Asupan Nutrisi Omega 3 Penting bagi Perkembangan Anak
A
A
A
STUDI yang dipublikasikan British Journal of Nutrition (2016) menemukan bahwa 8 dari 10 anak Indonesia kekurangan asupan omega 3. Salah seorang penelitinya, Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman MS, guru besar bidang keamanan pangan dan gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, memaparkan, tumbuh kembang, termasuk intelegensi anak, sangat ditentukan nutrisi, stimulasi, dan faktor lingkungan dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
“Selama masa ini, ada komposisi gizi yang sangat esensial untuk proses tumbuh kembang, misalnya asam lemak esensial,” ungkap Prof Ahmad. Asam lemak adalah unsur pembentuk lemak yang terbagi secara dua garis besar, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid).
Asam lemak tak jenuh dibagi lagi menjadi dua, yaitu asam lemak tak jenuh ganda atau PUFA (polyunsaturated fatty acid) dan asam lemak tak jenuh tunggal atau MUFA (monosaturated fatty acid). PUFA terdiri atas omega 3 dan omega 6 serta MUFA berupa omega 9.
Berdasarkan penelitian Prof Ahmad dan kolega, kekurangan asupan omega 3 banyak terjadi pada anak Indonesia. Dalam tubuh, omega 3 (asam linolenat/ALA) diubah menjadi EPA dan DHA. “Keduanya sangat penting dalam pembentukan otak janin,” ujar Prof Ahmad.
Adapun omega 6 (asam linoleat/LA) diubah menjadi ARA (arachidonat). Riset menemukan, bayi prematur dan mengalami pertumbuhan terhambat lahir dengan defisit ARA dan DHA. Selain itu, defisit DHA otak ditemukan memengaruhi penglihatan dan perkembangan kognitif pada bayi prematur dan BBLR (berat bayi lahir rendah).
Prof Ahmad menjelaskan, bahan kering otak terdiri atas 50-60% lemak. “DHA merepresen tasikan 33% dari asam lemak dalam fosfolipid spesifik dari brain gray matter,” ungkapnya. DHA dan ARA banyak terdapat pada membran sel otak dan mata. Penelitian Prof Ahmad menggunakan asupan diet yang didapat dari Riskesdas 2010, melibatkan puluhan ribu anak usia 4-12 tahun dari 33 provinsi.
“Asupan makanan dan minuman selama 24 jam direkam melalui wawancara. Dari sekian banyak makanan, kita lihat asupan sumber lemak yang signifikan,” ucap Prof Ahmad. Dipilih 118 makanan yang dianggap paling merepresentasikan pola makan anak Indonesia. Selanjutnya, diambil contoh makanan tersebut dari 13 provinsi, merepresentasikan 78% populasi Indonesia.
Sumbernya pun beragam, mulai pasar tradisional, kantin, supermarket, minimarket lokal, hingga penjual di pinggir jalan. Sampel-sampel ini kemu dian dibuat komposit dan diteliti kandungan asam lemaknya di lab IPB dan lab di Belanda. Setelah itu, asupan lemak anak Indonesia dievalua si berdasarkan kandungan asam lemak yang dikumpulkan dari sampel. Ditemukan bahwa 80,9% anak kekurangan EPA dan DHA.
Sumber makanan Indonesia yang kaya akan EPA dan DHA antara lain ikan lemuru, ikan sardin, ikan lele, dan susu yang difortifikasi. Adapun tempe dan tahu kaya akan LA dan ALA, tapi tidak mengandung EPA dan DHA. Seafood juga merupakan sumber omega 3 yang sangat baik.
“Selama masa ini, ada komposisi gizi yang sangat esensial untuk proses tumbuh kembang, misalnya asam lemak esensial,” ungkap Prof Ahmad. Asam lemak adalah unsur pembentuk lemak yang terbagi secara dua garis besar, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid).
Asam lemak tak jenuh dibagi lagi menjadi dua, yaitu asam lemak tak jenuh ganda atau PUFA (polyunsaturated fatty acid) dan asam lemak tak jenuh tunggal atau MUFA (monosaturated fatty acid). PUFA terdiri atas omega 3 dan omega 6 serta MUFA berupa omega 9.
Berdasarkan penelitian Prof Ahmad dan kolega, kekurangan asupan omega 3 banyak terjadi pada anak Indonesia. Dalam tubuh, omega 3 (asam linolenat/ALA) diubah menjadi EPA dan DHA. “Keduanya sangat penting dalam pembentukan otak janin,” ujar Prof Ahmad.
Adapun omega 6 (asam linoleat/LA) diubah menjadi ARA (arachidonat). Riset menemukan, bayi prematur dan mengalami pertumbuhan terhambat lahir dengan defisit ARA dan DHA. Selain itu, defisit DHA otak ditemukan memengaruhi penglihatan dan perkembangan kognitif pada bayi prematur dan BBLR (berat bayi lahir rendah).
Prof Ahmad menjelaskan, bahan kering otak terdiri atas 50-60% lemak. “DHA merepresen tasikan 33% dari asam lemak dalam fosfolipid spesifik dari brain gray matter,” ungkapnya. DHA dan ARA banyak terdapat pada membran sel otak dan mata. Penelitian Prof Ahmad menggunakan asupan diet yang didapat dari Riskesdas 2010, melibatkan puluhan ribu anak usia 4-12 tahun dari 33 provinsi.
“Asupan makanan dan minuman selama 24 jam direkam melalui wawancara. Dari sekian banyak makanan, kita lihat asupan sumber lemak yang signifikan,” ucap Prof Ahmad. Dipilih 118 makanan yang dianggap paling merepresentasikan pola makan anak Indonesia. Selanjutnya, diambil contoh makanan tersebut dari 13 provinsi, merepresentasikan 78% populasi Indonesia.
Sumbernya pun beragam, mulai pasar tradisional, kantin, supermarket, minimarket lokal, hingga penjual di pinggir jalan. Sampel-sampel ini kemu dian dibuat komposit dan diteliti kandungan asam lemaknya di lab IPB dan lab di Belanda. Setelah itu, asupan lemak anak Indonesia dievalua si berdasarkan kandungan asam lemak yang dikumpulkan dari sampel. Ditemukan bahwa 80,9% anak kekurangan EPA dan DHA.
Sumber makanan Indonesia yang kaya akan EPA dan DHA antara lain ikan lemuru, ikan sardin, ikan lele, dan susu yang difortifikasi. Adapun tempe dan tahu kaya akan LA dan ALA, tapi tidak mengandung EPA dan DHA. Seafood juga merupakan sumber omega 3 yang sangat baik.
(don)