Review Film Mortal Engines

Rabu, 05 Desember 2018 - 17:30 WIB
Review Film Mortal Engines
Review Film Mortal Engines
A A A
JAKARTA - Di masa mendatang, dunia berubah. Akibat bencana alam dan lain sebagainya, kota-kota tak lagi berbentuk kota yang berdiri tegak di atas tanah, namun, mereka berdiri di atas mesin-mesin yang mampu bergerak untuk menghindari terkena bencana. Salah satu kota bergerak itu adalah London.

Kota besar itu tak segan melahap kota-kota yang lebih kecil untuk diambil benda-benda dari masa lalu yang masih bisa dipergunakan untuk kepentingan mesin mereka. Suatu saat, London melahap sebuah kota kecil. Tak dinyana, di sana ada Hester Shaw (Hera Hilmar), yang menyimpan dendam terhadap Thaddeus Valentine (Hugo Weaving), kepala serikat sejarahwan London. Hester menuding Thaddeus telah membunuh ibunya, Pandora Shaw.

Begitu masuk London, Hester langsung menyerang Thaddeus. Namun, Hester kemudian dikejar Tom Natsworthy (Robert Sheehan), seorang sejarahwan yang belum pernah menginjakkan kakinya di atas permukaan tanah. Ketika berhasil menangkap Hester, wanita itu mengatakan jika Thaddeus adalah orang jahat sebelum menjatuhkan diri ke sebuah lubang angin raksasa.

Thaddeus tiba di tempat tersebut dan mendorong Tom ke lubang angin itu. Thaddeus tersadar dan mendapati dirinya berada di luar kota. Dia kemudian mengikuti Hester. Keduanya kemudian berpetualang masuk ke kota bergerak dan menghindari kejaran kota bergerak lainnya sebelum akhirnya ditangkap dan dibawa ke tempat lelang. Bukannya laku dilelang, Hester dan Tom justru direkrut Anna Fang (Jihae), pilot dan pimpinan Liga Anti-Traksi, kelompok pemberontak yang menolak keberadaan kota-kota bergerak di atas permukaan Bumi.

Berdurasi sepanjang 128 menit dan diangkat dari novel dengan judul yang sama, film garapan Peter Jackson ini punya materi cerita yang bagus. Eksplorasi bumi pasca-apocalypse selalu menarik untuk diikuti. Apalagi di film ini, semuanya seolah kembali ke masa lalu ketika belum banyak teknologi digunakan untuk kehidupan manusia. Tidak ada telepon di film ini. Pesawat-pesawatnya pun berdesain unik dan menarik.

Sayangnya, film ini berjalan dengan biasa saja. Tidak banyak adegan yang mengesankan. Satu-satunya adegan emosional justru terjadi di tengah bagian film ini ketika Hester berhadapan dengan Shrikes, semacam cyborg yang tidak mati. Shrikes adalah makhluk yang merawat Hester setelah ibunya meninggal. Selain adegan ini, semuanya terasa datar.

Film yang diangkat dari novel dengan judul sama ini memang memanjakan mata dengan gambar-gambar futuristik yang bagus. Di Mortal Engines, Anda akan dibawa berpetualang ke dalam dunia mesin-mesin raksasa yang sanggup melumat apa pun yang menghalangi perjalanan mereka.

Mortal Engines sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda. Selamat menyaksikan!

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1686 seconds (0.1#10.140)