Cerita Saat Syuting Keira, dari Pakai Sling Hingga Susah Mandi
A
A
A
MEMAKAN waktu 12 hari syuting di Lampung, banyak cerita menarik dari pembuatan film Keira, sebuah film drama thriller dari Tu7uh Rumah Produksi yang disutradarai Harry Dagoe.
Cerita menarik, terutama karena gaya Harry dalam mengarahkan para pemain, serta lokasi syuting yang terpencil. Keira adalah film tentang seorang perempuan yang memiliki tujuh kepribadian. Menurut Harry, ini adalah sebuah perjalanan menapaki berbagai misteri jendela kehidupan seorang gadis.
Keira diperankan oleh Angelica Simperler yang pernah bermain dalam Slank Gak Ada Matinya dan Bajaj Bajuri The Movie. Sementara, tujuh kepribadiannya yang lain akan dimainkan oleh tujuh orang lainnya, salah satunya model muda Gabriella Cecilia. Proses perjalanan hidup, berikut masalah yang dihadapi Keira akan menjadi fokus pada film berdurasi 90 menit ini.
Meski mengambil lokasi beberapa tempat wisata baru yang belum banyak dikenal di Lampung, Harry menyebut bahwa lokasi-lokasi tersebut dipilih bukan semata-mata karena keindahannya, tapi karena bisa menjadi simbol kerasnya hidup Keira.
Beberapa lokasi yang dipilih itu, di antaranya Pantai Kiluan, Pulau Mahitam, dan Gigi Hiu. “Ada juga air terjun yang jadi licin banget saat hujan. Medannya sangat berat, tapi syutingnya yang sebentar itu jadi tantangan aku sebagai pemain,” sebut Angel, saat menyambangi Gedung SINDO pada Kamis (1/11) lalu. Angel bahkan harus diuji nyalinya untuk tidur di dalam tenda yang hanya beralaskan rumput. Padahal, dia tidak bisa tidur tanpa kasur empuk dan pendingin udara.
Kondisi tidak nyaman ini harus dijalaninya karena memang kebutuhan pengambilan gambar yang tidak memungkinkan para kru dan pemain untuk kembali pulang ke hotel. Sempat tidak tahan dengan kondisi itu, Angel terpaksa mandi dengan air kemasan yang dibelinya di warung.
Kru film dan asisten pun harus sibuk memegangi penutup darurat agar dia bisa mandi. Tidur di tempat yang tidak steril, akhirnya sempat membuat Angel dan beberapa pemain lainnya kena penyakit kulit. Namun, itu belum seberapa saat kondisi hujan dan licin di lokasi syuting yang berubah gelap saat mereka berada di air terjun.
Semua kru dan pemain pun beramai-ramai menggunakan terpal untuk berlindung di bawah hujan. Tak hanya lokasi syuting yang menantang, berada dalam penanganan sutradara Harry Dagoe pun dianggap menantang untuk Angel dan Gabrielle. Misalnya, Angel tidak boleh terlalu lebay dalam memperlihatkan ekspresi wajah. Dia diharuskan berekspresi dengan wajah dingin. “Mas Harry tahu kalau lirikan atau ekspresi saya sudah beda.
Kalau saya mulai mikir pas akting itu dia juga tahu,” kata Angel diiringi tawa dari Harry yang duduk di sampingnya. Tak hanya itu, Harry juga sering tidak memberi tahu adegan tertentu agar semuanya terjadi alamiah. Misalnya saja saat adegan Keira yang mendapatkan pelecehan seksual di pantai.
“Itu kakiku diseret supaya aktingnya dapet natural, kaget banget waktu itu,” cerita Angel lagi. Tak cuma Angel, Gabriella yang berperan sebagai Sari Asih juga mengaku banyak ditantang saat syuting. Perempuan yang biasa disapa Gaby ini dalam satu adegan harus menggunakan sling .
“Memang jadi agak ada adegan action-nya,” kata Gaby. Sama seperti Angel yang sangat bergantung pada ekspresi wajah, Gaby pun menilai karakter Sari Asih yang dimainkannya mirip karakter Eleven dalam serial populer milik Netflix, Stranger Things. Diungkapkan Harry Dagoe, tak mudah menuturkan Keira dalam satu rangkaian gambar dan menjelaskan kepada penonton bahwa gangguan kepribadian merupakan proses panjang.
Sebagai pembuat film yang menyutradarai, sekaligus menulis skenario Keira , menggarap film ini menjadi tawaran menarik dan kesempatan unik. “Dulu saya pernah baca novel Cybil yang juga tentang perempuan dengan kepribadian ganda. Pernah kepikiran untuk bikin seperti itu. Pas ditawarkan bikin Keira , tentu saja senang, tapi ini begitu rumit, butuh pemahaman mendalam mengenai gangguan kejiwaan dan tidak mudah memvisualkan secara simpel agar film bisa dipahami penonton kebanyakan. Bukan simplifikasi, tapi satu usaha untuk lebih mendekatkan narasi kepada penonton,” ujar sutradara film Pachinko, Jenderal Kancil The Movie, Cinta Setaman, danSunya ini panjang lebar.
Untuk film ini, Harry mengaku sudah menggali untuk semua aspek filmis. Mulai dari treatment narasi, sinematografi, hingga dukungan ilustrasi musik yang digarap Vicky Sianipar. “Dan karena musik pula, harus saya akui, sangat membantu dalam membangun narasi di setiap bagian adegan,” kata Harry. Keira akan tayang di jaringan bioskop Indonesia mulai 15 November mendatang.
