Isu Body Shaming Para Selebriti Mendapat Perhatian Publik
A
A
A
ISTILAH body shaming mulai ramai dan menjadi viral di media sosial di seluruh dunia. Artinya, istilah tersebut tidak diperkenankan diberikan kepada seorang perempuan karena bisa dikenakan pasal penghinaan. Komentar berbau body shaming dapat dijerat dengan pasal penghinaan apabila korban merasa terhina dan melakukan aduan.
Ancaman pidana berupa penjara paling lama hingga empat tahun dan atau denda paling banyak Rp750 juta. Menurut penulis, profesor, dan sekaligus aktivis Roxane Gay, body shaming kini menjadi fenomena semakin marak terjadi di media sosial. Menurutnya, selama ini body shaming lebih banyak dialami oleh perempuan, yang sayangnya, dilakukan juga oleh sesama perempuan. “Body shaming turut hadir bahkan memojokkan perempuan dengan citra tubuhnya sendiri,” ujar Gay seperti yang dilansir the guardian.com.
Gay menambahkan, meskipun terkadang body shaming dilakukan dengan tanpa sadar atau hanya niat bercanda, tapi tetap saja orang tersebut telah mencela tubuh atau fisik orang lain. Hal ini bisa berakibat fatal karena berpotensi stres dan mengganggu kesehatan mental. “Setiap perempuan sudah saatnya tidak lihat lagi melihat tubuh yang harus langsing tinggi dan curvy. Kita harus menghargai citra tubuh perempuan dengan berbagai kondisinya,” ujarnya. Gay berpendapat, mungkin sebagian orang menganggap body shaming menjadi sesuatu yang dramatis.
Namun menurutnya, hal itulah justru dialami jutaan gadis dan perempuan yang mencurahkan banyak waktu dan pikirannya mengenai citra tubuh. “Menjadi selebriti yang kaya dan populer tidak mengubah fakta bahwa kita semua disosialisasikan untuk mencapai bentuk tubuh tertentu, justru terkadang selebriti lebih sering mendapat perlakukan body shaming,” ujar Gay.
Gay berpendapat selama bertahun-tahun acara televisi, media, dan media sosial telah membentuk citra tubuh pada masyarakat. Dia memberi contoh acara televisi Keeping Up With The Kardashians (KUWTK). Acara yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun ini menurutnya menciptakan pengaruh mengenai apa yang keluarga Kardashian konsumsi serta obsesi terhadap make up, fashion, dan berat badan.
Khloe Kardashian menjadi anggota keluarga Kardashian sekaligus selebriti yang sering mengalami body shaming dilakukan oleh penonton bahkan anggota keluarganya sendiri. “Saya tidak tahu, saya bertubuh besar sampai saya mulai aktif berperan di acara televisi. Begitu saya berada di mata publik, orang dapat melihat saya dan mulai berpikir tentang pipi saya atau ukuran pinggul saya yang besar,” ujar Khloe. Beberapa tahun kemudian, Khloe melakukan program penurunan berat badan yang dia namakan Revenge Body.
Sukses meraih berat badan ideal, Khloe pun akhirnya menciptakan Revenge Body Show. Acara ini menghadirkan para kontestan ingin menjalankan program penurunan berat badan. “Revenge Body bukan hanya tentang penurunan berat badan. Banyak kontestan melalui transformasi total di acara itu, tampaknya tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional,” ujar Khloe. Selain Khloe, Ashley Graham menjadi selebriti lain yang sering mengalami body shaming, baik di kehidupan nyata maupun media sosial.
Berbeda dengan Khloe, perempuan berprofesi sebagai model ini justru ingin menunjukkan keindahan tubuhnya yang berukuran besar. Dia malah ingin menciptakan citra tubuh yang positif bagi perempuan berubuh besar atau plus size. “Untuk semua gadis di luar sana yang memiliki mimpi dan harapan, tetap berjuang untuk mereka dan jangan biarkan semua yang buruk di Instagram menghentikan Anda,” ujar Ashley.
Ancaman pidana berupa penjara paling lama hingga empat tahun dan atau denda paling banyak Rp750 juta. Menurut penulis, profesor, dan sekaligus aktivis Roxane Gay, body shaming kini menjadi fenomena semakin marak terjadi di media sosial. Menurutnya, selama ini body shaming lebih banyak dialami oleh perempuan, yang sayangnya, dilakukan juga oleh sesama perempuan. “Body shaming turut hadir bahkan memojokkan perempuan dengan citra tubuhnya sendiri,” ujar Gay seperti yang dilansir the guardian.com.
Gay menambahkan, meskipun terkadang body shaming dilakukan dengan tanpa sadar atau hanya niat bercanda, tapi tetap saja orang tersebut telah mencela tubuh atau fisik orang lain. Hal ini bisa berakibat fatal karena berpotensi stres dan mengganggu kesehatan mental. “Setiap perempuan sudah saatnya tidak lihat lagi melihat tubuh yang harus langsing tinggi dan curvy. Kita harus menghargai citra tubuh perempuan dengan berbagai kondisinya,” ujarnya. Gay berpendapat, mungkin sebagian orang menganggap body shaming menjadi sesuatu yang dramatis.
Namun menurutnya, hal itulah justru dialami jutaan gadis dan perempuan yang mencurahkan banyak waktu dan pikirannya mengenai citra tubuh. “Menjadi selebriti yang kaya dan populer tidak mengubah fakta bahwa kita semua disosialisasikan untuk mencapai bentuk tubuh tertentu, justru terkadang selebriti lebih sering mendapat perlakukan body shaming,” ujar Gay.
Gay berpendapat selama bertahun-tahun acara televisi, media, dan media sosial telah membentuk citra tubuh pada masyarakat. Dia memberi contoh acara televisi Keeping Up With The Kardashians (KUWTK). Acara yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun ini menurutnya menciptakan pengaruh mengenai apa yang keluarga Kardashian konsumsi serta obsesi terhadap make up, fashion, dan berat badan.
Khloe Kardashian menjadi anggota keluarga Kardashian sekaligus selebriti yang sering mengalami body shaming dilakukan oleh penonton bahkan anggota keluarganya sendiri. “Saya tidak tahu, saya bertubuh besar sampai saya mulai aktif berperan di acara televisi. Begitu saya berada di mata publik, orang dapat melihat saya dan mulai berpikir tentang pipi saya atau ukuran pinggul saya yang besar,” ujar Khloe. Beberapa tahun kemudian, Khloe melakukan program penurunan berat badan yang dia namakan Revenge Body.
Sukses meraih berat badan ideal, Khloe pun akhirnya menciptakan Revenge Body Show. Acara ini menghadirkan para kontestan ingin menjalankan program penurunan berat badan. “Revenge Body bukan hanya tentang penurunan berat badan. Banyak kontestan melalui transformasi total di acara itu, tampaknya tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional,” ujar Khloe. Selain Khloe, Ashley Graham menjadi selebriti lain yang sering mengalami body shaming, baik di kehidupan nyata maupun media sosial.
Berbeda dengan Khloe, perempuan berprofesi sebagai model ini justru ingin menunjukkan keindahan tubuhnya yang berukuran besar. Dia malah ingin menciptakan citra tubuh yang positif bagi perempuan berubuh besar atau plus size. “Untuk semua gadis di luar sana yang memiliki mimpi dan harapan, tetap berjuang untuk mereka dan jangan biarkan semua yang buruk di Instagram menghentikan Anda,” ujar Ashley.
(don)