Nazanin Boniadi, Suara Bagi Iran

Sabtu, 29 Juni 2019 - 09:11 WIB
Nazanin Boniadi, Suara Bagi Iran
Nazanin Boniadi, Suara Bagi Iran
A A A
Anda tentu masih ingat peran Nazanin Boniadi dalam film Hotel Mumbai yang dirilis tahun lalu. Karakter Zahra dalam film yang didasari kisah nyata serangan teroris di Taj Mahal Palace Hotel pada 2008 itu dimainkannya secara apik hingga seolah sosok tersebut benar-benar nyata.

Nazanin mampu menghidupkan “nyawa” Zahra seperti benar-benar ada dan membuat penonton Hotel Mumbai teraduk-aduk emosinya. Dalam film ini, Nazanin beradu akting dengan aktor ternama Dev Patel.

Perlahan namun pasti, Nazanin bisa “mendaratkan” namanya di industri perfilman Hollywood. Dia membuat terobosan dalam film layar lebar maupun serial televisi. Lantas, siapa sebenarnya Nazanin?

Di awal kariernya mungkin banyak yang tidak mengindahkan kehadiran Nazanin karena ia terlahir sebagai perempuan Timur Tengah (Timteng), khususnya Iran.

Dikutip dari TIME, Nazanin cukup beruntung mendapat kesempatan berakting meski hanya untuk peran kecil, setelah tragedi kemanusiaan 9/11. Khusus di layar kaca, ia berperan sebagai teroris yang menggoda dalam film drama politik Scandal. Lalu, Nazanin kembali mendapat peran, kali ini sebagai analis CIA bernama Fara Sherazi dalam serial Homeland selama dua musim. Serial tersebut sempat meraih penghargaan Emmy dan Golden Globe. Nazanin sendiri sempat masuk menjadi nominator SAG Award 2015 untuk kategori Outstanding Performance by an Ensemble in a Drama Series.

Setelah itu, Nazanin berperan menjadi gadis menawan dalam How I Met Your Mother season tiga. Dia juga akan membintangi serial Counterpart bersama J.K. Simmons. Dalam serial thriller mata-mata ini, Nazanin memerankan tokoh Clare, wanita muda misterius yang memiliki rasa ingin tahu yang amat besar dan menjadi kunci utama dalam setiap season.

Nazanin bangga pada kemampuannya dan berharap Hollywood suatu hari nanti bakal memudahkan aktor ataupun aktris dari rasa lain untuk berkiprah seperti dirinya. “Saya berterima kasih untuk setiap peran yang telah saya lakukan. Tapi, kesempatan itu bisa sangat terbatas ketika orang lain hanya melihatmu berdasarkan warna kulitmu,” katanya.

Nazanin mengatakan, meski berasal dari kelompok minoritas, namun ia tetap merasa aman karena berada di “tangan” seseorang yang terbuka untuk mendengarkan. “Saya pikir hal utama dalam industri ini adalah menemukan orang-orang yang kolaboratif, terbuka untuk mendengarkan, serta menjadi pendukung bagi suara-suara yang mereka tulis dan gambarkan,” paparnya.

Menurut Nazanin, tantangan terbesar baginya sejauh ini adalah menghindari kiasan dan stereotip. Meskipun ada langkah besar dalam inklusivitas di Hollywood belakangan ini dengan keberhasilan film seperti Crazy Rich Asians dan Black Panther, namun sebagai aktor keturunan Iran ia merasa menemukan tantangan terbesar.

Nazanin menilai, aktor dan aktris keturunan Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Tenggara mengalami kendala tersendiri karena tak bisa masuk ke dalam “kotak” apapun. “Kami tidak memiliki “kotak” sendiri dan kami tak masuk ke dalam kategori ras yang ada yaitu Kaukasia, Afrika-Amerika, Amerika asli, Asia-Amerika, dan Latin. Kami hanya tidak cocok dengan salah satu dari mereka. Jadi kami sering dikesampingkan dari narasi keberagaman kecuali jika kami dianggap eksotis dalam beberapa sudut pandang,” ungkapnya.

Jatuh Cinta pada Akting
Nazanin lahir di Teheran sesaat setelah Revolusi Iran. Kala itu, di usia yang baru 20 hari, orang tuanya memutuskan pindah ke London karena tak ingin membesarkan seorang anak perempuan dalam iklim sosial, politik, dan hukum yang semakin menindas kaum hawa. Orang tua aktris kelahiran 20 Mei 1989 ini pindah ke ibukota Inggris demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Terutama di bidang pendidikan.

