Menu Andalan Kaliurang, Tongseng Kelinci, Jadah dan Tempe
A
A
A
YOGYAKARTA - Kaliurang, yang masuk wilayah Hargobinangun, Pakem, Sleman, tentunya sudah tidak asing lagi di telinga.
Sebab, sebagai destinasi wisata alam, bukan hanya menawarkan keindahan pemandangan pegunungan dengan udara berhawa sejuk, juga beragam kuliner khas daerah tersebut. Jadi, tidak mengherankan jika objek wisata yang berada di lereng Gunung Merapi itu banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Berbicara kuliner khas Kaliurang, pasti tidak bisa dipisahkan dari tongseng kelinci, jadah, dan tempe. Lantaran kuliner itu merupakan ikon di Kaliurang. Bagi yang berkunjung ke tempat ini dapat dengan mudah menemukan makanan tersebut. Sebab, hampir semua warung menjual kuliner itu.
Satu di antaranya di warung tongseng kelinci Mbah Ganis yang berada di kawasan Tlogo Putri, Kaliurang. Untuk mencari warung tersebut, tidak sulit. Selain berada di tepi jalan, juga sekarang dekat dengan loket Lava TourJeep Merapi. Termasuk di depannya juga ada papan namanya.
Di warung makan ini tersedia berbagai macam olahan berbahan dasar daging kelinci, yaitu sate, tongseng, gulai, dan tengkleng. Meski begitu, bagi yang tidak suka kelinci, warung ini juga menyediakan daging kambing dan ayam sebagai variasinya.
Untuk berbagai menu olahan daging kelinci itu yang paling populer, adalah tongseng kopyok kelinci. Menu tongseng ini terbilang cukup berbeda dengan menumenu tongseng pada umumnya. Dagingnya tidak dicampur, tapi ditusuk layaknya sate.
Sementara untuk kuahnya diberi campuran telur sehingga menambah rasa gurih serta memberi tekstur pada kuahnya. Rasanya tidak semanis kuah tongseng pada umumnya. Campuran telurnya membuat beberapa bumbu terikat pada telur tersebut dan memperkuat rasa gurih dari kuah tongseng itu.
Benar-benar unik dan lezat. Sementara daging kelincinya terasa sangat lembut dan bumbunya meresap ke setip potong dagingnya. Rasanya benarbenar menggugah selera dan membuat ketagihan. Dinamakan tongseng kopyok karena dalam proses memasak bumbunya ditambah dengan kopyokan telur.
“Rasa rempah ditambah dengan kopyokan telur itu yang menjadi ciri khas,” kata pemilik warung tongseng kopyok Mbah Ganis, Ganis Ristando, 47. Warung yang sudah ada sejak 15 tahun yang lalu itu buka mulai pukul 08.00 WIB hingga 02.00 WIB.
Untuk harga sangat terjangkau, mulai Rp13.000 hingga 20.000. Selain tongseng kopyok kelinci Mbah Ganis, ada satu kuliner yang menjadi ikon Kaliurang, yaitu jadah tempe dan yang terkenal, jadah tempe Mbah Carik. Warung ini berada di dekat tugu Udang Kaliurang.
Tempat ini sudah ada sejak 1950. Jadah tempe merupakan gabungan dari dua jenis makanan tradisional masyarakat Jawa, yakni jadah yang merupakan makanan olahan dari ketan dan tempe. Tempe biasanya akan diolah dengan cara dibacem. Jadah yang merupakan makanan yang terbuat dari ketan ini biasanya dicampur parutan kelapa yang menimbulkan rasa gurih di lidah.
Sementara pasangannya, tempe yang diolah dengan cara dibacem memiliki rasa yang manis. Sebuah kombinasi yang nikmat jika disantap bersama-sama. Makanan ini umumnya disajikan dengan bungkus daun pisang. Harganya pun terjangkau, yaitu antara Rp10.000–20.000.
Jadah tempe memiliki sejarah yang panjang karena merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di desa pada umumnya. Namun, makanan ini mulai populer di kawasan Kaliurang berkat Sastro Dinomo atau yang sering disapa Mbah Carik yang menjualnya sejak 1950-an.
Makanan ini semakin populer ketika Sultan Hamengkubowono (HB) IX mencoba mencicipinya dan ternyata beliau sangat menyukai makanan ini, apalagi beliau sering mengutus pengawalnya untuk membeli makanan ini di Kaliurang.
Makanan ini pun menjadi makanan favorit kerabat Keraton Yogyakarta saat berkunjung ke Kaliurang. Jadah tempe pun menjadi makanan khas di Kaliurang. Jadi, jika ke Kaliurang tidak menyantap dua ikon kuliner Kaliurang itu sangat disayangkan.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman Sudarningsih mengatakan, sebenarnya selain gudeg, di Sleman juga ada kuliner yang menjadi ciri khas dan sudah terkenal secara nasional ataupun internasional. Di antaranya ayam goreng kalasan, belut goreng godean, dan bakpia minomartani.
Sebagai bentuk dukungan Pemkab terhadap keberadaan ikon kuliner tersebut, selain dengan memfasilitasi memasarkan produk, juga mendorong agar kuliner itu mendapatkan sertifikat, yaitu hak kekayaan intelektual (HKI).
