan serius.

“Bisa dilihat kan dari penyuntingnya? Jenderal bintang satu sama wartawan senior! Terus, yang kasih endorse di buku itu ada Pak Anies [Baswedan, Gubernur DKI Jakarta], seniman yang mantan Gubernur Banten Bang Rano Karno, Andi F. Noya, dan kolega saya komika dan sutradara papan atas Raditya Dika,” kata Abdel.

Bagi komedian senior ini, tongkrongan Anak Pancong menjadi salah satu tempat yang menempa dirinya, termasuk mengasah kemampuannya dalam melemparkan kelucuan-kelucuan yang amat berguna bagi perkembangan karienya. “Temen saya banyak yang lucu-lucu, bahkan mungkin lebih lucu dari saya," tutur dia.

Anak Pancong sendiri diambil dari anak-anak yang suka nongkrong di warung kopi yang juga jual kue pancong. Lokasinya persis di sebelah Terminal Rawamangun, Jakarta Timur. “Tapi sekarang warungnya sudah enggak ada,” ujarnya.

Di buku itu, Abdel menceritakan semasa SMA, di mana dirinya sempat ngamen dari rumah ke rumah di seputaran Rawamangun bersama teman-temannya. Menurut dia, uang yang diperolah dari ngamen itu bukan tujuan utama.

“Anak Pancong banyak yang hidup berkecukupan kok. Jelas bukan uang deh yang kita cari waktu itu. Kebetulan, Anak Pancong banyak yang suka musik. Ngamen mungkin salah satu cara kita ngetes mental kali ya," kata Abdel.

“Orang di balik penerbitan buku ini ya Jenderal Cokky [panggilan akrab TSN B Hutabarat] dan lres [panggilan akrab Eries] itu. Mereka kakak kelas saya, tetapi kebetulan saya dulu satu tongkrongan. Saya kebagian nyumbang tulisan,” jelasnya.

Laksamana Cokky menyebut persiapan peluncuran buku itu termasuk ngebut karena sebagian anak Pancong yang menyumbang tulisan ini merupakan orang yang sibuk sehingga tak memiliki banyak waktu.

“Sudah enggak gampang mengumpulkan mereka lagi seperti dulu. Rasa kebersamaan yang membuat orang-orang sibuk itu mau menyempatkan diri untuk menulis demi buku ini. Contohnya Mas Naufal dan bro Yulius yang Ikutan menyumbang tulisan,” kata Cokky.

Menariknya, pertemanan Anak Pancong terus berlangsung sampai sekarang. Mereka masih suka kumpul-kumpul. “Buku ini buat kenang-kenangan kami dan juga anak-anak kami, biar mereka tahu gimana dulu bapaknya nongkrong semasa remaja,” tutup Cokky.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5845 seconds (0.1#10.140)