Kenali Penyakit Herpes Genital Kronis dan Menular
A
A
A
JAKARTA - Walau jarang sebabkan kematian, herpes genital bersifat kronis dan menular. Virus akan tetap di dalam tubuh sehingga penyakit ini tidak dapat diobati secara permanen. Itulah mengapa kesadaran akan penyakit ini harus ditingkatkan sehingga masyarakat dapat tanggap terhadap penyakit ini, mengenali penyakit ini secara tepat, serta mewaspadai penularannya.
Tercatat sekitar 417 orang menderita herpes genital merujuk pada data WHO. Dr dr Wresti Indriatmi SpKK(K) MEpid menyebutkan, herpes genital merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang diakibatkan Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan 2.
Biasanya tipe 1 ditularkan melalui oral ke oral, sedangkan tipe 2 melalui aktivitas seksual. Namun, dengan semakin berkembangnya bentuk aktivitas seksual, terkadang ditemukan HSV tipe 1 di area genital.
Perjalanan penyakit atau jenis herpes genital dimulai dengan lesi inisial primer, yaitu saat pertama kali terkena herpes genital. Tubuh akan langsung menunjukkan gejalanya seperti seriawan, sakit, dan dapat bernanah.
Selanjutnya, lesi inisial nonprimer, yaitu saat pertama kali virus masuk, tubuh sudah terlebih dahulu membentuk antibodi sehingga virus tidak langsung terlihat atau menunjukkan gejala.
“Episode kambuhan, yaitu pada saat virus yang sudah ada dalam tubuh dan menunjukkan gejalanya saat antibodi menurun,” ujar dr Wresti dalam seminar media “Tanggap Herpes Genital: Kenali Penyakitnya, Waspadai Penularannya!” yang diadakan Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Pramudia.
Dalam presentasinya, dia memaparkan, biasanya yang terkena herpes genital, seperti di RSCM, berada di usia dewasa muda (20-40 tahun). Usia termuda pasien herpes genital di RSCM, yaitu 16 tahun dan untuk tertua usia 64 tahun.
Persentase jumlah pasien penyakit ini pada tahun 2016, yaitu 2,95% terdiri dari 4 pria, 8 wanita; tahun 2017, 3,37% terdiri dari 6 pria, 6 wanita; dan tahun 2018, 3,77% terdiri dari 7 pria, 8 wanita.
“Virus herpes tidak dapat diobati secara permanen. Jika sudah terkena virusnya, maka akan tetap ada di dalam tubuh. Adapun obatobatan yang ada sekarang hanya untuk mengurangi kekambuhan penyakit ini,” kata dr Wresti.
Herpes genital bersifat periodik, kemunculannya akan bergantung dari daya tahan tubuh pasien. “Bagi pasien dewasa, herpes genital tidak berbahaya ataupun menyebabkan kematian, namun bagi ibu hamil yang baru saja terkena virus HSV akan sangat berbahaya bagi bayinya,” lanjutnya.
Serang Psikis
Ia menekankan, herpes genital bukan hanya menyerang fisik, juga psikis, seperti menimbulkan rasa malu, tidak percaya diri, bahkan dapat memengaruhi hubungan antarpasangan.
Masyarakat dapat melakukan pencegahan agar tidak terkena virus herpes. Misalnya dengan tidak berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual, selalu menjaga kebersihan, terutama area genital dan yang terpenting jika sudah menemukan gejala atau tanda herpes seperti seriawan di area genital.
Bila tanda-tanda tersebut muncul, segera konsultasikan ke dokter untuk diobati. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya penularan, mengingat masyarakat sering tidak sadar bahwa mereka sudah terkena virus herpes.
Tentang pengobatan penyakit ini, dr Anthony Handoko SpKK FINSDV mengemukakan, terapi herpes genital seperti tertera pada Guidelines Centers od Disease Control dan Prevention/CDC tahun 2015 dapat dibagi menjadi beberapa kategori.
Pertama, yakni berdasarkan waktu timbulnya penyakit, pada penderita HIV, ibu hamil serta bayi, serta terapi supresi pada penderita HSV yang sangat sering timbul. “Obat-obatan yang sering dipakai acyclovir, valcyclovir, dan famcyclovir,” kata dr Anthony.
Pemeriksaan Laboratorium diperlukan hanya sebagai konfirmasi pada diagnosis penyakit. Diagnosis utama adalah melalui penilaian secara klinis oleh dokter spesialis kulit dan kelamin.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan, yaitu pemeriksaan antibodi HSV1 : Ig M dan IG G, pemeriksaan antibodi HSV2 : IgM dan IgG, PCR serta kultur sel.
