Fakta Anak-anak di Indonesia
A
A
A
ANAK-anak Indonesia merupakan masa depan bangsa. Di tangan mereka, masa depan bangsa disematkan. Sayangnya masih banyak anak-anak yang berada di bawah garis kemiskinan. Butuh perhatian besar agar anak-anak memiliki masa depan cerah.
1. Dari jumlah penduduk 258 juta jiwa (2016), sepertiga di antaranya (32,24%) adalah anak-anak
2. Data BPS 2016 menunjukkan, lebih dari separuh anak atau sekitar 57% masih hidup di bawah garis kemiskinan dengan sekitar Rp24.000 per hari
3. Ada 11 juta anak yang hidup berada di garis kemiskinan, atau 13,31% dari total penduduk yang berkategori anak
4. Persentase anak miskin tertinggi berada di Papua (35,37%), sedangkan terendah terdapat di Bali (5,39%)
Perbedaan anak Indonesia dengan anak negara lain
Benesse Educational Research and Development (BERD) Institute mengadakan survei kepada ibu-ibu yang memiliki anak usia 4-6 tahun dari Finlandia, China, Jepang, dan Indonesia pada 2017. Berikut di antara hasilnya:
1. Anak-anak Indonesia bangun tidur lebih awal
Alasannya, Indonesia memiliki banyak kegiatan di pagi hari. Pada hari biasa, anak Indonesia yang bangun tidur sebelum pukul 05.30 mencapai 11,1% dan yang bangun pada pukul 06.00 mencapai 31,9%. Sementara, anak-anak di tiga negara lain (Jepang, China, dan Finlandia) yang bangun tidur pada pukul 05.30 kurang dari 3% dan bangun pada pukul 06.00 kurang dari 13%.
2. Menghabiskan waktu lebih sedikit di playgroup atau PAUD
Hasil survei mengungkapkan bahwa 89,8% anak Indonesia menghabiskan waktu kurang dari 4 jam di PAUD. Itu artinya, lebih singkat dibandingkan dengan anak-anak dari negara lain. Anak-anak di Indonesia ternyata tidak ada yang pernah menghabiskan waktu di PAUD lebih dari 8 jam. Sebaliknya, anak-anak di negara lain justru banyak menghabiskan waktu di PAUD hingga lebih dari 8 jam. China (50%), Finlandia (44%) dan Jepang (10%).
3. Perspektif ibu terkait pola asuh anak
Bagi Ibu di Indonesia, ada tiga hal yang memerlukan usaha paling besar dalam mengasuh anak. Pertama, menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik, seperti menyikat gigi, mandi, dan sebagainya (66,9 %). Selanjutnya, disusul dengan usaha menjaga kesehatan tubuh (64,8 %), dan main bersama orangtuanya (56,7%).Dalam studi longitudinal, perkembangan pada usia prasekolah (3-6 tahun) yang dilakukan oleh BERD, anak- anak yang menguasai kebiasaan hidup pada usia 3-4 tahun akan memiliki kemampuan sosial emosional lebih baik pada usia 4-5 tahun.
4. Harapan orang tua terhadap masa depan anak
Para ibu Indonesia mengharapkan anaknya menjadi orang yang menyayangi keluarga (75,8 %), menjadi orang yang memiliki sikap kepemimpinan (53,1 %), dan menjadi orang yang bisa memanfaatkan kemampuan tinggi dalam pekerjaan (35 %).Ibu di China (77,9 %) dan Finlandia (81,7 %) juga menginginkan anak mereka menjadi orang yang menyayangi keluarga. Hanya para ibu di Jepang berharap anak mereka menjadi orang yang memiliki pendirian atau pendapat sendiri (72,3 %).
5. Arti anak di mata orang tua
Para ibu di Indonesia menilai bahwa anak adalah sosok yang mewarisi keturunan keluarga untuk masa depan (64,3 %), sosok yang akan mengurus orangtua di masa datang (57,9 %), dan sosok yang bisa mengabulkan cita-cita orangtua (57,0 %). Tiga penilaian tersebut merupakan hasil survei yang unik dari Indonesia, karena 30 poin lebih tinggi dibandingkan negara lain.
