Kualitas Udara Menurun, Ini Efeknya Bagi Kesehatan

Senin, 05 Agustus 2019 - 14:07 WIB
Kualitas Udara Menurun,...
Kualitas Udara Menurun, Ini Efeknya Bagi Kesehatan
A A A
JAKARTA - Beberapa waktu belakangan ini kualitas udara di kota besar di Indonesia menurun. Sampai dengan akhir Juli, data AirVisual menunjukkan bahwa Air Quality Index (AQI) Jakarta mencapai 184 atau tidak sehat, dimana Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan polusi terparah.

Sementara, polusi udara merupakan ancaman kesehatan di banyak negara. Salah satu penyebab meningkatnya polusi udara dikarenakan mobilitas masyarakat perkotaan yang semakin kompleks dan dinamis sehingga mempengaruhi perubahan lingkungan.

"Tingginya jumlah kendaraan bermotor di perkotaan menyebabkan masyarakat memiliki konsekuensi terpapar polutan berbahaya, dari gas emisi kendaraan maupun partikel debu di jalanan. Gas emisi kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber polusi udara tertinggi di Jakarta,” kata Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) selaku Ketua Departmen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat acara peluncuran produk Nexcare di hotel Aston Kuningan, Jakarta, Senin (5/8/2019).

“Konsekuensi inilah yang menyebabkan masyarakat kota Jakarta dan perkotaan lainnya perlu melakukan upaya pencegahan yang tepat dari dampak kualitas udara yang buruk," tambah dia.

Pada dasarnya, kualitas udara bervariasi setiap hari. Perubahan ini bergantung pada polutan, kendaraan, arah angin hingga mobilitas masyarakat yang semakin tinggi dan membuat kualitas udara semakin buruk.

"Air quality index 0-50 sehat, 50-100 itu sedang, 100-150 termasuk sensitif pada kelompok tertentu dan harus diwaspadai. Siapa saja? Anak-anak, ibu hamil, pekerja luar ruangan, orang yang memiliki penyakit paru, jantung, asma. 150 ke atas itu hati-hati, tidak sehat. Di atas 200 bisa dikatakan sangat buruk," jelasnya.

"Semua kualitas udara itu berbeda dari hari-hari. Tergantung polutan, kendaraan, arah angin. Kalo lagi libur, nggak ada kendaraan itu kualitas udata bagus tapi kalo peak season dan banyak kendaraan, kualitas udara buruk," sambung dia. (Baca juga: Jihyo TWICE dan Kang Daniel Berkencan ).

Polusi udara tak hanya berasal dari luar ruangan, juga dalam ruangan yang belum diketahui banyak orang. Seperti halnya merokok sebagai sumber polusi udara nomer satu dalam ruangan, prodak domestik yaitu aktivitas memasak dengan minyak dan kompor gas yang mengeluarkan asap. Mesin-mesin elektrik seperti printer yang mengeluarkan emisi, pemanas ruangan hingga bakteri dan virus karena kelembapan ruangan.

Sedangkan, sumber polusi udara luar ruangan biasanya bersumber dari kendaraan, emisi industri dan pembakaran sampah. Dampak polusi udara dalam ruangan sama bahayanya dengan polusi udara luar ruangan. Keduanya sama-sama dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka pendek dan panjang, mulai iritasi hingga kanker, jantung dan stroke.

"Dampak kesehatan dalam dan luar ruangan hampir sama. Yang paling sering menimbulkan iritasi. Kalau sudah diambang batas, iritasi bisa menimbulkan batuk, sakit tenggorokan, bersin-bersin, dahak. Satu tanda kualitas udara nggak bagus itu kalo masuk ruangan, langsung bersin-bersin dan kalo didiamkan bisa infeksi akut, asma dan ISPA,” tuturnya.

“Dampak jangka panjang yang sering muncul adalah kalo polutan tersebut muncul dan dihirup bertahun-tahun. Muncul risiko terjadinya kanker paru, asma karena didalamnya mengandung karsinogen dan kalo masuk ke pembuluh darah bisa picu kanker dan jangka panjangnya itu bisa jantung dan stroke," tandasnya.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1127 seconds (0.1#10.140)