Sammo Hung Sebut Film Hong Kong Tidak Punya Masa Depan

Selasa, 02 April 2019 - 17:30 WIB
Sammo Hung Sebut Film...
Sammo Hung Sebut Film Hong Kong Tidak Punya Masa Depan
A A A
HONG KONG - Sammo Hung adalah tokoh yang sangat dihormati di jagat hiburan Hong Kong. Dia dikenal atas bakat koreografi dan seni bela diri. Saat menghadiri 43rd Hong Kong International Film Festival, Sammo menggelar seminar dan mengungkapkan pengalamannya selama membuaat film serta pemikirannya atas masa depan perfilman Hong Kong.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang biasanya mengungkapkan optimisme atas masa depan sesuatu, Sammo justru memiliki pendapat sebaliknya. Menurut dia, masa depan perfilman Hong Kong cukup suram.

“Perfilman Hong Kong tidak punya harapan bagi generasi mendatang. Tidak ada film aksi lagi. Beda dengan dulu. Ada Jackie Chan dan Sammo Hung yang memberikan harapan bagi generasi yang lebih muda. Orang tidak lagi belajar bela diri setelah nonton aksi bintang bela diri. Tanpa film dan tanpa film seni bela diri, apa poinnya belajar seni bela diri? Setelah mempelajari seni bela diri, mereka akan menjual roti babi panggang buat hidup keesokan harinya?” papar Sammo yang dikutip Jaynestars.

Sammo mengakui jika sekarang lebih banyak orang yang memilih bergabung kompetisi menyanyi ketimbang belajar seni bela diri. Dia pun berharap sektor perfilman Hong Kong bisa melakukan lebih banyak untuk mendukung film lokal.

“Film Hong Kong itu populer sekitar 10 atau 20 tahun lau; sekarang negara lain melampaui Hong Kong. Ini membuat saya sakit hati, tapi saya tidak bisa bergerak, tidak bisa membantu dan tidak bisa berkata apa-apa. Saya tidak menghadiri event karena saya punya temperamen buruk dan saya akan membuat orang lain tersinggung. Saya tadi berdiskusi dengan Direktur Dewan Pengembangan Film Hong Kong. Pemerintah menghabiskan banyak yang untuk upacara pembukaan (43rd Hong Kong International Film Festival) dan lalu tidak ada apa-apa. Mengapa tidak terus berinvestasi ke perfilman Hong Kong dan mengembangkan mereka untuk mengubah masa depan film Hong Kong? Pikirkan dan beri tahu saya,” ujar Sammo.

Dikutip dari The Hollywood Reporter, Sammo lahir pada 1952. Dia belajar seni bela diri dari usia 9 tahun di genre opera Peking di Akademi Drama China Hong Kong di bawah asuhan Master Yu Jim-yuen. Dia adalah anggota terkenal dari aksi troupe Seven Little Fortune di Akademi itu. Sammo kemudian mengubah perfilman Hong Kong dengan koreografi aksi akrobatik dan penantang maut yang didesain dan dilakukan anggotanya. Salah satu anggota grup itu adalah Jackie Chan.

Sammo kali pertama tampil di layar lebar ketika berusia 14 tahun sebagai stunt man. Dengan keterampilannya dalam seni bela diri, akrobat dan tari, dia kemudian menjadi pendukung film wuxia yang dipopulerkan Shaw Brothers Studio. Dia kemudian menjadi tokoh utama di film Shaolin Plot pada 1977 yang diproduksi studio rivalnya, Golden Harvest. Pada 1978, dia debut sebagai sutradara di film The Iron-Fisted Monk.

Karya Sammo di era 1980an turut membantu membentuk gaya film aksi Hong Kong, dengan mengantarkan genre komedi aksi dan subgenre komedi horor vampire China, terutama dengan film Encounter of the Spooky Kind (1980). Film-film seperti serial Lucky Star (1982—1985)—yang juga dibintangi Jackie Chan, dan Wheels on Meals (1984) memiliki energi tinggi dan realitas dan dilengkapi elemen komedi.

Sammo juga membantu bintang Michelle Yeoh bersinar terang ketika dia memproduseri Yes, Madam (1985). Pada 1998, Sammo menjadi orang Asia Timur pertama yang menjadi tokoh utama serial primetime di Amerika Serikat (AS) yaitu Martial Law.

Kontribusi Sammo terhadap film laga Hong Kong cukup banyak. Dia juga mendapatkan banyak penghargaan untuk karyanya tersebut. Dia memenangkan Hong Kong Film Award pertamanya untuk koreografi terbaik di film The Prodigal Son pada 1981. Dia juga mendapatkan penghargaan di kategori yang sama untuk film Ip Man (2008), Ip Man 2 (2010) dan Paradox (2017).

Salah satu karya Sammo yang mungkin masih banyak diingat orang adalah koreografi yang dia ciptakan di Kung Fu Hustle. Di seminar tersebut, Sammo juga turut menayangkan film tersebut. Para peserta kemudian bertanya apakah Sammo secara pribadi mendesain adegan laga di film itu.

“Ketika triad (geng) datang untuk melawan kelompok itu, ada buruh, tukang jahit dan seorang pria yang menjual adonan goreng. Ingat adegan itu? Saya mengkoreografikan adegan itu. Ada adegan lain di mana tiga master yang memutuskan untuk pergi tapi mereka tiba-tiba mulai berkelahi di tangga sebelum mengucapkan selamat tinggal. Saya juga mengkoreografikan itu. Saya lantas dipecat setelah itu,” kata Sammo.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1201 seconds (0.1#10.140)