Menanam Hidroponik Itu Menyehatkan Lahir dan Batin
A
A
A
KOTA BEKASI - Memiliki hunian hijau apalagi menghasilkan tentu menjadi dambaan setiap orang. Akan tetapi dengan keterbatasan lahan, harapan memiliki lingkungan hijau bukanlah hal mudah.
Tapi tunggu dulu, jangan putus harapan. Cobalah berkunjung ke salah satu kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara, tepatnya di RT 13/ RW 21, Kelurahan Kaliabang Tengah, Perumahan Alinda, Bekasi utara.Di lokasi tersebut, kita bisa menyaksikan hampir setiap rumah memiliki tanaman hidroponik. Di sudut-sudut gang, berbagai variasi sayuran hidroponik menghiasi dengan cantik. Pendeknya, sulit menemukan tempat yang bebas dari tanaman.Lurah Kaliabang Tengah, RR Sri Setianingrum yang biasa dipanggil Nuning menceritakan, Kampung Hidroponik yang diberi nama Kampung Hidroponik Asri Sejahtera ini melewati proses yang lumayan panjang hingga menjadi hijau ini.
Di awali sekitar 3 bulan lalu, sejumlah 5 keluarga menjajal membudayakan sayuran melalui hidroponik. Dengan media botol bekas mereka bertanam berbagai macam sayuran. Setelah panen, kelimanya membagikan ke tetangga sekitar. "Para tetangga mulai mencicipi rasa sayur hidroponik. Rasanya yang lebih kres dan manis dibanding sayuran biasa membuat mereka tertarik ikut,"kenangnya.Tak berapa lama, 20 keluarga lain menyusul. Media tanamnya mulai variasi, dari botol bekas, keranjang dan paralon. Dari 20 keluarga, menyebar menjadi 50 keluarga. "Dan sekarang dari 125 keluarga hampir 80 persennya memiliki tanaman hidroponik,"ungkapnya.
Kini kampung Hidroponik Asri Sejahtera telah memiliki 3444 lubang tanam dan 80 keranjang.
"Kunci dari para penggerak di sini adalah memberi contoh. Para penggerak ini setiap saat keliling. Mereka mengecek tanaman-tanaman anggotanya. Jika ada yang layu atau pertumbuhan kurang baik, mereka akan membantu mengatasinya,"ungkap perempuan yang juga menjadi inisiator batik corak bekasi ini.Manfaat besar yang diambil dari menanam hidroponik tidak hanya materi. Menurut Ketua Kampung Hidroponik Asri Sejahtera Enny Wulandari, ada manfaat lahir dan batin ketika menanam hidroponik.
"Sayur hidroponik itu sehat. Ia bebas pestisida. Kalau mau masak pinginnya terus mempertahankan nilai sehatnya. Jadi enggan menambah penyedap rasa. Lama-lama kita bisa hidup sehat," papar Enny.Lingkungan dan hati ungkap Enny juga menjadi lebih asri. "Asri ini tidak hanya fisik tapi juga di hati. Setiap usai shubuh Ibu-ibu di lingkungan ini menyambangi tanaman-tanamannya. Melihat tanaman tumbuh dengan cantik, kita senyum, hati kita senang. Jadi kami enggan pergi berlama-lama, ada rasa kangen kalau pergi lama. Itu manfaat yang tidak dapat dinilai dengan uang, " ungkapnya dengan terkekeh.
Bahkan tak jarang, ada peristiwa kecil yang indah. "Kami, jika panen, rebutan memetiknya. Karena ada perasaan bahagia, takjub dan bangga bisa memetik dan memasak tanaman yang kita tanam sendiri,"tambah Enny.
"Jadi yang tidak mau berhidroponik itu rugi," tegasnya.
Tanaman hidroponik memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sejumlah restoran dan hotel telah memanfaatkan sayuran hidroponik untuk bahan sajiannya. "Saya mendengar, pasokan sayuran hidroponik di pasar masih kurang,"terangnya.
"Ke depan kita ingin menjadi salah satu pemasok ke restoran ataupun hotel. Tapi untuk saat ini masih kami nikmati sendiri. Untuk souvenir keluarga, untuk konsumsi sendiri. Kami masih euforia dengan tanaman-tanaman kami. Tapi pasti, ke depan akan kami lepas ke pasar," ungkapnya.
