Toy Story 4 Jadi Sekuel Terakhir yang Digarap Pixar
A
A
A
JAKARTA - Toy Story 4 akan menjadi sekuel terakhir yang digarap Pixar. Usai film itu dirilis, studio yang berada di bawah naungan Disney itu hanya berencana membuat film asli untuk masa depan. Ini berarti film-film seperti Incredibles tidak akan dibuat lagi sekuelnya. Konfirmasi resmi Pixar ini adalah kabar baik bagi penggemar, studio dan keseluruhan industri film.
Dikutip dari Screen Rant, bulan lalu, produser Toy Story 4, Mark Nielsen, mengonfirmasi begitu film itu tayang di bioskop pada 21 Juni, Pixar akan memalingkan perhatian mereka pada materi baru yang asli. Yang berada di baris terdepan barisan produksi baru Pixar adalah Onward yang dibintangi dua bintang Marvel Cinematic Universe, Chris Pratt dan Tom Holland, yang berperan sebagai dua peri yang mencari sihir. Setelah itu, ada empat proyek dalam kalender Pixar antara 2020—2022. Belum diketahui proyek apa saja yang mereka rencanakan, tapi yang jelas semuanya adalah materi baru dan asli.
Ini jelas disambut dengan baik. Perilisan sekuel mungkin terlihat bagus bagi para eksekutif perfilman, tapi buat penggemar, pola ini tidak begitu menarik. Sementara jelas ada level kesenangan ketika melihat kembali semesta film favorit waktu demi waktu, sekuel kadang muncul dengan pengembalian yang berkurang, meskipun sejumlah franchise telah membalik tren itu, termasuk Toy Story. Argumen yang lebih meyakinan terkait sekuel ini adalah tiap serial film utama selalu dimulai dengan satu film asli tapi bagaimana jika Hollywood tidak berinvetasi dalam materi baru, bagaimana sebuah franchise baru bisa diciptakan? Bagaimana Pixar bisa menciptakan kesuksesan level Toy Story jika fokus utama mereka adalah meneruskan petualangan Woody dan Buzz?
Rencana ini juga akan membantu memastikan masa depan Pixar sebagai studio animasi kelas dunia. Apalagi, Pixar lebih baik dalam permainan sekuel ketimbang studio lain dan perusahaan itu sudah terbuka dengan fakta bahwa Toy Story butuh waktu panjang karena mereka tidak percaya membuat film sekuel—kecuali ada cerita yang layak diceritakan. Pixar sebenarnya bisa membuat film Toy Story tiap dua tahun dan meraup banyak uang. Namun, dengan itu, mereka tidak kebal terhadap pengurangan dalam sekuel. Monster University, The Incredibles 2 dan Finding Dory lebih sukses di box office ketimbang film sebelumnya, tapi ketiganya tiba dengan review yang kurang antusias.
Sebelumnya, Hollywood didera kritik yang terlalu bergantung pada sekuel, reboot dan pembuatan ulang film serta relatif kekurangan bahan segar di bioskop. Dari perspektif studio, ini jelas dipahami sebagai model bisnis. Mengapa harus merisikokan jutaan dolar dalam film yang berpotensi jeblok jika sudah punya franchise dengan fan base yang dijamin pasti membeli tiket?
Satu studio yang selalu menjadi jawara produksi materi asli dan bahkan sering kali memperlihatkan keengganan membuat sekuel adalah Pixar. Kondang dengan pendekatan detil mereka terhadap pembuatan film, jumlah franchise utama mereka termasuk Toy Story, Cars, Monsters Inc. dan Finding Nemo. Akibat sejumlah faktor, seperti permintaan fans, The Good Dinosaur yang jeblok dan pembelian studio itu oleh Disney pada 2006, Pixar memiliki lebih banyak sekuel dalam beberapa tahun terakhir dan itu membuat sejumlah pihak menuduh studio itu telah meninggalkan mentalitas pembangun mereka.
Film asli Pixar jelas menguntungkan industri film secara keseluruhan. Sekilas pandang terhadap film blockbuster musim panas tahun ini akan memperlihatkan kurangnya originalitas. Selain Toy Story, musim panas tahun ini diisi sekuel Spider-Man, Men In Black, The Fast and the Furious, X-Men, Aladdin dan The Lion King. Banyak dari film itu akan terus mendatangkan banyak uang—kecuali Dark Phoenix—tapi dalam bisnis yang berbasis kreativitas dan artistic, ini bukanlah indikasi kalau industri film itu sehat. Serial baru Pixar akan mampu mengoreksi ini dan jika rencana itu gagal dan studio ini kehilangan uang dalam 3 tahun ke depan, penggemar masih akan punya film-film Toy Story untuk dinantikan setelah 2023.
