Konsep FUREC Diyakini Bisa Kurangi Masalah Sampah Plastik di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dalam sebuah data disebutkan menghasilkan 9 juta ton sampah plastik setiap tahun, dan angka tersebut terus meningkat. Bahkan, sampah plastik menyumbangkan sebesar 14 persen dari total keseluruhan sampah di Indonesia.
Hal itu membuat Indonesia sebagai negara kedua terbesar penghasil sampah plastik di dunia. "Tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia masih sangat rendah, hanya berada pada angka 9-10 persen. Sebagian besar sampah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir sampah, dan sisanya berakhir di ekosistem seperti lautan," kata Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), Tisa Mafira saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (21/8).
Untuk mengatasi permasalahan ini, FUREC (Fully Recyclable) dicanangkan sebagai standar kemasan plastik nasional yang ramah lingkungan. Formulasi plastik FUREC dikembangkan melalui kolaborasi dengan beberapa pelaku industri daur ulang, sehingga terciptalah kemasan plastik ramah lingkungan dengan tingkat daur ulang mencapai 90 persen.
Dengan dukungan dari pemerintah terhadap standarisasi FUREC, diharapkan sampah plastik dapat ditekan hingga dibawah 1 juta ton per tahun.
Standarisasi kemasan FUREC juga akan semakin mendukung target pemerintah untuk dapat meningkatkan pengolahan suatu produk yang sudah tidak terpakai dan hanya menjadi sampah (no-value) untuk disulap industri daur ulang sebagai produk rumah tangga (value-added product).
"Jika permasalahan ini tidak segera ditangani, maka diprediksi tahun 2050 jumlah sampah plastik di lautan akan lebih banyak daripada ikan yang hidup di dalamnya," tandas Tisa.
Hal itu membuat Indonesia sebagai negara kedua terbesar penghasil sampah plastik di dunia. "Tingkat daur ulang sampah plastik di Indonesia masih sangat rendah, hanya berada pada angka 9-10 persen. Sebagian besar sampah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir sampah, dan sisanya berakhir di ekosistem seperti lautan," kata Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), Tisa Mafira saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (21/8).
Untuk mengatasi permasalahan ini, FUREC (Fully Recyclable) dicanangkan sebagai standar kemasan plastik nasional yang ramah lingkungan. Formulasi plastik FUREC dikembangkan melalui kolaborasi dengan beberapa pelaku industri daur ulang, sehingga terciptalah kemasan plastik ramah lingkungan dengan tingkat daur ulang mencapai 90 persen.
Dengan dukungan dari pemerintah terhadap standarisasi FUREC, diharapkan sampah plastik dapat ditekan hingga dibawah 1 juta ton per tahun.
Standarisasi kemasan FUREC juga akan semakin mendukung target pemerintah untuk dapat meningkatkan pengolahan suatu produk yang sudah tidak terpakai dan hanya menjadi sampah (no-value) untuk disulap industri daur ulang sebagai produk rumah tangga (value-added product).
"Jika permasalahan ini tidak segera ditangani, maka diprediksi tahun 2050 jumlah sampah plastik di lautan akan lebih banyak daripada ikan yang hidup di dalamnya," tandas Tisa.
(nug)