Terkait dengan keberlanjutan, Lurah Nuning menyebut, akan menjadikan kampung hidroponik tidak hanya pemasok sayuran ke hotel dan restoran, tetapi sebagai ikon wisata. Wisata yang tidak hanya sekadar memanjakan mata, tetapi juga menginspirasi bagi pengunjungnya. "Kita bisa tanam apa yang kita makan, dan kita memakan apa yang kita tanam. Dan, itu menyehatkan," tutupnya. (atik)
Tapi tunggu dulu, jangan putus harapan. Cobalah berkunjung ke salah satu kelurahan di Kecamatan Bekasi Utara, tepatnya di RT 13/ RW 21, Kelurahan Kaliabang Tengah, Perumahan Alinda, Bekasi utara.Di lokasi tersebut, kita bisa menyaksikan hampir setiap rumah memiliki tanaman hidroponik. Di sudut-sudut gang, berbagai variasi sayuran hidroponik menghiasi dengan cantik. Pendeknya, sulit menemukan tempat yang bebas dari tanaman.Lurah Kaliabang Tengah, RR Sri Setianingrum yang biasa dipanggil Nuning menceritakan, Kampung Hidroponik yang diberi nama Kampung Hidroponik Asri Sejahtera ini melewati proses yang lumayan panjang hingga menjadi hijau ini.
Di awali sekitar 3 bulan lalu, sejumlah 5 keluarga menjajal membudayakan sayuran melalui hidroponik. Dengan media botol bekas mereka bertanam berbagai macam sayuran. Setelah panen, kelimanya membagikan ke tetangga sekitar. "Para tetangga mulai mencicipi rasa sayur hidroponik. Rasanya yang lebih kres dan manis dibanding sayuran biasa membuat mereka tertarik ikut,"kenangnya.Tak berapa lama, 20 keluarga lain menyusul. Media tanamnya mulai variasi, dari botol bekas, keranjang dan paralon. Dari 20 keluarga, menyebar menjadi 50 keluarga. "Dan sekarang dari 125 keluarga hampir 80 persennya memiliki tanaman hidroponik,"ungkapnya.
Kini kampung Hidroponik Asri Sejahtera telah memiliki 3444 lubang tanam dan 80 keranjang.
"Kunci dari para penggerak di sini adalah memberi contoh. Para penggerak ini setiap saat keliling. Mereka mengecek tanaman-tanaman anggotanya. Jika ada yang layu atau pertumbuhan kurang baik, mereka akan membantu mengatasinya,"ungkap perempuan yang juga menjadi inisiator batik corak bekasi ini.Manfaat besar yang diambil dari menanam hidroponik tidak hanya materi. Menurut Ketua Kampung Hidroponik Asri Sejahtera Enny Wulandari, ada manfaat lahir dan batin ketika menanam hidroponik.
"Sayur hidroponik itu sehat. Ia bebas pestisida. Kalau mau masak pinginnya terus mempertahankan nilai sehatnya. Jadi enggan menambah penyedap rasa. Lama-lama kita bisa hidup sehat," papar Enny.Lingkungan dan hati ungkap Enny juga menjadi lebih asri. "Asri ini tidak hanya fisik tapi juga di hati. Setiap usai shubuh Ibu-ibu di lingkungan ini menyambangi tanaman-tanamannya. Melihat tanaman tumbuh dengan cantik, kita senyum, hati kita senang. Jadi kami enggan pergi berlama-lama, ada rasa kangen kalau pergi lama. Itu manfaat yang tidak dapat dinilai dengan uang, " ungkapnya dengan terkekeh.
Bahkan tak jarang, ada peristiwa kecil yang indah. "Kami, jika panen, rebutan memetiknya. Karena ada perasaan bahagia, takjub dan bangga bisa memetik dan memasak tanaman yang kita tanam sendiri,"tambah Enny.
"Jadi yang tidak mau berhidroponik itu rugi," tegasnya.
Tanaman hidroponik memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sejumlah restoran dan hotel telah memanfaatkan sayuran hidroponik untuk bahan sajiannya. "Saya mendengar, pasokan sayuran hidroponik di pasar masih kurang,"terangnya.
"Ke depan kita ingin menjadi salah satu pemasok ke restoran ataupun hotel. Tapi untuk saat ini masih kami nikmati sendiri. Untuk souvenir keluarga, untuk konsumsi sendiri. Kami masih euforia dengan tanaman-tanaman kami. Tapi pasti, ke depan akan kami lepas ke pasar," ungkapnya.
Terkait dengan keberlanjutan, Lurah Nuning menyebut, akan menjadikan kampung hidroponik tidak hanya pemasok sayuran ke hotel dan restoran, tetapi sebagai ikon wisata. Wisata yang tidak hanya sekadar memanjakan mata, tetapi juga menginspirasi bagi pengunjungnya. "Kita bisa tanam apa yang kita makan, dan kita memakan apa yang kita tanam. Dan, itu menyehatkan," tutupnya. (atik)
(atk)