Co-Founder Dolce & Gabbana Minta Maaf kepada Warga China
A
A
A
SHANGHAI - Co-founder Dolce & Gabbana, Domenico Dolce dan Stefano Gabbana meminta maaf kepada publik China demi menyelamatkan label mewah itu di pasar penting tersebut.
Saat ini Dolce & Gabbana mendapat banyak kritik dari publik China yang menentang iklan terbarunya. Akibat masalah itu, rumah fashion Italia tersebut membatalkan show di Shanghai pada Rabu (21/11) setelah selebritas dan para pengguna media sosial mengancam boikot terkait iklan itu.
Sejumlah perusahaan e-commerce di China pun menarik produk-produk Dolce & Gabbana pada Kamis (22/11). Kehebohan ini juga menjadi kemunduran bagi salah satu label fashion paling ternama dari Italia di China, saat para pesaing dari Louis Vuitton, LVMH, hingga Gucci, Kering, berupaya memperluas pangsa pasarnya.
Para pembeli asal China mencakup lebih dari sepertiga belanja produk mewah secara global. Publik China pun semakin banyak yang memilih berbelanja di dalam negeri dibandingkan saat perjalanan keluar negeri.
Para pengguna media sosial mengecam video iklan yang menunjukkan seorang wanita China kesulitan makan piza dan pasta dengan sumpit, sementara narator memberikan pelajaran makan dengan nada merendahkan.
Masalah ini semakin parah saat video itu beredar secara online melalui percakapan Instagram. Perusahaan menyatakan akun Gabbana telah diretas. Dalam video permintaan maaf yang dirilis kemarin, Gabbana dan Dolce menyatakan mereka telah melakukan refleksi secara serius dan sedih dengan dampak kata-kata mereka.
”Dalam menghadapi kesalahpahaman budaya kita, kami harap kami dapat memperoleh maaf dari Anda,” ujar Dolce dalam bahasa Italia melalui video yang menunjukkan dua desainer itu duduk bersebelahan.
Video selama 85 detik dengan subjudul bahasa China itu diunggah di platform mirip Twitter di China, Weibo. Gabbana juga meminta maaf dan menawarkan permintaan maaf resmi kepada warga China di penjuru dunia. Dua desainer itu mengakhiri video dengan mengatakan maaf dalam bahasa Mandarin.
”Kami tidak akan pernah melupakan pengalaman dan pelajaran ini, dan ini hal yang tidak pernah terjadi lagi,” ungkap Gabbana, dilansir kantor berita Reuters . Ini bukan pertama kali Dolce & Gabbana mengalami masalah di China.
Label itu juga mendapat kritik media sosial tahun lalu untuk serangkaian iklan yang menunjukkan sisi kumuh kehidupan warga China. Masalah serupa juga muncul dan hilang di China tanpa menciptakan dampak merugikan jangka panjang, termasuk yang dialami sejumlah label seperti Balenciaga, Kering, yang meminta maaf pada April terkait perlakuan yang dialami beberapa konsumen China di Paris.
Meski demikian, krisis yang dialami Dolce & Gabbana tidak menunjukkan situasi mereda kemarin. Peritel Lane Crawford menyatakan akan menarik merek itu dari toko-toko dan situs online di China dan Hong Kong, setelah banyak konsumen mengembalikan produk-produk Dolce & Gabbana. Sebagian besar komentar yang diunggah di bawah video permintaan maaf di Weibo juga bernada kritis.
Saat ini Dolce & Gabbana mendapat banyak kritik dari publik China yang menentang iklan terbarunya. Akibat masalah itu, rumah fashion Italia tersebut membatalkan show di Shanghai pada Rabu (21/11) setelah selebritas dan para pengguna media sosial mengancam boikot terkait iklan itu.
Sejumlah perusahaan e-commerce di China pun menarik produk-produk Dolce & Gabbana pada Kamis (22/11). Kehebohan ini juga menjadi kemunduran bagi salah satu label fashion paling ternama dari Italia di China, saat para pesaing dari Louis Vuitton, LVMH, hingga Gucci, Kering, berupaya memperluas pangsa pasarnya.
Para pembeli asal China mencakup lebih dari sepertiga belanja produk mewah secara global. Publik China pun semakin banyak yang memilih berbelanja di dalam negeri dibandingkan saat perjalanan keluar negeri.
Para pengguna media sosial mengecam video iklan yang menunjukkan seorang wanita China kesulitan makan piza dan pasta dengan sumpit, sementara narator memberikan pelajaran makan dengan nada merendahkan.
Masalah ini semakin parah saat video itu beredar secara online melalui percakapan Instagram. Perusahaan menyatakan akun Gabbana telah diretas. Dalam video permintaan maaf yang dirilis kemarin, Gabbana dan Dolce menyatakan mereka telah melakukan refleksi secara serius dan sedih dengan dampak kata-kata mereka.
”Dalam menghadapi kesalahpahaman budaya kita, kami harap kami dapat memperoleh maaf dari Anda,” ujar Dolce dalam bahasa Italia melalui video yang menunjukkan dua desainer itu duduk bersebelahan.
Video selama 85 detik dengan subjudul bahasa China itu diunggah di platform mirip Twitter di China, Weibo. Gabbana juga meminta maaf dan menawarkan permintaan maaf resmi kepada warga China di penjuru dunia. Dua desainer itu mengakhiri video dengan mengatakan maaf dalam bahasa Mandarin.
”Kami tidak akan pernah melupakan pengalaman dan pelajaran ini, dan ini hal yang tidak pernah terjadi lagi,” ungkap Gabbana, dilansir kantor berita Reuters . Ini bukan pertama kali Dolce & Gabbana mengalami masalah di China.
Label itu juga mendapat kritik media sosial tahun lalu untuk serangkaian iklan yang menunjukkan sisi kumuh kehidupan warga China. Masalah serupa juga muncul dan hilang di China tanpa menciptakan dampak merugikan jangka panjang, termasuk yang dialami sejumlah label seperti Balenciaga, Kering, yang meminta maaf pada April terkait perlakuan yang dialami beberapa konsumen China di Paris.
Meski demikian, krisis yang dialami Dolce & Gabbana tidak menunjukkan situasi mereda kemarin. Peritel Lane Crawford menyatakan akan menarik merek itu dari toko-toko dan situs online di China dan Hong Kong, setelah banyak konsumen mengembalikan produk-produk Dolce & Gabbana. Sebagian besar komentar yang diunggah di bawah video permintaan maaf di Weibo juga bernada kritis.
(don)