Review Film Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire

Jum'at, 26 Juli 2019 - 14:15 WIB
Review Film Detective...
Review Film Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire
A A A
Selama ini, Detective Conan, baik dari serial, manga atau filmnya, lebih banyak ber-setting di Jepang dan sekitarnya. Jarang sekali serial ini mengambil setting di luar negeri. Bahkan di filmnya, Conan lebih banyak beraksi di dalam negeri saja. Lantas bagaimana ketika dia harus beraksi di luar negeri?

Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire adalah film pertama Detective Conan yang ber-setting di luar negeri. Ber-setting di Singapura, Conan harus bertarung melawan waktu untuk menghentikan kekacauan yang melanda negara pulau itu. Dalam aksinya, Conan dibantu Ran Mouri dan ayahnya, Detektif Kogoro Mouri. Hanya bedanya, di sini, bukan Conan yang sebenarnya mengadapi masalah, tapi Kaito Kid.

Sebuah pembunuhan terjadi di Marina Bay Sands, Singapura. Seorang pengacara Sherley Tan tewas dengan tikaman pisau di punggungnya. Di sebuah lift, terlihat kartu bergambar Kaito Kid yang berlumuran darah. Padahal, di saat yang sama, Kaito sedang berada di Jepang.

Di Kota Beika, Conan sedang galau. Ran bersama Kogoro diajak Sonoko untuk pergi ke Singapura. Sonoko hendak memberikan semangat kepada pacarnya, Makoto Kyogoku, yang akan mengikuti kejuaraan karate di sana. Conan tidak bisa ikut karena tidak punya paspor. Paspornya masih memakai nama Shinichi Kudo.

Namun, Conan ternyata sampai di Singapura. Kaito Kid-lah yang menyelundupkan Conan sampai di negara kota tersebut. Menyamar sebagai Shinichi, Kaito mengincar permata The Fist of Blue Sapphire yang bakal menghiasi sabuk juara kejuaraan karate tersebut. Dalam kejuaraan itu, Makoto adalah salah satu kandidat kuat juaranya. Kaito ingin Conan membantunya untuk mencuri permata tersebut.

Rencana Kaito untuk mencuri permata itu harus hancur berantakan. Rencana yang seharusnya berjalan mulus seperti biasanya itu malah membuatnya kerepotan. Kaito dituduh telah membunuh Sherley dan ketika mayat seorang wanita muncul di ruangan tempat sabuk itu berada, tuduhan terhadap Kaito pun semakin menjadi. Dia pun dikejar-kejar polisi. Conan pun harus putar otak untuk membantu Kaito keluar dari permasalahan tersebut.

Banyak aksi menarik di Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire ini yang layak dinikmati. Jika biasanya film atau seri Detective Conan mengandalkan analisa dan deduksi detektif cilik itu tanpa banyak aksi kejar-kejaran atau baku hantam, maka di film berbeda. Kehadiran Makoto membuat film ini penuh aksi saling hajar yang seru. Bahkan aksi Ran yang juga bisa karate pun ikut menambah keseruan di film ini.

Conan pun sangat mengandalkan otaknya di sini. Dia sempat kehilangan gadget andalannya setelah Kaito mempreteli benda-benda itu dari dirinya. Namun, Kaito akhirnya mengembalikan benda-benda itu setelah sadar kalau Conan membutuhkannya untuk membantu dirinya. Di film ini, Kaito bergantung pada Conan dan sebaliknya.

Sebagaimana cerita Detective Conan, tidak lengkap kalau di film ini tidak ada twist yang menarik. Dan, film yang disutradarai Tomoka Nagaoka ini pun tidak melewatkannya. Meski dari awal film ini disajikan dengan gamblang seolah semuanya terpampang nyata dari awal apa rencana dan siapa pelaku pembunuhan, tapi twist yang terungkap di jalannya film ini membuatnya jadi menarik. Apa pun yang terungkap di awal, ternyata tidak sama dengan apa yang terungkap di akhir film ini.

Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire memberikan tontonan yang seru sekaligus menghibur. Twist ceritanya menjadi sebuah kejutan tersendiri di film ini.

Detective Conan: The Fist of Blue Sapphire sebenarnya sudah tayang di Jepang pada 12 April lalu. Film ini berhasil memuncaki box office yang tidak bisa dilewati Avengers: Endgame di negara itu. Namun, film ini baru tayang di bioskop Indonesia mulai Kamis (25/7/2019). Selamat menyaksikan!



(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1352 seconds (0.1#10.140)