Awalnya Nazanin menempuh pendidikan seperti orang kebanyakan. Setelah lulus SMA, ia memutuskan pindah ke Amerika Serikat demi masuk ke University of California Irvine (UCI) jurusan Biologi. Aktris 30 tahun ini sempat menjadi asisten editor-in-chief MedTimes, surat kabar sarjana kedokteran UCI.

Nazanin cukup berprestasi dalam bidang pendidikan, terutama di jurusan biologi dan kedokteran. Ia sempat meraih penghargaan Dean’s Academic Achievement and Service Award in Biological Sciences with Honors. Selain itu, Nazanin juga pernah memenangkan penghargaan Chang Pin Chun Undergraduate Research Award untuk karyanya tentang penolakan transplantasi jantung dan penelitian kanker.Namun, di tengah perjalanan, Nazanin menyadari ada yang kurang dalam hidupnya. Itu adalah akting. Dia lantas beralih mengejar “cinta pertamanya” dengan belajar akting, termasuk masuk pelatihan drama kontemporer di Royal Academy of Dramatic Arts London di bawah pengawasan dramaturge Lloyd Trott.

Dikutip dari Fandom, peran pertama Nazanin adalah menjadi perawat bernama Leyla Mir dalam opera sabun General Hospital: Night Shift yang ditayangkan di SOAPnet. Serial tersebut membawa Nazanin menjadi aktris kontrak pertama yang memerankan karakter Timur Tengah dalam sejarah televisi di Negeri Paman Sam. Dia juga disebut-sebut menjadi aktris kelahiran Iran pertama yang pernah dikontrak oleh opera sabun Amerika.Melalui serial drama ini, Nazanin sempat dinominasikan untuk meraih penghargaan NAACP Image Award for Outstanding Actress in a Daytime Drama Series pada 2008.Setelah itu, ia mendapat peran pendukung dalam beberapa produksi film utama Hollywood seperti Charlie Wilson’s War, Iron Man, dan The Next Three Days.

Nazanin sempat beradu akting dengan aktor Geoge Clooney dalam iklan Nespresso The Swap. Pada 2016, dia juga beradu akting dengan Jack Huston dan Morgan Freeman dalam film drama aksi remake BEN-HUR produksi MGM-Paramount yang disutradarai oleh Timur Bekmambetov.

Menjadi Aktivis
Di luar layar, Nazanin mengabdikan dirinya untuk memainkan peran ganda. Selain menjadi aktris, ia juga mencurahkan tenaga, waktu, serta pikirannya untuk menjadi aktivis di dunia internasional.

Dilansir dari ELLE, selain jadwal syuting, kalendernya juga penuh dengan jadwal pidato dan pertemuan untuk beberapa organisasi serta pihak-pihak penting lain. Nazanin menjabat posisi juru bicara Amnesty International dan Artist of Conscience, serta merupakan anggota dewan Pusat Hak Asasi Manusia di Iran sejak 2015. Dia juga menjadi anggota Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di New York .

Nazanin banyak terlibat dalam pekerjaan advokasi, terutama untuk masalah yang mempengaruhi negara kelahirannya, Iran. Saat berusia 13 tahun, aktris ini sempat mudik ke Iran selama dua bulan dan merasakan pengalaman yang sangat menyentuh.

“Jadi saya tidak pernah benar-benar merasa terpisah dari orang-orang di Iran. Saya masih memiliki keluarga di sana sampai hari ini. Saya ingat, saat berumur 5 tahun dan melihat rekaman perang Iran-Irak di BBC, saya menangis. Saya selalu punya firasat dan keinginan agar suatu hari nanti bisa menjadi suara bagi mereka yang tidak bersuara di Iran.Melalui upaya apakah itu menulis opini, memberikan pidato, maupun mengunjungi Capitol Hill, parlemen Inggris, atau parlemen Jerman, saya ingin mengingatkan para pejabat bahwa rakyat Iran menderita. Agar mereka tidak mengabaikan hak asasi manusia dan pelanggaran di Iran saat sedang membuat kebijakan luar negeri. Sebagai aktris, saya tentu memiliki kemampuan untuk menjadi pusat perhatian dan ketika bisa, saya ingin mengalihkan perhatian itu kembali untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan,” urainya. (susi susanti)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8992 seconds (0.1#10.140)