Narasi Bunyi Ekspedisi Tubuh Wadian dalam Konvergen

Senin, 08 April 2019 - 08:30 WIB
Narasi Bunyi Ekspedisi Tubuh Wadian dalam Konvergen
Narasi Bunyi Ekspedisi Tubuh Wadian dalam Konvergen
A A A
Peristiwa demi peristiwa lahir lewat tarian menyihir penikmat seni yang bergeming menatap panggung Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta. Layaknya sebuah ritual, empat penari berpakaian adat Suku Dayak dengan gelang besar di tangan terus bergerak dan menari, hingga gelang-gelang tersebut beradu dan menghasilkan bunyi-bunyian meriah.

Kurang lebih 60 menit, pertunjukan tari bertajuk Konvergen persembahan kelompok seni asal Palangkaraya Abib Igal Dance Project tadi, sukses menampilkan budaya ritual magis untuk tujuan pengobatan khas Suku Dayak, yaitu Wadian. Konvergen sendiri merupakan sebuah studi performance tentang ekspedisi tubuh Wadian, narasi titik pertemuan yang kasat ma ta dan tak kasatmata.

Sebuah narasi bunyi titik pertemuan antara bentuk laku ritual dan kompleksitas diri yang menya darkan tentang pentingnya sebuah pertemuan dan kebersamaan dalam suatu perbedaan. “Konvergen terbukti membuka usaha Abib untuk mengerti dan memahami lagi tradisinya, yaitu tradisi Dadas dan pertemuan bunyinya. Saya pun dikenalkan kembali pada usaha-usaha kreatif koreografer muda untuk merawat dan meneruskan tradisi dengan pertanyaanpertanyaan baru yang kritikal dan inovatif.

Kolaborasi saling menghargai ini menjadi tumbuh pesat untuk Abib dan untuk saya. Terima kasih Abib beserta tim dan Palangkaraya yang selalu memberikan banyak ruang bebas untuk membaca tradisi kita,” ujar Eko Supriyanto, selaku mentor dari Abib Igal Dance Studio. Pimpinan produksi dari Abib Igal Dance Project, Budi Jaya Habibi mengatakan, Abib Igal Dance Project adalah “rumah” untuk kerja artistik dalam pencarian, pemben tukan, dan pembacaan ulang terhadap tubuh Kalimantan.

Kekhasan irama gelang yang terdapat dalam ritual Suku Dayak yang seolah bernyanyi, akan terus mereka kenalkan keunikannya dalam dunia tari masa kini dan akan terus diusahakan kebaruannya. “Dibantu dengan mentoring dari Mas Eko Supriyanto, seorang koreografer Indonesia yang telah meraih pengakuan internasional, beliau memberikan kami banyak masukan serta perspektif baru bahwa berkarya jangan hanya berdiri pada satu pandangan.

Semoga hasil karya kami ini semakin menginspirasi dan dapat menambah semangat positif para penikmat seni untuk menghasilkan karya seni,” ujar Budi. Abib Igal Dance Project dibentuk pada 2012 di Yogyakarta, atas inisiatif Habibi yang kerap disapa Abib, yang merupakan lulusan sarjana seni tari dalam konsentrasi Penciptaan Seni Tari.

Besar di Kalimantan Tengah membuat Abib akrab dengan seni tradisi Suku Dayak. Dance Project ini terus mencoba untuk menjadi terminal kreatif untuk seni tari di Kalimantan, baik secara bentuk maupun spirit lokalitas tradisi. Saat ini, Abib Igal Dance Project masih fokus pada studi performance dan proses eksplorasi tari gelang Suku Dayak Maanyan.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1260 seconds (0.1#10.140)