Dikutip dari Screen Rant, bulan lalu, produser Toy Story 4, Mark Nielsen, mengonfirmasi begitu film itu tayang di bioskop pada 21 Juni, Pixar akan memalingkan perhatian mereka pada materi baru yang asli. Yang berada di baris terdepan barisan produksi baru Pixar adalah Onward yang dibintangi dua bintang Marvel Cinematic Universe, Chris Pratt dan Tom Holland, yang berperan sebagai dua peri yang mencari sihir. Setelah itu, ada empat proyek dalam kalender Pixar antara 2020—2022. Belum diketahui proyek apa saja yang mereka rencanakan, tapi yang jelas semuanya adalah materi baru dan asli.
Ini jelas disambut dengan baik. Perilisan sekuel mungkin terlihat bagus bagi para eksekutif perfilman, tapi buat penggemar, pola ini tidak begitu menarik. Sementara jelas ada level kesenangan ketika melihat kembali semesta film favorit waktu demi waktu, sekuel kadang muncul dengan pengembalian yang berkurang, meskipun sejumlah franchise telah membalik tren itu, termasuk Toy Story. Argumen yang lebih meyakinan terkait sekuel ini adalah tiap serial film utama selalu dimulai dengan satu film asli tapi bagaimana jika Hollywood tidak berinvetasi dalam materi baru, bagaimana sebuah franchise baru bisa diciptakan? Bagaimana Pixar bisa menciptakan kesuksesan level Toy Story jika fokus utama mereka adalah meneruskan petualangan Woody dan Buzz?
Rencana ini juga akan membantu memastikan masa depan Pixar sebagai studio animasi kelas dunia. Apalagi, Pixar lebih baik dalam permainan sekuel ketimbang studio lain dan perusahaan itu sudah terbuka dengan fakta bahwa Toy Story butuh waktu panjang karena mereka tidak percaya membuat film sekuel—kecuali ada cerita yang layak diceritakan. Pixar sebenarnya bisa membuat film Toy Story tiap dua tahun dan meraup banyak uang. Namun, dengan itu, mereka tidak kebal terhadap pengurangan dalam sekuel. Monster University, The Incredibles 2 dan Finding Dory lebih sukses di box office ketimbang film sebelumnya, tapi ketiganya tiba dengan review yang kurang antusias.
Sebelumnya, Hollywood didera kritik yang terlalu bergantung pada sekuel, reboot dan pembuatan ulang film serta relatif kekurangan bahan segar di bioskop. Dari perspektif studio, ini jelas dipahami sebagai model bisnis. Mengapa harus merisikokan jutaan dolar dalam film yang berpotensi jeblok jika sudah punya franchise dengan fan base yang dijamin pasti membeli tiket?
Satu studio yang selalu menjadi jawara produksi materi asli dan bahkan sering kali memperlihatkan keengganan membuat sekuel adalah Pixar. Kondang dengan pendekatan detil mereka terhadap pembuatan film, jumlah franchise utama mereka termasuk Toy Story, Cars, Monsters Inc. dan Finding Nemo. Akibat sejumlah faktor, seperti permintaan fans, The Good Dinosaur yang jeblok dan pembelian studio itu oleh Disney pada 2006, Pixar memiliki lebih banyak sekuel dalam beberapa tahun terakhir dan itu membuat sejumlah pihak menuduh studio itu telah meninggalkan mentalitas pembangun mereka.
Film asli Pixar jelas menguntungkan industri film secara keseluruhan. Sekilas pandang terhadap film blockbuster musim panas tahun ini akan memperlihatkan kurangnya originalitas. Selain Toy Story, musim panas tahun ini diisi sekuel Spider-Man, Men In Black, The Fast and the Furious, X-Men, Aladdin dan The Lion King. Banyak dari film itu akan terus mendatangkan banyak uang—kecuali Dark Phoenix—tapi dalam bisnis yang berbasis kreativitas dan artistic, ini bukanlah indikasi kalau industri film itu sehat. Serial baru Pixar akan mampu mengoreksi ini dan jika rencana itu gagal dan studio ini kehilangan uang dalam 3 tahun ke depan, penggemar masih akan punya film-film Toy Story untuk dinantikan setelah 2023.
(alv)