Deteksi Dini Kanker Payudara dengan BRCA Screening
A
A
A
JAKARTA - Lebih dari 80% kasus kanker di Indonesia ditemukan pada stadium lanjut sehingga upaya pengobatan lebih sulit dilakukan. Salah satu yang menjadi momok yakni kanker payudara.
Kanker payudara merupakan tumor ganas. Terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat menyebar di antara jaringan atau organ di dekat payudara atau ke bagian tubuh lain.
Pemicu kanker payudara dapat berasal dari faktor keturunan dan lingkungan. ”Semua kasus kanker berhubungan dengan genetika, tetapi tidak semua kasus kanker merupakan penyakit bawaan (keturunan),” kata dr Jessica Lepianda dari Genetics Indonesia di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Menurut Jessica, hingga saat ini belum banyak penelitian tentang penyebab kanker payudara. Karena itu, deteksi dini menjadi salah satu bentuk pencegahan terbaik. Mendeteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pemeriksaan payudara sendiri (Sadari). Umumnya dilakukan 5-7 hari setelah menstruasi.
Deteksi lainnya dapat dilakukan dengan ultrasonografi (USG) maupun mamografi. Seiring kemajuan teknologi kedokteran, potensi terjadinya risiko kanker bahkan dapat dideteksi melalui BRCA Screening.
”Semua orang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 di dalam tubuhnya yang diturunkan dari kedua orang tua. Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 berhubungan erat dengan meningkatnya risiko seseorang terkena kanker payudara dan ovarium,” ujarnya.
Jessica menjelaskan, BRCA1 dan BRCA2 merupakan gen yang memproduksi tumor suppressor protein. Tugasnya memperbaiki DNA rusak dan mengontrol pertumbuhan sel-sel di dalam tubuh. Ketika terjadi mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2, pertumbuhan sel-sel menjadi tidak terkontrol, yang kemudian dapat berkembang menjadi sel kanker.
Perempuan yang memiliki mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 lebih berisiko terkena kanker payudara dan ovarium pada usia muda. Risiko terkena kanker yang dikarenakan mutasi dari kedua gen ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti kebiasaan merokok, pola makan, dan lain-lain.”Tidak semua orang yang memiliki mutasi gen BRCA (karena diturunkan dari orang tuanya) akan terkena kanker. Tapi setiap anak yang orang tuanya membawa mutasi dari gen-gen ini, akan memiliki risiko sebesar 50 persen mewarisi mutasi dari gen-gen ini,” ujarnya.
Lebih lanjut Jessica mengatakan, pemeriksaan genetik BRCA Screening dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang memiliki mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2. Pemeriksaan ini mudah dan cepat, yakni hanya dengan menggunakan sampel DNA yang diperoleh dari olesan bagian dalam pipi.
Jika hasil pemeriksaan BRCA1 dan BRCA2 seseorang positif, bukan berarti orang tersebut sudah terkena kanker. ”Namun hanya menandakan bahwa memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kanker payudara atau ovarium dibandingkan dengan rata-rata orang lainnya,” ucapnya.
Jessica menuturkan, cara terbaik untuk menghindari kanker yakni dengan mencegah. Ini bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup dan menghindari zat karsinogen (pemicu kanker).
”Menurut data WHO, faktor risiko kanker payudara meningkat mencapai 70% pada wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker payudara dan mewarisi mutasi gen BRCA,” ujarnya.
Kanker payudara merupakan tumor ganas. Terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat menyebar di antara jaringan atau organ di dekat payudara atau ke bagian tubuh lain.
Pemicu kanker payudara dapat berasal dari faktor keturunan dan lingkungan. ”Semua kasus kanker berhubungan dengan genetika, tetapi tidak semua kasus kanker merupakan penyakit bawaan (keturunan),” kata dr Jessica Lepianda dari Genetics Indonesia di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
Menurut Jessica, hingga saat ini belum banyak penelitian tentang penyebab kanker payudara. Karena itu, deteksi dini menjadi salah satu bentuk pencegahan terbaik. Mendeteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pemeriksaan payudara sendiri (Sadari). Umumnya dilakukan 5-7 hari setelah menstruasi.
Deteksi lainnya dapat dilakukan dengan ultrasonografi (USG) maupun mamografi. Seiring kemajuan teknologi kedokteran, potensi terjadinya risiko kanker bahkan dapat dideteksi melalui BRCA Screening.
”Semua orang memiliki gen BRCA1 dan BRCA2 di dalam tubuhnya yang diturunkan dari kedua orang tua. Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 berhubungan erat dengan meningkatnya risiko seseorang terkena kanker payudara dan ovarium,” ujarnya.
Jessica menjelaskan, BRCA1 dan BRCA2 merupakan gen yang memproduksi tumor suppressor protein. Tugasnya memperbaiki DNA rusak dan mengontrol pertumbuhan sel-sel di dalam tubuh. Ketika terjadi mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2, pertumbuhan sel-sel menjadi tidak terkontrol, yang kemudian dapat berkembang menjadi sel kanker.
Perempuan yang memiliki mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 lebih berisiko terkena kanker payudara dan ovarium pada usia muda. Risiko terkena kanker yang dikarenakan mutasi dari kedua gen ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti kebiasaan merokok, pola makan, dan lain-lain.”Tidak semua orang yang memiliki mutasi gen BRCA (karena diturunkan dari orang tuanya) akan terkena kanker. Tapi setiap anak yang orang tuanya membawa mutasi dari gen-gen ini, akan memiliki risiko sebesar 50 persen mewarisi mutasi dari gen-gen ini,” ujarnya.
Lebih lanjut Jessica mengatakan, pemeriksaan genetik BRCA Screening dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang memiliki mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2. Pemeriksaan ini mudah dan cepat, yakni hanya dengan menggunakan sampel DNA yang diperoleh dari olesan bagian dalam pipi.
Jika hasil pemeriksaan BRCA1 dan BRCA2 seseorang positif, bukan berarti orang tersebut sudah terkena kanker. ”Namun hanya menandakan bahwa memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kanker payudara atau ovarium dibandingkan dengan rata-rata orang lainnya,” ucapnya.
Jessica menuturkan, cara terbaik untuk menghindari kanker yakni dengan mencegah. Ini bisa dilakukan dengan mengubah gaya hidup dan menghindari zat karsinogen (pemicu kanker).
”Menurut data WHO, faktor risiko kanker payudara meningkat mencapai 70% pada wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker payudara dan mewarisi mutasi gen BRCA,” ujarnya.
(poe)