Dampak Serius Anemia yang Menyerang Remaja
A
A
A
KEKURANGAN gizi pada remaja putri dan wanita usia subur di Indonesia merupakan masalah yang signifikan. Setidaknya sepertiga remaja perempuan di Indonesia menderita anemia yang kemudian diperparah melalui pernikahan dini dan gizi yang tidak memadai.
“Anemia memengaruhi penurunan kesehatan fisik pada remaja putri, berdampak negatif pada prestasi belajar di sekolah, dan meningkatkan kemungkinan komplikasi serta masalah perkembangan janin jika remaja putri memilih menjadi seorang ibu pada masa depan,” kata Doddy Izwardi MA, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, dalam acara Nutrition International dan Pemerintah Indonesia Bekerja Sama dalam Melindungi Remaja Putri dari Anemia.
Anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur, dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Pendidikan gizi dan suplementasi tablet tambah darah (TTD) mingguan adalah kunci memerangi anemia dan meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja putri yang dapat membantu memutus siklus kekurangan gizi antargenerasi. Nutrition International berkolaborasi dengan Pemerintah Indonesia, didukung Pemerintah Kanada dan Australia, bersama-sama memastikan remaja putri di sekolah memiliki akses suplementasi TTD mingguan serta pendidikan gizi dan konseling melalui program Right Start dan MITRA Youth.
Dengan total investasi sebesar 3,6 juta dolar Kanada atau sekitar Rp36 miliar, remaja putri di 9.000 sekolah di Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur mendapat manfaat dari dukungan ini. Joel Spicer, Presiden dan CEO Nutrition International, menekankan bahwa kurang gizi pada dasar nya melemahkan, terutama bagi remaja putri.
Kurang gizi berarti terganggu nya perkembangan otak dan rendahnya sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan performa kegiatan belajar di sekolah terganggu. “Bersama Pemerintah Indonesia didukung Pemerintah Kanada dan Australia, kami memberikan remaja putri gizi yang lebih baik, memberi mereka dasar yang kuat untuk mencapai cita-cita mereka,” ujarnya.
Sementara itu, Sri Kusyuniati, Direktur Nutrition International Indonesia, mengatakan bahwa WHO telah menyerukan pengurangan 50% anemia pada wanita usia subur pada 2025. Ini adalah target jangka waktu yang dipercaya para ahli global dapat dicapai jika upaya pengurangan anemia difokuskan pada remaja putri yang tinggal di negara berkembang. Kami berkomitmen bekerja bersama dengan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan gizi bagi remaja,” kata Sri.
Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C, zink, serta pemberian TTD. Anemia terjadi saat tubuh kekurangan zat besi. Artinya, ada tingkat penurunan kadar hemoglobin dalam sel darah merah. Kekurangan zat besi adalah jenis anemia yang paling umum dan ada beberapa jenis anemia. Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin dan bila tidak cukup zat besi dalam darah, tubuh tidak bisa mendapatkan cukup banyak oksigen yang dibutuhkan. (Sri Noviarni)
“Anemia memengaruhi penurunan kesehatan fisik pada remaja putri, berdampak negatif pada prestasi belajar di sekolah, dan meningkatkan kemungkinan komplikasi serta masalah perkembangan janin jika remaja putri memilih menjadi seorang ibu pada masa depan,” kata Doddy Izwardi MA, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, dalam acara Nutrition International dan Pemerintah Indonesia Bekerja Sama dalam Melindungi Remaja Putri dari Anemia.
Anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi sehingga memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur, dan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Pendidikan gizi dan suplementasi tablet tambah darah (TTD) mingguan adalah kunci memerangi anemia dan meningkatkan status kesehatan dan gizi remaja putri yang dapat membantu memutus siklus kekurangan gizi antargenerasi. Nutrition International berkolaborasi dengan Pemerintah Indonesia, didukung Pemerintah Kanada dan Australia, bersama-sama memastikan remaja putri di sekolah memiliki akses suplementasi TTD mingguan serta pendidikan gizi dan konseling melalui program Right Start dan MITRA Youth.
Dengan total investasi sebesar 3,6 juta dolar Kanada atau sekitar Rp36 miliar, remaja putri di 9.000 sekolah di Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur mendapat manfaat dari dukungan ini. Joel Spicer, Presiden dan CEO Nutrition International, menekankan bahwa kurang gizi pada dasar nya melemahkan, terutama bagi remaja putri.
Kurang gizi berarti terganggu nya perkembangan otak dan rendahnya sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan performa kegiatan belajar di sekolah terganggu. “Bersama Pemerintah Indonesia didukung Pemerintah Kanada dan Australia, kami memberikan remaja putri gizi yang lebih baik, memberi mereka dasar yang kuat untuk mencapai cita-cita mereka,” ujarnya.
Sementara itu, Sri Kusyuniati, Direktur Nutrition International Indonesia, mengatakan bahwa WHO telah menyerukan pengurangan 50% anemia pada wanita usia subur pada 2025. Ini adalah target jangka waktu yang dipercaya para ahli global dapat dicapai jika upaya pengurangan anemia difokuskan pada remaja putri yang tinggal di negara berkembang. Kami berkomitmen bekerja bersama dengan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan gizi bagi remaja,” kata Sri.
Anemia dapat dihindari dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C, zink, serta pemberian TTD. Anemia terjadi saat tubuh kekurangan zat besi. Artinya, ada tingkat penurunan kadar hemoglobin dalam sel darah merah. Kekurangan zat besi adalah jenis anemia yang paling umum dan ada beberapa jenis anemia. Tubuh manusia membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin dan bila tidak cukup zat besi dalam darah, tubuh tidak bisa mendapatkan cukup banyak oksigen yang dibutuhkan. (Sri Noviarni)
(nfl)