Libatkan 5.000 Petani, Kegiatan Penyuluhan Antracol Tercatat MURI
A
A
A
JAKARTA - PT Bayer Indonesia belum lama ini menggelar penyuluhan dan pendampingan dalam pengaplikasian fungisida kepada 5.000 petani di 100 lokasi Indonesia guna mengendalikan penyakit jamur tanaman.
Kegiatan penyemprotan fungisida massal pada tanaman padi, sayuran, jagung dan tembakau ini dilakukan serentak di 100 titik lokasi di Indonesia, dari Aceh sampai Sulawesi Utara. Menariknya acara yang menjadi momen peringatan 45 tahun hadirnya Antracol di Indonesia itu tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyemprotan terbesar.
Direktur PT Bayer Indonesia, Mohan Babu mengatakan, penyakit jamur pada tanaman merupakan ancaman utama pertanian Indonesia yang bisa berdampak kerugian triliunan rupiah pada petani serta penurunan produktivitas pertanian nasional sebesar 70 persen. "Aktivitas ini bertujuan memberikan pendampingan kepada petani dalam mengaplikasikan fungisida Antracol secara tepat," katanya dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (22/8).
"Bayer memberikan pelatihan pengetahuan produk dan penggunaan fungisida secara aman, meliputi penanganan produk saat menakar, mencampur, menyemprot dan penerapan Alat Pelindung Diri (APD). Dengan demikian, para petani/aplikator bisa meraih keberhasilan dan efektivitas produk secara menyeluruh tanpa mengkhawatirkan segi keselamatan," katanya lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir menambahkan jika sejumlah petani mengeluhkan perubahan cuaca ekstrem akhir-akhir ini yang memberi dampak kerusakan pada tanaman sayuran dan pangan mereka akibat timbulnya penyakit jamur tanaman. Keadaan tersebut bukan saja menurunkan kualitas komoditas yang dihasilkan, tetapi bahkan bisa berdampak gagal panen.
"Karenanya, kami menyambut positif langkah sosialisasi dan pendampingan yang digagas Bayer, dengan harapan para petani semakin memahami cara mengatasi penyakit jamur tanaman secara tepat sehingga produktivitas lahan dan pendapatan ekonomi mereka semakin meningkat," ujar Winarno.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Edy Purnawan, yang mewakili pemerintah, menyambut baik inisiatif sektor swasta untuk memberikan pendampingan kepada para petani guna mengatasi berbagai masalah hama dan penyakit tanaman yang mengganggu produktivitas dan kesejahteraan mereka.
"Petani cenderung menggunakan pestisida secara berlebihan untuk mengatasi ancaman tanaman. Lewat inisiatif Bayer ini, petani mendapatkan penjelasan ilmiah mengenai dosis serta cara penggunaan pestisida yang tepat dan aman, baik untuk lingkungan hidup dan utamanya keselamatan aplikatornya," ucapnya.
Sebagai informasi, Antracol merupakan fungisida kontak produksi Bayer yang dipasarkan sejak 1974, dan telah banyak digunakan oleh petani sayuran, buah-buahan, bunga, palawija, tanaman perkebunan maupun padi. Antracol telah mendampingi petani di Indonesia selama 45 tahun dan menjadi pempimpin pasar pada kelas fungisida.
Kegiatan penyemprotan fungisida massal pada tanaman padi, sayuran, jagung dan tembakau ini dilakukan serentak di 100 titik lokasi di Indonesia, dari Aceh sampai Sulawesi Utara. Menariknya acara yang menjadi momen peringatan 45 tahun hadirnya Antracol di Indonesia itu tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyemprotan terbesar.
Direktur PT Bayer Indonesia, Mohan Babu mengatakan, penyakit jamur pada tanaman merupakan ancaman utama pertanian Indonesia yang bisa berdampak kerugian triliunan rupiah pada petani serta penurunan produktivitas pertanian nasional sebesar 70 persen. "Aktivitas ini bertujuan memberikan pendampingan kepada petani dalam mengaplikasikan fungisida Antracol secara tepat," katanya dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (22/8).
"Bayer memberikan pelatihan pengetahuan produk dan penggunaan fungisida secara aman, meliputi penanganan produk saat menakar, mencampur, menyemprot dan penerapan Alat Pelindung Diri (APD). Dengan demikian, para petani/aplikator bisa meraih keberhasilan dan efektivitas produk secara menyeluruh tanpa mengkhawatirkan segi keselamatan," katanya lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir menambahkan jika sejumlah petani mengeluhkan perubahan cuaca ekstrem akhir-akhir ini yang memberi dampak kerusakan pada tanaman sayuran dan pangan mereka akibat timbulnya penyakit jamur tanaman. Keadaan tersebut bukan saja menurunkan kualitas komoditas yang dihasilkan, tetapi bahkan bisa berdampak gagal panen.
"Karenanya, kami menyambut positif langkah sosialisasi dan pendampingan yang digagas Bayer, dengan harapan para petani semakin memahami cara mengatasi penyakit jamur tanaman secara tepat sehingga produktivitas lahan dan pendapatan ekonomi mereka semakin meningkat," ujar Winarno.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Edy Purnawan, yang mewakili pemerintah, menyambut baik inisiatif sektor swasta untuk memberikan pendampingan kepada para petani guna mengatasi berbagai masalah hama dan penyakit tanaman yang mengganggu produktivitas dan kesejahteraan mereka.
"Petani cenderung menggunakan pestisida secara berlebihan untuk mengatasi ancaman tanaman. Lewat inisiatif Bayer ini, petani mendapatkan penjelasan ilmiah mengenai dosis serta cara penggunaan pestisida yang tepat dan aman, baik untuk lingkungan hidup dan utamanya keselamatan aplikatornya," ucapnya.
Sebagai informasi, Antracol merupakan fungisida kontak produksi Bayer yang dipasarkan sejak 1974, dan telah banyak digunakan oleh petani sayuran, buah-buahan, bunga, palawija, tanaman perkebunan maupun padi. Antracol telah mendampingi petani di Indonesia selama 45 tahun dan menjadi pempimpin pasar pada kelas fungisida.
(nug)