“Dari beberapa ikon kuliner itu, tongseng kopyok Mbah Ganis dan jadah tempe Mbah Carik sudah mendapatkan HKI, untuk lainnya sekarang sedang dalam proses,” ungkapnya. Menurut Ning, panggilan Sudarningsih, untuk memperkenalkan macam kuliner tersebut, juga akan mengadakan eventfestival kuliner pada bulan ketiga 2019 ini. (Priyo Setyawan)
Sebab, sebagai destinasi wisata alam, bukan hanya menawarkan keindahan pemandangan pegunungan dengan udara berhawa sejuk, juga beragam kuliner khas daerah tersebut. Jadi, tidak mengherankan jika objek wisata yang berada di lereng Gunung Merapi itu banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Berbicara kuliner khas Kaliurang, pasti tidak bisa dipisahkan dari tongseng kelinci, jadah, dan tempe. Lantaran kuliner itu merupakan ikon di Kaliurang. Bagi yang berkunjung ke tempat ini dapat dengan mudah menemukan makanan tersebut. Sebab, hampir semua warung menjual kuliner itu.
Satu di antaranya di warung tongseng kelinci Mbah Ganis yang berada di kawasan Tlogo Putri, Kaliurang. Untuk mencari warung tersebut, tidak sulit. Selain berada di tepi jalan, juga sekarang dekat dengan loket Lava TourJeep Merapi. Termasuk di depannya juga ada papan namanya.
Di warung makan ini tersedia berbagai macam olahan berbahan dasar daging kelinci, yaitu sate, tongseng, gulai, dan tengkleng. Meski begitu, bagi yang tidak suka kelinci, warung ini juga menyediakan daging kambing dan ayam sebagai variasinya.
Untuk berbagai menu olahan daging kelinci itu yang paling populer, adalah tongseng kopyok kelinci. Menu tongseng ini terbilang cukup berbeda dengan menumenu tongseng pada umumnya. Dagingnya tidak dicampur, tapi ditusuk layaknya sate.
Sementara untuk kuahnya diberi campuran telur sehingga menambah rasa gurih serta memberi tekstur pada kuahnya. Rasanya tidak semanis kuah tongseng pada umumnya. Campuran telurnya membuat beberapa bumbu terikat pada telur tersebut dan memperkuat rasa gurih dari kuah tongseng itu.
Benar-benar unik dan lezat. Sementara daging kelincinya terasa sangat lembut dan bumbunya meresap ke setip potong dagingnya. Rasanya benarbenar menggugah selera dan membuat ketagihan. Dinamakan tongseng kopyok karena dalam proses memasak bumbunya ditambah dengan kopyokan telur.
“Rasa rempah ditambah dengan kopyokan telur itu yang menjadi ciri khas,” kata pemilik warung tongseng kopyok Mbah Ganis, Ganis Ristando, 47. Warung yang sudah ada sejak 15 tahun yang lalu itu buka mulai pukul 08.00 WIB hingga 02.00 WIB.
Untuk harga sangat terjangkau, mulai Rp13.000 hingga 20.000. Selain tongseng kopyok kelinci Mbah Ganis, ada satu kuliner yang menjadi ikon Kaliurang, yaitu jadah tempe dan yang terkenal, jadah tempe Mbah Carik. Warung ini berada di dekat tugu Udang Kaliurang.
Tempat ini sudah ada sejak 1950. Jadah tempe merupakan gabungan dari dua jenis makanan tradisional masyarakat Jawa, yakni jadah yang merupakan makanan olahan dari ketan dan tempe. Tempe biasanya akan diolah dengan cara dibacem. Jadah yang merupakan makanan yang terbuat dari ketan ini biasanya dicampur parutan kelapa yang menimbulkan rasa gurih di lidah.
Sementara pasangannya, tempe yang diolah dengan cara dibacem memiliki rasa yang manis. Sebuah kombinasi yang nikmat jika disantap bersama-sama. Makanan ini umumnya disajikan dengan bungkus daun pisang. Harganya pun terjangkau, yaitu antara Rp10.000–20.000.
Jadah tempe memiliki sejarah yang panjang karena merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat di desa pada umumnya. Namun, makanan ini mulai populer di kawasan Kaliurang berkat Sastro Dinomo atau yang sering disapa Mbah Carik yang menjualnya sejak 1950-an.
Makanan ini semakin populer ketika Sultan Hamengkubowono (HB) IX mencoba mencicipinya dan ternyata beliau sangat menyukai makanan ini, apalagi beliau sering mengutus pengawalnya untuk membeli makanan ini di Kaliurang.
Makanan ini pun menjadi makanan favorit kerabat Keraton Yogyakarta saat berkunjung ke Kaliurang. Jadah tempe pun menjadi makanan khas di Kaliurang. Jadi, jika ke Kaliurang tidak menyantap dua ikon kuliner Kaliurang itu sangat disayangkan.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Sleman Sudarningsih mengatakan, sebenarnya selain gudeg, di Sleman juga ada kuliner yang menjadi ciri khas dan sudah terkenal secara nasional ataupun internasional. Di antaranya ayam goreng kalasan, belut goreng godean, dan bakpia minomartani.
Sebagai bentuk dukungan Pemkab terhadap keberadaan ikon kuliner tersebut, selain dengan memfasilitasi memasarkan produk, juga mendorong agar kuliner itu mendapatkan sertifikat, yaitu hak kekayaan intelektual (HKI).
“Dari beberapa ikon kuliner itu, tongseng kopyok Mbah Ganis dan jadah tempe Mbah Carik sudah mendapatkan HKI, untuk lainnya sekarang sedang dalam proses,” ungkapnya. Menurut Ning, panggilan Sudarningsih, untuk memperkenalkan macam kuliner tersebut, juga akan mengadakan eventfestival kuliner pada bulan ketiga 2019 ini. (Priyo Setyawan)
(nfl)