Cerita menarik, terutama karena gaya Harry dalam mengarahkan para pemain, serta lokasi syuting yang terpencil. Keira adalah film tentang seorang perempuan yang memiliki tujuh kepribadian. Menurut Harry, ini adalah sebuah perjalanan menapaki berbagai misteri jendela kehidupan seorang gadis.
Keira diperankan oleh Angelica Simperler yang pernah bermain dalam Slank Gak Ada Matinya dan Bajaj Bajuri The Movie. Sementara, tujuh kepribadiannya yang lain akan dimainkan oleh tujuh orang lainnya, salah satunya model muda Gabriella Cecilia. Proses perjalanan hidup, berikut masalah yang dihadapi Keira akan menjadi fokus pada film berdurasi 90 menit ini.
Meski mengambil lokasi beberapa tempat wisata baru yang belum banyak dikenal di Lampung, Harry menyebut bahwa lokasi-lokasi tersebut dipilih bukan semata-mata karena keindahannya, tapi karena bisa menjadi simbol kerasnya hidup Keira.
Beberapa lokasi yang dipilih itu, di antaranya Pantai Kiluan, Pulau Mahitam, dan Gigi Hiu. “Ada juga air terjun yang jadi licin banget saat hujan. Medannya sangat berat, tapi syutingnya yang sebentar itu jadi tantangan aku sebagai pemain,” sebut Angel, saat menyambangi Gedung SINDO pada Kamis (1/11) lalu. Angel bahkan harus diuji nyalinya untuk tidur di dalam tenda yang hanya beralaskan rumput. Padahal, dia tidak bisa tidur tanpa kasur empuk dan pendingin udara.
Kondisi tidak nyaman ini harus dijalaninya karena memang kebutuhan pengambilan gambar yang tidak memungkinkan para kru dan pemain untuk kembali pulang ke hotel. Sempat tidak tahan dengan kondisi itu, Angel terpaksa mandi dengan air kemasan yang dibelinya di warung.
Kru film dan asisten pun harus sibuk memegangi penutup darurat agar dia bisa mandi. Tidur di tempat yang tidak steril, akhirnya sempat membuat Angel dan beberapa pemain lainnya kena penyakit kulit. Namun, itu belum seberapa saat kondisi hujan dan licin di lokasi syuting yang berubah gelap saat mereka berada di air terjun.
Semua kru dan pemain pun beramai-ramai menggunakan terpal untuk berlindung di bawah hujan. Tak hanya lokasi syuting yang menantang, berada dalam penanganan sutradara Harry Dagoe pun dianggap menantang untuk Angel dan Gabrielle. Misalnya, Angel tidak boleh terlalu lebay dalam memperlihatkan ekspresi wajah. Dia diharuskan berekspresi dengan wajah dingin. “Mas Harry tahu kalau lirikan atau ekspresi saya sudah beda.
Kalau saya mulai mikir pas akting itu dia juga tahu,” kata Angel diiringi tawa dari Harry yang duduk di sampingnya. Tak hanya itu, Harry juga sering tidak memberi tahu adegan tertentu agar semuanya terjadi alamiah. Misalnya saja saat adegan Keira yang mendapatkan pelecehan seksual di pantai.
“Itu kakiku diseret supaya aktingnya dapet natural, kaget banget waktu itu,” cerita Angel lagi. Tak cuma Angel, Gabriella yang berperan sebagai Sari Asih juga mengaku banyak ditantang saat syuting. Perempuan yang biasa disapa Gaby ini dalam satu adegan harus menggunakan sling .
“Memang jadi agak ada adegan action-nya,” kata Gaby. Sama seperti Angel yang sangat bergantung pada ekspresi wajah, Gaby pun menilai karakter Sari Asih yang dimainkannya mirip karakter Eleven dalam serial populer milik Netflix, Stranger Things. Diungkapkan Harry Dagoe, tak mudah menuturkan Keira dalam satu rangkaian gambar dan menjelaskan kepada penonton bahwa gangguan kepribadian merupakan proses panjang.
Sebagai pembuat film yang menyutradarai, sekaligus menulis skenario Keira , menggarap film ini menjadi tawaran menarik dan kesempatan unik. “Dulu saya pernah baca novel Cybil yang juga tentang perempuan dengan kepribadian ganda. Pernah kepikiran untuk bikin seperti itu. Pas ditawarkan bikin Keira , tentu saja senang, tapi ini begitu rumit, butuh pemahaman mendalam mengenai gangguan kejiwaan dan tidak mudah memvisualkan secara simpel agar film bisa dipahami penonton kebanyakan. Bukan simplifikasi, tapi satu usaha untuk lebih mendekatkan narasi kepada penonton,” ujar sutradara film Pachinko, Jenderal Kancil The Movie, Cinta Setaman, danSunya ini panjang lebar.
Untuk film ini, Harry mengaku sudah menggali untuk semua aspek filmis. Mulai dari treatment narasi, sinematografi, hingga dukungan ilustrasi musik yang digarap Vicky Sianipar. “Dan karena musik pula, harus saya akui, sangat membantu dalam membangun narasi di setiap bagian adegan,” kata Harry. Keira akan tayang di jaringan bioskop Indonesia mulai 15 November mendatang.
(don)