Di Indonesia, secara umum pemeriksaan yang lazim dapat dilakukan secara rutin adalah pemeriksaan antibodi HSV, namun biaya pemeriksaan ini cukup mahal,” pungkasnya. (Sri Noviarni)
Tercatat sekitar 417 orang menderita herpes genital merujuk pada data WHO. Dr dr Wresti Indriatmi SpKK(K) MEpid menyebutkan, herpes genital merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang diakibatkan Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan 2.
Biasanya tipe 1 ditularkan melalui oral ke oral, sedangkan tipe 2 melalui aktivitas seksual. Namun, dengan semakin berkembangnya bentuk aktivitas seksual, terkadang ditemukan HSV tipe 1 di area genital.
Perjalanan penyakit atau jenis herpes genital dimulai dengan lesi inisial primer, yaitu saat pertama kali terkena herpes genital. Tubuh akan langsung menunjukkan gejalanya seperti seriawan, sakit, dan dapat bernanah.
Selanjutnya, lesi inisial nonprimer, yaitu saat pertama kali virus masuk, tubuh sudah terlebih dahulu membentuk antibodi sehingga virus tidak langsung terlihat atau menunjukkan gejala.
“Episode kambuhan, yaitu pada saat virus yang sudah ada dalam tubuh dan menunjukkan gejalanya saat antibodi menurun,” ujar dr Wresti dalam seminar media “Tanggap Herpes Genital: Kenali Penyakitnya, Waspadai Penularannya!” yang diadakan Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Pramudia.
Dalam presentasinya, dia memaparkan, biasanya yang terkena herpes genital, seperti di RSCM, berada di usia dewasa muda (20-40 tahun). Usia termuda pasien herpes genital di RSCM, yaitu 16 tahun dan untuk tertua usia 64 tahun.
Persentase jumlah pasien penyakit ini pada tahun 2016, yaitu 2,95% terdiri dari 4 pria, 8 wanita; tahun 2017, 3,37% terdiri dari 6 pria, 6 wanita; dan tahun 2018, 3,77% terdiri dari 7 pria, 8 wanita.
“Virus herpes tidak dapat diobati secara permanen. Jika sudah terkena virusnya, maka akan tetap ada di dalam tubuh. Adapun obatobatan yang ada sekarang hanya untuk mengurangi kekambuhan penyakit ini,” kata dr Wresti.
Herpes genital bersifat periodik, kemunculannya akan bergantung dari daya tahan tubuh pasien. “Bagi pasien dewasa, herpes genital tidak berbahaya ataupun menyebabkan kematian, namun bagi ibu hamil yang baru saja terkena virus HSV akan sangat berbahaya bagi bayinya,” lanjutnya.
Serang Psikis
Ia menekankan, herpes genital bukan hanya menyerang fisik, juga psikis, seperti menimbulkan rasa malu, tidak percaya diri, bahkan dapat memengaruhi hubungan antarpasangan.
Masyarakat dapat melakukan pencegahan agar tidak terkena virus herpes. Misalnya dengan tidak berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual, selalu menjaga kebersihan, terutama area genital dan yang terpenting jika sudah menemukan gejala atau tanda herpes seperti seriawan di area genital.
Bila tanda-tanda tersebut muncul, segera konsultasikan ke dokter untuk diobati. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya penularan, mengingat masyarakat sering tidak sadar bahwa mereka sudah terkena virus herpes.
Tentang pengobatan penyakit ini, dr Anthony Handoko SpKK FINSDV mengemukakan, terapi herpes genital seperti tertera pada Guidelines Centers od Disease Control dan Prevention/CDC tahun 2015 dapat dibagi menjadi beberapa kategori.
Pertama, yakni berdasarkan waktu timbulnya penyakit, pada penderita HIV, ibu hamil serta bayi, serta terapi supresi pada penderita HSV yang sangat sering timbul. “Obat-obatan yang sering dipakai acyclovir, valcyclovir, dan famcyclovir,” kata dr Anthony.
Pemeriksaan Laboratorium diperlukan hanya sebagai konfirmasi pada diagnosis penyakit. Diagnosis utama adalah melalui penilaian secara klinis oleh dokter spesialis kulit dan kelamin.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan, yaitu pemeriksaan antibodi HSV1 : Ig M dan IG G, pemeriksaan antibodi HSV2 : IgM dan IgG, PCR serta kultur sel.
Di Indonesia, secara umum pemeriksaan yang lazim dapat dilakukan secara rutin adalah pemeriksaan antibodi HSV, namun biaya pemeriksaan ini cukup mahal,” pungkasnya. (Sri Noviarni)
(nfl)