Lawan Depresi Pasca Melahirkan

Kamis, 15 November 2018 - 08:31 WIB
Lawan Depresi Pasca Melahirkan
Lawan Depresi Pasca Melahirkan
A A A
JAKARTA - Berbagai perubahan yang terjadi seusai melahirkan rentan membuat ibu terkena depresi atau disebut postpartum depression. Bagaimana mengatasinya?

Depresi terjadi karena perubahan psikologis, perubahan tubuh, dan perubahan-perubahan lainnya, di mana sang ibu belum mampu beradaptasi dengan hal itu. Psikolog klinis Lisa M Djaprie mengatakan, karena perubahan yang terjadi tersebut, ibu mulai merasa gusar dan cenderung tidak percaya diri serta merasa tidak bahagia.

“Tentu hal ini akan berdampak pada anak jika ibu mengalami depresi. Misalnya, ASI tidak lancar atau anak menjadi rewel,” tutur psikolog yang memiliki empat anak itu. Dia melanjutkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan ibu untuk menghindari depresi pascamelahirkan, salah satunya lewat berolahraga.

Kegiatan ini dipandang amat penting untuk dilakukan. Dengan berolahraga, tubuh dapat melepaskan hormon-hormon baik, seperti hormon bahagia, hormon sehat, dan tentu hormon percaya diri. “Kalau kita percaya diri, kita merasa punya kemampuan untuk melakukan segala hal,” ungkap Lisa.

Lisa menilai, baby blues, depresi, panic attack, terjadi karena ibu merasa apa yang terjadi di luar kontrol yang bersangkutan. Namun masalahnya, membiasakan kegiatan baik ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak ibu pascamelahirkan memiliki seribu satu alasan untuk tidak berolahraga. Padahal, olahraga bisa dilakukan hanya selama 30 menit di rumah.

Waktu setengah jam itu juga bisa dibagi-bagi menjadi lima menit setiap latihan. Hal ini akan memudahkan ibu untuk berolahraga. Jadi, sebetulnya tidak ada alasan untuk tidak berolahraga. Pengelolaan depresi amatlah krusial, mengingat depresi diderita banyak wanita di seluruh dunia, seperti dilaporkan dalam jurnal American Medical Association.

Setidaknya 9% ibu hamil dan 10% wanita yang baru melahirkan mengalami depresi. Depresi yang diderita ibu hamil dapat memberi pengaruh terhadap bayi yang dikandung. Akibatnya, ke depan membuka peluang minimnya kualitas interaksi dengan sang ibu, tingginya masalah emosi dan perilaku yang dialami anak, serta performa yang tidak maksimal di sekolah.

Para spesialis kandungan pun diimbau untuk melihat gejala depresi yang mungkin terjadi, baik pada ibu hamil maupun ibu yang baru melahirkan. “Sebab, hanya 20% ibu hamil atau baru melahirkan yang melaporkan kepada dokternya bahwa mereka mempunyai gejala depresi. Maka itu, deteksi rutin oleh dokter sangat penting untuk menindaklanjuti penyakit tersebut serta menentukan pengobatan selanjutnya,” beber Dr Mark DeFrancesco, President American College of Obstetricians and Gynecologists, perkumpulan spesialis kandungan Amerika.

Sementara itu, Dr Rebecca Stark dari Cleveland Clinic mengatakan, deteksi depresi telah rutin dilakukan di kliniknya itu. “Persentase deteksi dini depresi lebih dari 90%. Saya menjalin komunikasi yang terbuka dengan pasien. Jadi, tidak ada masalah untuk mendiskusikan hal ini dengan mereka,” kata Stark.

Dia menambahkan, jika dokter tidak menanyakan hal ini kepada pasien, dokter tidak dapat melihat tandatanda depresi yang mungkin terjadi pada pasiennya. “Sebetulnya dokter kandungan dan bidan mempunyai kedekatan dengan pasien mereka. Jadi, tidaklah sulit untuk mengangkat topik ini ke permukaan,” kata Stark.

Sindrom baby blues yang biasa dihadapi wanita pascapersalinan umumnya terjadi pada awal-awal minggu seusai persalinan. Kurang tidur juga bisa menambah risiko terjadinya sindrom tersebut. Kendati lazim menyerang wanita, depresi tidak mengenal usia dan jenis kelamin.

Pria atau wanita, muda atau tua, bahkan mereka yang memiliki segalanya juga bisa menderita gangguan kompleks ini, yang rasanya membuat hidup semakin sulit. Berbeda dengan gangguan mental lainnya, depresi justru sangat sering terjadi. Hampir 7% orang dewasa Amerika, yakni sekitar 16 juta jiwa pada 2013, setidaknya mengalami satu episode depresi berdasarkan data National Institute of Mental Health.
(Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6582 seconds (0.1#10.140)