Libur Natal, Bukit Tetempangan Hill di Minahasa Ramai
A
A
A
MINAHASA - Pesona bukit Tetempangan Hill di Desa Koha Barat, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut), menarik banyak minat wisatawan untuk berkunjung. Pada masa liburan Natal kali ini, warga, wisatawan lokal dan mancanegara memilih lokasi ini untuk menghabiskan waktu libur mereka.
Meski untuk menuju bukit yang satu ini harus melewati jalan yang terjal dan berliku namun suasana di Tetempangan cukup ramai. Rasa lelah akan terbayar saat tiba di lokasi yang sekeliling bukit yang berada di ketinggian 568 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu terhampar perkebunan cengkih dan kelapa yang bisa dilihat dengan jelas.
Hukum Tua Desa Koha Barat, Anthonius Sulu, menjelaskan, setiap harinya ada ratusan wisatawan yang berkunjung ke Tetempangan Hill, terlebih wisatawan asing yang memadati lokasi indah tersebut. “Setiap tahun bertambah banyak pengunjungnya. Saat ini saja, setiap harinya sekitar 150 orang datang ke Tetempangan. Wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri menikmati keindahan bukit ini. Namun, yang terbanyak wisatawan dari China,” papar dia.
Kunjungan wisatawan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan desa yang dihuni 220 KK tersebut. Setidaknya, desa yang memiliki 700 jiwa itu, kata Anthonius, mulai memikirkan potensi-potensi lain yang bisa dijual untuk menunjang wisatawan yang sangat antusias mengunjungi Tetempangan.
Sayangnya, salah satu penunjang bagi wisatawan khusus yang memiliki adrenalin dan kocek tebal yakni spot terbaik untuk aktivitas paralayang harganya relatif mahal. Lokasi yang dikenal dengan Manado Skyline Tetempangan Hill ini memang banyak digunakan untuk penggemar paralayang, belum ada yang lain.
Hingga kini, Manado Skyline disebut-sebut sebagai surga bagi para pencinta paralayang. Setidaknya kawasan seluas 20 hektare itu berbeda dengan lokasi paralayang lain di Indonesia.
Mody Kelung salah satu pilot paralayang yang selalu mendampingi wisatawan menjelaskan, jasa paralayang memang masih sedikit mahal untuk turis lokal. “Khusus wisatawan lokal kami mematok Rp750.000 sekali terbang. Turun landing jaraknya sekitar 2 kilo meter dengan waktu tempuh 8 hingga 15 menit,” ujar dia.
Sedangkan untuk wisatawan luar negeri pihaknya mematok harga USD120 untuk sekali terbang yang take off dari ketinggian 568 mdpl dari 0 hingga landing di pantai Bulo. “Meski demikian sampai hari ini perkembangan wisman dari China setiap harinya yang dilayani rata-rata mencapai 98 orang yang penasaran untuk merasakan sensasi naik paralayang,” kata dia.
Potensi wisata bukit yang satu ini sangat besar. Apalagi letak Tetempangan Hill tak jauh dari Kota Manado. Hanya dibutuhkan sekitar 1 jam untuk tiba di lokasi.
Jalanan menuju ke lokasi memang sedikit terjal. Meski jalanan sempit dan menanjak, tapi masih bersahabat apalagi di sisi kanan kiri bisa melihat indahnya pemandangan bukit-bukit lain yang masih asri.
Begitu juga beberapa desa yang akan dilewati yang suasananya benar-benar nyaman. Sejak memasuki desa tersebut, para pelancong bakal dimanjakan dengan hijaunya panorama dari ketinggian. Rerumputan hijau juga menghampar di bukit sehingga bisa berswafoto dengan latar pemandangan laut dan pegunungan yang sangat indah.
Puncak Tetempangan memang punya kelebihan. Dari atas bisa memandang wilayah 5 Kota/Kabupaten di Sulut, yakni Minahasa, Manado, Tomohon, Minahasa Utara dan Minahasa Selatan. Pemandangannya memang sangat luar biasa. Bahkan dari atas bukit kita bisa melihat desa Tateli, Kalasey, Mokupa, Lemo, Tanawangko dan Malalayang dan Kota Manado.
