Lola Amaria Gemakan Pancasila di Selandia Baru
A
A
A
JAKARTA - Lola Amaria kembali memperlihatkan film terbarunya, Lima di luar negeri. Setelah menyambangi sejumlah negara, kali ini film yang menggemakan Pancasila itu diputar di Selandia Baru, tepatnya di Ruang Bali di gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wellington, akhir pekan lalu.
Wellington sendiri menjadi kota kedua di Selandia Baru yang dikunjungi tim Lola Amaria Production, setelah sebelumnya sukses ditayangkan di Christchurch, dimana film ini disaksikan Persatuan Pelajar Indonsia (PPI) New Zealand, PPI Christchurch, PPI Wellington dan PPI Auckland. "Kita juga akan memutar film ini di Auckland," kata Lola.
Sutradara Labuan Hati ini berharap, mereka yang menyaksikan film Lima dapat pulang dengan membawa pandangan positif tentang toleransi, kebhinnekaan dan semakin memperkuat semangat kebangsaan. WNI yang berada di New Zealand juga merasa terbangun lagi jiwa nasionalisnya.
“Sangat bagus sekali. Film ini (Lima) menggambarkan toleransi yang begitu besar dalam kehidupan, terutama di negara tercinta, Indonesia. Dan pelajaran penting untuk selalu berkeadilan dalam menjalani kehidupan ini,” ujar salah seorang penonton yang hadir di acara tersebut.
Seperti diketahui, film Lima ini dikerjakan oleh lima sutradara. Selain Lola Amaria, ada juga Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Adriyanto Dewo dan Harvan Agustriansyah. Masing-masing menggarap setiap Sila dari Pancasila dan disatukan menjadi plot cerita utuh.
Film berdurasi 110 menit ini mengangkat kisah pentingnya toleransi dan kebhinekaan yang saat ini terancam dengan nilai-nilai chauvinistik terhadap golongan, ras atau agama tertentu. Pesan yang ingin diangkat, Pancasila, terutama sila ketiga: 'Persatuan Indonesia' tidak akan terberangus dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Duta Besar Indonesia Tantowi Yahya menekankan bahwa Pancasila adalah guiding principle yang magis karena mampu menyatukan Indonesia yang sangat beragam. "KBRI dan masyarakat Indonesia di Wellington beruntung dengan kedatangan seorang sineas muda idealis dan kreatif seperti Lola Amaria," ujar Tantowi.
Wellington sendiri menjadi kota kedua di Selandia Baru yang dikunjungi tim Lola Amaria Production, setelah sebelumnya sukses ditayangkan di Christchurch, dimana film ini disaksikan Persatuan Pelajar Indonsia (PPI) New Zealand, PPI Christchurch, PPI Wellington dan PPI Auckland. "Kita juga akan memutar film ini di Auckland," kata Lola.
Sutradara Labuan Hati ini berharap, mereka yang menyaksikan film Lima dapat pulang dengan membawa pandangan positif tentang toleransi, kebhinnekaan dan semakin memperkuat semangat kebangsaan. WNI yang berada di New Zealand juga merasa terbangun lagi jiwa nasionalisnya.
“Sangat bagus sekali. Film ini (Lima) menggambarkan toleransi yang begitu besar dalam kehidupan, terutama di negara tercinta, Indonesia. Dan pelajaran penting untuk selalu berkeadilan dalam menjalani kehidupan ini,” ujar salah seorang penonton yang hadir di acara tersebut.
Seperti diketahui, film Lima ini dikerjakan oleh lima sutradara. Selain Lola Amaria, ada juga Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Adriyanto Dewo dan Harvan Agustriansyah. Masing-masing menggarap setiap Sila dari Pancasila dan disatukan menjadi plot cerita utuh.
Film berdurasi 110 menit ini mengangkat kisah pentingnya toleransi dan kebhinekaan yang saat ini terancam dengan nilai-nilai chauvinistik terhadap golongan, ras atau agama tertentu. Pesan yang ingin diangkat, Pancasila, terutama sila ketiga: 'Persatuan Indonesia' tidak akan terberangus dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Duta Besar Indonesia Tantowi Yahya menekankan bahwa Pancasila adalah guiding principle yang magis karena mampu menyatukan Indonesia yang sangat beragam. "KBRI dan masyarakat Indonesia di Wellington beruntung dengan kedatangan seorang sineas muda idealis dan kreatif seperti Lola Amaria," ujar Tantowi.
(tdy)