Festival Crossborder Ikut Perkenalkan Alat Musik Tradisional Kalimantan, Sape
A
A
A
ENTIKONG - Festival Crossborder yang digulirkan Kementerian Pariwisata, tidak hanya menghadirkan banyak musisi papan atas Indonesia. Kesenian dan budaya juga ikut diangkat. Di Kalimantan, salah satu seni yang diangkat ke permukaan adalah sape.
Sape sering juga ditulis dengan sapeh. Sape adalah alat musik tradisional khas Kalimantan. Terbuat dari sebuah batang kayu. Sape terlohat sangat indah. Karena menampilkan banyak ukiran khas Suku Dayak. Ukiran tersebut sangat dominan dan memenuhi permukaan alat musik yang memiliki panjang sekitar 1 meter itu.
Sape dimainkan dengan cara dipetik. Alunan yang keluar dari alat musik ini sangat indah. Siapa pun yang mendengarnya bisa larut. Satu hal yang menarik dari Sape, adalah bisa dikolaborasikan dengan alat musik modern. Seperti gitar, bass, drum, dan keyboard.
Kementerian Pariwisata juga kerap menampilkan sape dalam setiap festival crossborder yang berlangsung di Kalimantan. Baik di Entikong, Aruk, Badau, dan lainnya.
Buat Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, kehadiran sape dalam setiap event crossborder adalah bentuk komitmen Kemenpar. Terutama untuk memajukan sektor budaya daerah.
“Kalimantan sangat kaya akan budaya. Banyak yang bisa gali dari sana. Dan kita berkomitmen untuk turut mengangkat potensi budaya daerah. Makanya dalam setiap event crossborder, kita juga mengenalkan seni dan budaya Kalimantan. Termasuk sape yang merupakan alat musik tradisional Kalimantan,” paparnya, Kamis (28/2/2019).
Saat Festival Crossborder di Entikong akhir pekan kemarin, sape juga turut ditampilkan. Sape dibawakan grup musik etnik Gong Khatulistiwa.
“Di Entikong, sape tampil dengan alat musik modern seperti gitar, bass dan drum. Juga dikolaborasikan dengan puisi. Hasilnya, sangat indah sekali. Alunan sapenya juga terdengar jelas. Ini menjadi daya tarik lain dari Festival Crossborder Entikong,” jelas Rizki.
Sedangkan Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata Adella Raung, mengatakan festival crossborder adalah wadah buat mengangat semua potensi daerah. Khususnya di area perbatasan.
“Festival crossborder adalah wadah resmi buat para pelaku I pariwisata. Kita selalu memberikan space untuk mereka manfaatkan. Baikndari sisi ekonomi, sosial dan budaya, kuliner, dan sebagainya. Oleh karena itu kita selalu melibatkan banyak pihak terkait,” papar Adella, didampingi Kabid Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Sapto Haryono.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga berharap Festival Crossborder bisa berdampak positif buat masyarakat.
“Ada value yang tersimpan dari festival crossborder. Value yang bisa menggerakkan sektor ekonomi masyarakat. Value yang bisa mengangkat potensi seni dan budaya daerah. Value untuk mengenalkan kuliner daerah. Sekarang tinggal bagaimana daerah mampu memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya melalui festival crossborder,” paparnya.
Sape sering juga ditulis dengan sapeh. Sape adalah alat musik tradisional khas Kalimantan. Terbuat dari sebuah batang kayu. Sape terlohat sangat indah. Karena menampilkan banyak ukiran khas Suku Dayak. Ukiran tersebut sangat dominan dan memenuhi permukaan alat musik yang memiliki panjang sekitar 1 meter itu.
Sape dimainkan dengan cara dipetik. Alunan yang keluar dari alat musik ini sangat indah. Siapa pun yang mendengarnya bisa larut. Satu hal yang menarik dari Sape, adalah bisa dikolaborasikan dengan alat musik modern. Seperti gitar, bass, drum, dan keyboard.
Kementerian Pariwisata juga kerap menampilkan sape dalam setiap festival crossborder yang berlangsung di Kalimantan. Baik di Entikong, Aruk, Badau, dan lainnya.
Buat Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, kehadiran sape dalam setiap event crossborder adalah bentuk komitmen Kemenpar. Terutama untuk memajukan sektor budaya daerah.
“Kalimantan sangat kaya akan budaya. Banyak yang bisa gali dari sana. Dan kita berkomitmen untuk turut mengangkat potensi budaya daerah. Makanya dalam setiap event crossborder, kita juga mengenalkan seni dan budaya Kalimantan. Termasuk sape yang merupakan alat musik tradisional Kalimantan,” paparnya, Kamis (28/2/2019).
Saat Festival Crossborder di Entikong akhir pekan kemarin, sape juga turut ditampilkan. Sape dibawakan grup musik etnik Gong Khatulistiwa.
“Di Entikong, sape tampil dengan alat musik modern seperti gitar, bass dan drum. Juga dikolaborasikan dengan puisi. Hasilnya, sangat indah sekali. Alunan sapenya juga terdengar jelas. Ini menjadi daya tarik lain dari Festival Crossborder Entikong,” jelas Rizki.
Sedangkan Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata Adella Raung, mengatakan festival crossborder adalah wadah buat mengangat semua potensi daerah. Khususnya di area perbatasan.
“Festival crossborder adalah wadah resmi buat para pelaku I pariwisata. Kita selalu memberikan space untuk mereka manfaatkan. Baikndari sisi ekonomi, sosial dan budaya, kuliner, dan sebagainya. Oleh karena itu kita selalu melibatkan banyak pihak terkait,” papar Adella, didampingi Kabid Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Sapto Haryono.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga berharap Festival Crossborder bisa berdampak positif buat masyarakat.
“Ada value yang tersimpan dari festival crossborder. Value yang bisa menggerakkan sektor ekonomi masyarakat. Value yang bisa mengangkat potensi seni dan budaya daerah. Value untuk mengenalkan kuliner daerah. Sekarang tinggal bagaimana daerah mampu memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya melalui festival crossborder,” paparnya.
(akn)