Mulai Sadar, Jakarta Fashion Week Bakal Hadirkan Sustainable Fashion
A
A
A
JAKARTA - Industri fesyen kerapkali disebut sebagai industri yang paling banyak mencemari lingkungan. Di balik glamornya industri ini, pakaian yang dikenakan melewati berbagai proses panjang yang mencemari lingkungan.
Menurut data dari Ellen MacArthur Foundation, badan yang fokus mempelajari polusi industri mode, limbah bisnis busana di dunia dapat mencapai USD500 miliar per tahun. Hal ini kemudian memunculkan beberapa usulan kebijakan ramah lingkungan, salah satunya dengan mengolah kembali kain perca menjadi komponen yang bermanfaat.
Di Indonesia, sudah banyak desainer yang menerapkan konsep sustainable fashion yakni dengan melakukan prinsip zero waste pattern, mengurangi pembuangan kain sisa. Seperti halnya para desainer Tanah Air yang akan tampil di pekan mode terbesar di Asia Tenggara, Jakarta Fashion Week (JFW) 2020.
"Kita ada beberapa show yang memang berkaitan dengan sustainable fashion. Kita ada desainer Sejauh Mata Memandang. Dia akan membuat sebuah koleksi dari sisa koleksi sebelumnya jadi untuk meminimalisir waste," kata Direktur Jakarta Fashion Week, Lenni Tedja saat jumpa pers di Senayan City, Jakarta, Rabu (11/9).
Meski belum 100 persen sustainable fashion, Lenni menuturkan bahwa desainer Indonesia secara perlahan sudah mulai mengusung konsep tersebut. Hal ini terlihat dari penggunaan warna alami hingga penggunaan kembali sisa koleksi untuk menjadi sebuah koleksi baru.
"Dia desainer yang sudah mengaplikasikan suistainable fashion walaupun belum 100 persen. Oleh karena itu, kita memberikan statement beginning suistainable fashion. Setidaknya desainer Indonesia sudah mulai sustainable fasion," ungkapnya.
Koleksi-koleksi sustainable fashion tersebut dapat disaksikan di gelaran JFW 2020 yang akan digelar 19-25 Oktober 2019 di Senayan City, Jakarta.
"Kita belum berani bilang desainer kita mengaplikasikan sustainable tapi sudah mulai sadar ke arah situ. Seperti pakai pewarna alam dan lain-lain," pungkasnya.
Menurut data dari Ellen MacArthur Foundation, badan yang fokus mempelajari polusi industri mode, limbah bisnis busana di dunia dapat mencapai USD500 miliar per tahun. Hal ini kemudian memunculkan beberapa usulan kebijakan ramah lingkungan, salah satunya dengan mengolah kembali kain perca menjadi komponen yang bermanfaat.
Di Indonesia, sudah banyak desainer yang menerapkan konsep sustainable fashion yakni dengan melakukan prinsip zero waste pattern, mengurangi pembuangan kain sisa. Seperti halnya para desainer Tanah Air yang akan tampil di pekan mode terbesar di Asia Tenggara, Jakarta Fashion Week (JFW) 2020.
"Kita ada beberapa show yang memang berkaitan dengan sustainable fashion. Kita ada desainer Sejauh Mata Memandang. Dia akan membuat sebuah koleksi dari sisa koleksi sebelumnya jadi untuk meminimalisir waste," kata Direktur Jakarta Fashion Week, Lenni Tedja saat jumpa pers di Senayan City, Jakarta, Rabu (11/9).
Meski belum 100 persen sustainable fashion, Lenni menuturkan bahwa desainer Indonesia secara perlahan sudah mulai mengusung konsep tersebut. Hal ini terlihat dari penggunaan warna alami hingga penggunaan kembali sisa koleksi untuk menjadi sebuah koleksi baru.
"Dia desainer yang sudah mengaplikasikan suistainable fashion walaupun belum 100 persen. Oleh karena itu, kita memberikan statement beginning suistainable fashion. Setidaknya desainer Indonesia sudah mulai sustainable fasion," ungkapnya.
Koleksi-koleksi sustainable fashion tersebut dapat disaksikan di gelaran JFW 2020 yang akan digelar 19-25 Oktober 2019 di Senayan City, Jakarta.
"Kita belum berani bilang desainer kita mengaplikasikan sustainable tapi sudah mulai sadar ke arah situ. Seperti pakai pewarna alam dan lain-lain," pungkasnya.
(nug)