Waspada! Jangan Pernah Remehkan Nyeri Sendi dan Perut Kembung
A
A
A
JAKARTA - Nyeri sendi kerap diartikan sebagai penyakit rematik. Perut kembung dihubungkan dengan asam lambung. Namun, gejala-gejala umum ini tidak selalu sebagai tanda-tanda penyakit ringan melainkan menjadi tanda-tanda penyakit yang lebih serius dan rumit seperti sarkoma.
"Sarkoma bukan cuma kanker tulang tapi berasal dari jaringan ikat seperti otot, lemak, tulang rawan dan pembuluh darah. Kanker jenis ini bisa muncul di bagian tubuh mana pun serta memiliki gejala yang terlihat tidak berbahaya dan sulit dibedakan dari penyakit-penyakit ringan," kata Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre (PCC), Dr. Richard Quek saat jumpa pers di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (31/10).
Dr. Richard menjelaskan, gejala sarkoma berbeda-beda tergantung dari mana sarkoma tersebut berasal. Misalnya pasien yang memiliki sarkoma jaringan lunak di lengan atau kaki, gejala paling umum adalah munculnya benjolan besar tanpa rasa sakit.
Apabila sarkoma tumbuh di tulang tangan atau kaki, pasien umumnya mengeluhkan nyeri tulang serta disertai dengan sakit di sekitar area tulang yang terdampak ketika beristirahat atau tidur malam. Beberapa pasien bahkan mungkin mengalami retak tulang.
Sedangkan gejala-gejala lainnya meliputi ruam gelap (angiosarcoma atau kanker pembuluh darah) batuk dan sesak napas jika sarkoma berkembang di area dada, serta kembung dan mudah merasa kenyang jika sarkoma berasal di bagian perut. Oleh karena itu, Dr. Ricahard mengatakan, penting untuk menyadari kondisi tubuh sendiri dan tanyakan kepada dokter umum apakah perlu menemui dokter spesialis atau menjalani tes lebih lanjut seperti MRI atau CT scan.
"Kuncinya satu. Kalau benar penyakit ringan pas dikasih obat, gejala akan hilang, tapi kalau tidak hilang, harus segera ke dokter untuk melakukan pengobatan ulang. Tanda lain yang diperhatikan jenis sakitnya. Pas sakit bergerak turun tangga, sakit itu normal. Pas lagi istirahat, lagi tidur tapi sakit itu harus diwaspadai," jelasnya.
Sebuah studi di Belgia mengungkapkan bahwa 47 persen pasien yang menderita sarkoma jaringan lunak membiarkan gejalanya selama sekitar empat bulan sebelum akhirnya menemui dokter. Setelah itupun, pasien umumnya berkonsultasi ke dokter umum yang kemungkinan besar hanya akan menghadapi satu atau dua kasus sarkoma sepanjang karier mereka.
Tak heran jika penelitian di Inggris kemudian menunjukkan bahwa karena kurangnya kecurigaan klinis pada gejala awal, 20 persen dokter umum terlambat lebih dari tiga bulan dalam merujuk pasien tersebut ke spesialis. Dr. Richard mengatakan, ini menunjukkan bahwa kesadaran dan pemahaman tentang sarkoma masih cenderung rendah, baik di masyarakat umum atau tenaga kesehatan profesional.
"Saat pasien datang tunggu besar atau sakit dan baru ketahuan sarkoma. Ini memprihatinkan karena sampai saat ini pemahaman kita akan sarkoma yang begitu kompleks ini masih kurang lengkap, khususnya di Asia. Sudah saatnya kita menanggapi sarkoma dengan lebih serius dan ini bisa kita mulai dengan edukasi," tandasnya.
"Sarkoma bukan cuma kanker tulang tapi berasal dari jaringan ikat seperti otot, lemak, tulang rawan dan pembuluh darah. Kanker jenis ini bisa muncul di bagian tubuh mana pun serta memiliki gejala yang terlihat tidak berbahaya dan sulit dibedakan dari penyakit-penyakit ringan," kata Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre (PCC), Dr. Richard Quek saat jumpa pers di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (31/10).
Dr. Richard menjelaskan, gejala sarkoma berbeda-beda tergantung dari mana sarkoma tersebut berasal. Misalnya pasien yang memiliki sarkoma jaringan lunak di lengan atau kaki, gejala paling umum adalah munculnya benjolan besar tanpa rasa sakit.
Apabila sarkoma tumbuh di tulang tangan atau kaki, pasien umumnya mengeluhkan nyeri tulang serta disertai dengan sakit di sekitar area tulang yang terdampak ketika beristirahat atau tidur malam. Beberapa pasien bahkan mungkin mengalami retak tulang.
Sedangkan gejala-gejala lainnya meliputi ruam gelap (angiosarcoma atau kanker pembuluh darah) batuk dan sesak napas jika sarkoma berkembang di area dada, serta kembung dan mudah merasa kenyang jika sarkoma berasal di bagian perut. Oleh karena itu, Dr. Ricahard mengatakan, penting untuk menyadari kondisi tubuh sendiri dan tanyakan kepada dokter umum apakah perlu menemui dokter spesialis atau menjalani tes lebih lanjut seperti MRI atau CT scan.
"Kuncinya satu. Kalau benar penyakit ringan pas dikasih obat, gejala akan hilang, tapi kalau tidak hilang, harus segera ke dokter untuk melakukan pengobatan ulang. Tanda lain yang diperhatikan jenis sakitnya. Pas sakit bergerak turun tangga, sakit itu normal. Pas lagi istirahat, lagi tidur tapi sakit itu harus diwaspadai," jelasnya.
Sebuah studi di Belgia mengungkapkan bahwa 47 persen pasien yang menderita sarkoma jaringan lunak membiarkan gejalanya selama sekitar empat bulan sebelum akhirnya menemui dokter. Setelah itupun, pasien umumnya berkonsultasi ke dokter umum yang kemungkinan besar hanya akan menghadapi satu atau dua kasus sarkoma sepanjang karier mereka.
Tak heran jika penelitian di Inggris kemudian menunjukkan bahwa karena kurangnya kecurigaan klinis pada gejala awal, 20 persen dokter umum terlambat lebih dari tiga bulan dalam merujuk pasien tersebut ke spesialis. Dr. Richard mengatakan, ini menunjukkan bahwa kesadaran dan pemahaman tentang sarkoma masih cenderung rendah, baik di masyarakat umum atau tenaga kesehatan profesional.
"Saat pasien datang tunggu besar atau sakit dan baru ketahuan sarkoma. Ini memprihatinkan karena sampai saat ini pemahaman kita akan sarkoma yang begitu kompleks ini masih kurang lengkap, khususnya di Asia. Sudah saatnya kita menanggapi sarkoma dengan lebih serius dan ini bisa kita mulai dengan edukasi," tandasnya.
(nug)