1. Dari jumlah penduduk 258 juta jiwa (2016), sepertiga di antaranya (32,24%) adalah anak-anak
2. Data BPS 2016 menunjukkan, lebih dari separuh anak atau sekitar 57% masih hidup di bawah garis kemiskinan dengan sekitar Rp24.000 per hari
3. Ada 11 juta anak yang hidup berada di garis kemiskinan, atau 13,31% dari total penduduk yang berkategori anak
4. Persentase anak miskin tertinggi berada di Papua (35,37%), sedangkan terendah terdapat di Bali (5,39%)
Perbedaan anak Indonesia dengan anak negara lain
Benesse Educational Research and Development (BERD) Institute mengadakan survei kepada ibu-ibu yang memiliki anak usia 4-6 tahun dari Finlandia, China, Jepang, dan Indonesia pada 2017. Berikut di antara hasilnya:
1. Anak-anak Indonesia bangun tidur lebih awal
Alasannya, Indonesia memiliki banyak kegiatan di pagi hari. Pada hari biasa, anak Indonesia yang bangun tidur sebelum pukul 05.30 mencapai 11,1% dan yang bangun pada pukul 06.00 mencapai 31,9%. Sementara, anak-anak di tiga negara lain (Jepang, China, dan Finlandia) yang bangun tidur pada pukul 05.30 kurang dari 3% dan bangun pada pukul 06.00 kurang dari 13%.
2. Menghabiskan waktu lebih sedikit di playgroup atau PAUD
Hasil survei mengungkapkan bahwa 89,8% anak Indonesia menghabiskan waktu kurang dari 4 jam di PAUD. Itu artinya, lebih singkat dibandingkan dengan anak-anak dari negara lain. Anak-anak di Indonesia ternyata tidak ada yang pernah menghabiskan waktu di PAUD lebih dari 8 jam. Sebaliknya, anak-anak di negara lain justru banyak menghabiskan waktu di PAUD hingga lebih dari 8 jam. China (50%), Finlandia (44%) dan Jepang (10%).
3. Perspektif ibu terkait pola asuh anak
Bagi Ibu di Indonesia, ada tiga hal yang memerlukan usaha paling besar dalam mengasuh anak. Pertama, menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik, seperti menyikat gigi, mandi, dan sebagainya (66,9 %). Selanjutnya, disusul dengan usaha menjaga kesehatan tubuh (64,8 %), dan main bersama orangtuanya (56,7%).Dalam studi longitudinal, perkembangan pada usia prasekolah (3-6 tahun) yang dilakukan oleh BERD, anak- anak yang menguasai kebiasaan hidup pada usia 3-4 tahun akan memiliki kemampuan sosial emosional lebih baik pada usia 4-5 tahun.
4. Harapan orang tua terhadap masa depan anak
Para ibu Indonesia mengharapkan anaknya menjadi orang yang menyayangi keluarga (75,8 %), menjadi orang yang memiliki sikap kepemimpinan (53,1 %), dan menjadi orang yang bisa memanfaatkan kemampuan tinggi dalam pekerjaan (35 %).Ibu di China (77,9 %) dan Finlandia (81,7 %) juga menginginkan anak mereka menjadi orang yang menyayangi keluarga. Hanya para ibu di Jepang berharap anak mereka menjadi orang yang memiliki pendirian atau pendapat sendiri (72,3 %).
5. Arti anak di mata orang tua
Para ibu di Indonesia menilai bahwa anak adalah sosok yang mewarisi keturunan keluarga untuk masa depan (64,3 %), sosok yang akan mengurus orangtua di masa datang (57,9 %), dan sosok yang bisa mengabulkan cita-cita orangtua (57,0 %). Tiga penilaian tersebut merupakan hasil survei yang unik dari Indonesia, karena 30 poin lebih tinggi dibandingkan negara lain.
(poe)