Nostalgia Kisah Ateng-Iskak dalam Balutan Kisah Keluarga
A
A
A
JAKARTA - Berupaya untuk bernostalgia menghadirkan kembali tokoh perfilman jadul dalam kemasan baru, tiga rumah produksi, yakni 13 Entertainment, Dirgahayu Productions, dan Ideosource Entertainment pun memproduksi film "Lagi-Lagi Ateng", yang sudah diputar di bioskop mulai hari ini (10/1).
Dari judul filmnya, pikiran para penonton langsung akan menuju sosok mendiang komedian Tanah Air, Ateng (1942-2003). Komedian dengan perawakan mungil ini populer pada era 1970-an. Dan tentunya, dia duet dengan kompatriotnya, Iskak (1933-2000).
Bagi yang masih belum mengenal, Ateng merupakan seorang pelawak atau komedian yang aktif dari era 1960-an hingga 2000-an. Dia dikenal melalui grup Kwartet Jaya bersama Iskak, Eddy Sud, dan Bing Slamet.
Kemudian mempunyai film-film yang pemeran utamanya dibintanginya, seperti "Ateng Minta Kawin", "Ateng Kaya Mendadak", "Ateng The Godfather" dan banyak lagi lainnya.
Sebagai sutradara "Lagi-Lagi Ateng", Monty Tiwa berusaha menjahit beberapa elemen film yang dibintangi Ateng, antara lain "Ateng Minta Kawin" (1974), "Ateng Kaya Mendadak" (1975), dan "Ateng Bikin Pusing" (1977).
Berbeda dengan film "Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss!" (2016) arahan Anggy Umbara juga berisi elemen dari beberapa film lawas Warkop DKI, semisal "Chips", "IQ Jongkok", "Setan Kredit", hingga film laga era 80-an. Saking banyaknya, film tersebut lebih terasa seperti kumpulan komedi sketsa. Bukan kesatuan cerita yang utuh.
Beruntung Monty dalam "Lagi-Lagi Ateng" tidak terjebak melakukan hal serupa. Cerita filmnya utuh, bangunan konflik dan penyelesaiannya juga memadai. Pun dengan pola perkembangan karakter tokoh utamanya, dalam hal ini Ateng dan Agung.
Menariknya, kisah Ateng dihadirkan dengan kemasan kekinian yang lekat dengan unsur keluarga yang begitu menonjol di mana pencarian keluarga yang sempat terputus komunikasi atau hubungan suami istri dan kakak.
Sosok Ateng yang diperankan Augie Fantinus tak menyangka jika selama ini memiliki saudara kembar bernama Agung. Pasangan kembar ini terpisahkan sejak masih bayi karena perceraian kedua orang tua mereka, Budiman (Surya Saputra) dan Ratna (Unique Priscilla).
Walaupun kembar, watak mereka sangat bertolak belakang. Ateng yang selama ini diasuh bapaknya masih tetap manja dan kekanak-kanakan, sementara Agung yang mendapatkan asuhan ibunya menjadi seorang motivator dengan segala kedewasaannya dalam bersikap.
Dengan segala perbedaan watak yang terkadang menyulut pertengkaran, keduanya berusaha menyatukan kembali kedua orang tua mereka. Iskak (Soleh Solihun) yang selama ini menemani Ateng dan Cemplon (Julie Estelle), asisten pribadi Agung, juga ikut membantu mewujudkan usaha tersebut.
Petualangan Ateng dan Agung untuk mempersatukan keluarga mereka, dimulai dari ide Agung yang ingin ke Salatiga untuk melihat ayah kandungnya. Film berdurasi 109 menit ini dikemas agar bisa disaksikan semua usia.
Dalam pembuatan ceritanya, Monty mengangkat permasalahan keluarga yang sering ditemukan pada saat ini. "Yang saya lihat perpecahan keluarga, perceraian, ini tema keluarga yang sangat related," tutur Monty Tiwa.
Dari judul filmnya, pikiran para penonton langsung akan menuju sosok mendiang komedian Tanah Air, Ateng (1942-2003). Komedian dengan perawakan mungil ini populer pada era 1970-an. Dan tentunya, dia duet dengan kompatriotnya, Iskak (1933-2000).
Bagi yang masih belum mengenal, Ateng merupakan seorang pelawak atau komedian yang aktif dari era 1960-an hingga 2000-an. Dia dikenal melalui grup Kwartet Jaya bersama Iskak, Eddy Sud, dan Bing Slamet.
Kemudian mempunyai film-film yang pemeran utamanya dibintanginya, seperti "Ateng Minta Kawin", "Ateng Kaya Mendadak", "Ateng The Godfather" dan banyak lagi lainnya.
Sebagai sutradara "Lagi-Lagi Ateng", Monty Tiwa berusaha menjahit beberapa elemen film yang dibintangi Ateng, antara lain "Ateng Minta Kawin" (1974), "Ateng Kaya Mendadak" (1975), dan "Ateng Bikin Pusing" (1977).
Berbeda dengan film "Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss!" (2016) arahan Anggy Umbara juga berisi elemen dari beberapa film lawas Warkop DKI, semisal "Chips", "IQ Jongkok", "Setan Kredit", hingga film laga era 80-an. Saking banyaknya, film tersebut lebih terasa seperti kumpulan komedi sketsa. Bukan kesatuan cerita yang utuh.
Beruntung Monty dalam "Lagi-Lagi Ateng" tidak terjebak melakukan hal serupa. Cerita filmnya utuh, bangunan konflik dan penyelesaiannya juga memadai. Pun dengan pola perkembangan karakter tokoh utamanya, dalam hal ini Ateng dan Agung.
Menariknya, kisah Ateng dihadirkan dengan kemasan kekinian yang lekat dengan unsur keluarga yang begitu menonjol di mana pencarian keluarga yang sempat terputus komunikasi atau hubungan suami istri dan kakak.
Sosok Ateng yang diperankan Augie Fantinus tak menyangka jika selama ini memiliki saudara kembar bernama Agung. Pasangan kembar ini terpisahkan sejak masih bayi karena perceraian kedua orang tua mereka, Budiman (Surya Saputra) dan Ratna (Unique Priscilla).
Walaupun kembar, watak mereka sangat bertolak belakang. Ateng yang selama ini diasuh bapaknya masih tetap manja dan kekanak-kanakan, sementara Agung yang mendapatkan asuhan ibunya menjadi seorang motivator dengan segala kedewasaannya dalam bersikap.
Dengan segala perbedaan watak yang terkadang menyulut pertengkaran, keduanya berusaha menyatukan kembali kedua orang tua mereka. Iskak (Soleh Solihun) yang selama ini menemani Ateng dan Cemplon (Julie Estelle), asisten pribadi Agung, juga ikut membantu mewujudkan usaha tersebut.
Petualangan Ateng dan Agung untuk mempersatukan keluarga mereka, dimulai dari ide Agung yang ingin ke Salatiga untuk melihat ayah kandungnya. Film berdurasi 109 menit ini dikemas agar bisa disaksikan semua usia.
Dalam pembuatan ceritanya, Monty mengangkat permasalahan keluarga yang sering ditemukan pada saat ini. "Yang saya lihat perpecahan keluarga, perceraian, ini tema keluarga yang sangat related," tutur Monty Tiwa.
(nug)