Seorang wisatawan asal Solo, Thahrina mengaku puas melihat panorama bukit yang begitu indah itu. “Sayang cuacanya tidak stabil ya. Jadi harus sabar menunggu momen yang pas untuk berfoto apalagi hujan kadang datang meski tak lama,” katanya.
Meski untuk menuju bukit yang satu ini harus melewati jalan yang terjal dan berliku namun suasana di Tetempangan cukup ramai. Rasa lelah akan terbayar saat tiba di lokasi yang sekeliling bukit yang berada di ketinggian 568 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu terhampar perkebunan cengkih dan kelapa yang bisa dilihat dengan jelas.
Hukum Tua Desa Koha Barat, Anthonius Sulu, menjelaskan, setiap harinya ada ratusan wisatawan yang berkunjung ke Tetempangan Hill, terlebih wisatawan asing yang memadati lokasi indah tersebut. “Setiap tahun bertambah banyak pengunjungnya. Saat ini saja, setiap harinya sekitar 150 orang datang ke Tetempangan. Wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri menikmati keindahan bukit ini. Namun, yang terbanyak wisatawan dari China,” papar dia.
Kunjungan wisatawan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan desa yang dihuni 220 KK tersebut. Setidaknya, desa yang memiliki 700 jiwa itu, kata Anthonius, mulai memikirkan potensi-potensi lain yang bisa dijual untuk menunjang wisatawan yang sangat antusias mengunjungi Tetempangan.
Sayangnya, salah satu penunjang bagi wisatawan khusus yang memiliki adrenalin dan kocek tebal yakni spot terbaik untuk aktivitas paralayang harganya relatif mahal. Lokasi yang dikenal dengan Manado Skyline Tetempangan Hill ini memang banyak digunakan untuk penggemar paralayang, belum ada yang lain.
Hingga kini, Manado Skyline disebut-sebut sebagai surga bagi para pencinta paralayang. Setidaknya kawasan seluas 20 hektare itu berbeda dengan lokasi paralayang lain di Indonesia.
Mody Kelung salah satu pilot paralayang yang selalu mendampingi wisatawan menjelaskan, jasa paralayang memang masih sedikit mahal untuk turis lokal. “Khusus wisatawan lokal kami mematok Rp750.000 sekali terbang. Turun landing jaraknya sekitar 2 kilo meter dengan waktu tempuh 8 hingga 15 menit,” ujar dia.
Sedangkan untuk wisatawan luar negeri pihaknya mematok harga USD120 untuk sekali terbang yang take off dari ketinggian 568 mdpl dari 0 hingga landing di pantai Bulo. “Meski demikian sampai hari ini perkembangan wisman dari China setiap harinya yang dilayani rata-rata mencapai 98 orang yang penasaran untuk merasakan sensasi naik paralayang,” kata dia.
Potensi wisata bukit yang satu ini sangat besar. Apalagi letak Tetempangan Hill tak jauh dari Kota Manado. Hanya dibutuhkan sekitar 1 jam untuk tiba di lokasi.
Jalanan menuju ke lokasi memang sedikit terjal. Meski jalanan sempit dan menanjak, tapi masih bersahabat apalagi di sisi kanan kiri bisa melihat indahnya pemandangan bukit-bukit lain yang masih asri.
Begitu juga beberapa desa yang akan dilewati yang suasananya benar-benar nyaman. Sejak memasuki desa tersebut, para pelancong bakal dimanjakan dengan hijaunya panorama dari ketinggian. Rerumputan hijau juga menghampar di bukit sehingga bisa berswafoto dengan latar pemandangan laut dan pegunungan yang sangat indah.
Puncak Tetempangan memang punya kelebihan. Dari atas bisa memandang wilayah 5 Kota/Kabupaten di Sulut, yakni Minahasa, Manado, Tomohon, Minahasa Utara dan Minahasa Selatan. Pemandangannya memang sangat luar biasa. Bahkan dari atas bukit kita bisa melihat desa Tateli, Kalasey, Mokupa, Lemo, Tanawangko dan Malalayang dan Kota Manado.
Seorang wisatawan asal Solo, Thahrina mengaku puas melihat panorama bukit yang begitu indah itu. “Sayang cuacanya tidak stabil ya. Jadi harus sabar menunggu momen yang pas untuk berfoto apalagi hujan kadang datang meski tak lama,” katanya.
(alv)