Operasi Dinilai Tindakan Medis Paling Utama Satukan Celah Bibir
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan data Smile Train, rata-rata setiap tahunnya tercatat sebanyak 8.000-9.000 bayi terlahir dengan kondisi celah bibir atau celah Iangit di Indonesia. Celah bibir dan langit merupakan kondisi di mana terdapat celah di antara rongga mulut dan rongga hidung akibat ketidaksempurnaan proses penyatuan bibir dan Ielangit pada masa perkembangan janin.
Anak dengan celah langit atau bibir tidak bisa makan dan berbicara dengan benar, serta seringkali tidak bersekolah atau melakukan aktivitas seperti pada umumnya. Pada kebanyakan bayi yang melalui serangkaian operasi, dapat mengembalikan fungsi anggota tubuh dan mampu mencapai tampilan dengan bekas luka minimal.
"Operasi adalah tindakan medis paling utama untuk menyatukan celah bibir atau langit pada bayi maupun anak-anak. Dengan operasi, tidak hanya mengembalikan bentuk anatomi mendekati normal dengan memperhatikan aspek estetis wajah, namun juga memperbaiki fungsi bicara, makan dan psikologis anak serta keluarganya," kata Letkol. Ckm. dr. Denny Irwansyah, SpBP-RE, dokter Spesialis bedah plastic dan rekonstruksi, yang juga Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik (PERAPI) saat temu media di Hotel Mercure, Jakarta, Senin (13/5).
Namun dijelaskan dr. Denny, tidak semua anak akan melalui operasi yang sama. Hal ini bergantung pada usia dan kondisi celah yang dialami. Pada beberapa kasus, terkadang perlu operasi tambahan seperti operasi cangkok tuIang, rhinoplasty atau operasi untuk memperbaiki bentuk hidung, operasi perbaikan rahang, atau operasi saluran telinga.
"Untuk tahapan operasi, labioplasty berat badan lebih dari 10 pon, usia 10 minggu dan HB lebih dari 10. Operasi langit-langit usia 1 tahun karena usia 2 tahun, anak belajar bicara. Sebelum belajar bicara, langit-langit harus sudah benar. Revisi scar parut usia 5 tahun karena usia tersebut anak akan masuk sekolah dan anak akan menjadi lebih pede dan saat anak sekolah, anak tidak akan menjadi bahan bully temannya," jelasnya.
"Bukan berarti usia dewasa, 60-70 tahun enggak bisa direkontruksi. Usia dewasa sekalipun yang belum direkonstruksi celah bibir dan langitnya masih ada kesempatan," lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Program Director dan Country Manager Smile Train Indonesia, Deasy Larasati menyampaikan bahwa 100 persen operasi celah bibir dan langit dilalukan secara gratis. Di Indonesia, Smile Train beroperasi sejak 2002 dan telah mengembangkan kemitraan di lebih dari 85 rumah sakit di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, Smile Train telah membantu lebih dari 75.000 anak Indonesia.
Tidak hanya memberikan operasi gratis, Smile Train juga memberikan perawatan paska operasi dan terapi yang perlu dilakukan oleh anak yang telah melalui operasi. Tujuannya adalah untuk memastikan kemampuan anak agar dapat makan, berbicara, mendengar dan bernapas seperti seharusnya. Terapi yang dilakukan diantaranya terapi bicara, ortodontik, dan lainnya.
Perawatan dan terapi yang komperhensif akan melibatkan tim dokter spesialis karena berkaitan dengan area lain dari kesehatan anak. Tim dokter spesialis yang terlibat akan mencakup dokter anak, dokter bedah, dokter gigi dokter THT hingga ahli gizi.
"Bisa dicari informasi di media sosial Smile Train Indonesia. Masih banyak anak di berbagai penjuru Indonesia yang belum mendapat perawatan komperehensif untuk celah bibir dan celah langit. Melalui kegiatan ini, kami berharap lebih banyak anak Indonesia dapat tersenyum kembali dan menatap masa depan yang lebih baik," tutur Deasy.
Anak dengan celah langit atau bibir tidak bisa makan dan berbicara dengan benar, serta seringkali tidak bersekolah atau melakukan aktivitas seperti pada umumnya. Pada kebanyakan bayi yang melalui serangkaian operasi, dapat mengembalikan fungsi anggota tubuh dan mampu mencapai tampilan dengan bekas luka minimal.
"Operasi adalah tindakan medis paling utama untuk menyatukan celah bibir atau langit pada bayi maupun anak-anak. Dengan operasi, tidak hanya mengembalikan bentuk anatomi mendekati normal dengan memperhatikan aspek estetis wajah, namun juga memperbaiki fungsi bicara, makan dan psikologis anak serta keluarganya," kata Letkol. Ckm. dr. Denny Irwansyah, SpBP-RE, dokter Spesialis bedah plastic dan rekonstruksi, yang juga Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik (PERAPI) saat temu media di Hotel Mercure, Jakarta, Senin (13/5).
Namun dijelaskan dr. Denny, tidak semua anak akan melalui operasi yang sama. Hal ini bergantung pada usia dan kondisi celah yang dialami. Pada beberapa kasus, terkadang perlu operasi tambahan seperti operasi cangkok tuIang, rhinoplasty atau operasi untuk memperbaiki bentuk hidung, operasi perbaikan rahang, atau operasi saluran telinga.
"Untuk tahapan operasi, labioplasty berat badan lebih dari 10 pon, usia 10 minggu dan HB lebih dari 10. Operasi langit-langit usia 1 tahun karena usia 2 tahun, anak belajar bicara. Sebelum belajar bicara, langit-langit harus sudah benar. Revisi scar parut usia 5 tahun karena usia tersebut anak akan masuk sekolah dan anak akan menjadi lebih pede dan saat anak sekolah, anak tidak akan menjadi bahan bully temannya," jelasnya.
"Bukan berarti usia dewasa, 60-70 tahun enggak bisa direkontruksi. Usia dewasa sekalipun yang belum direkonstruksi celah bibir dan langitnya masih ada kesempatan," lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Program Director dan Country Manager Smile Train Indonesia, Deasy Larasati menyampaikan bahwa 100 persen operasi celah bibir dan langit dilalukan secara gratis. Di Indonesia, Smile Train beroperasi sejak 2002 dan telah mengembangkan kemitraan di lebih dari 85 rumah sakit di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, Smile Train telah membantu lebih dari 75.000 anak Indonesia.
Tidak hanya memberikan operasi gratis, Smile Train juga memberikan perawatan paska operasi dan terapi yang perlu dilakukan oleh anak yang telah melalui operasi. Tujuannya adalah untuk memastikan kemampuan anak agar dapat makan, berbicara, mendengar dan bernapas seperti seharusnya. Terapi yang dilakukan diantaranya terapi bicara, ortodontik, dan lainnya.
Perawatan dan terapi yang komperhensif akan melibatkan tim dokter spesialis karena berkaitan dengan area lain dari kesehatan anak. Tim dokter spesialis yang terlibat akan mencakup dokter anak, dokter bedah, dokter gigi dokter THT hingga ahli gizi.
"Bisa dicari informasi di media sosial Smile Train Indonesia. Masih banyak anak di berbagai penjuru Indonesia yang belum mendapat perawatan komperehensif untuk celah bibir dan celah langit. Melalui kegiatan ini, kami berharap lebih banyak anak Indonesia dapat tersenyum kembali dan menatap masa depan yang lebih baik," tutur Deasy.
(nug)