Mayrhose Coronado Angkat Derajat ART Lewat Talenta Fotografi
A
A
A
Mayrhose Coronado berhasil membuktikan bahwa seorang asisten rumah tangga (ART) yang melatih kemampuan khusus tidak bisa dipandang sebelah mata. Kini Mayrhose Coronado jadi ART paling berpengaruh di dunia fotografi Singapura. Bagaimana ceritanya?
Nama Mayrhose Coronado mendadak viral di jagat media sosial (medsos) setelah dia menjadi fotografer dadakan dengan jepretan menakjubkan. Jumlah follower-nya mencapai 22.900 orang di akun Instagram-nya. Dia menemukan bakatnya setelah tiba di Singapura sekitar sepuluh tahun yang lalu.
Saat ini dia menjadi salah satu fotografer terkemuka Singapura. Dia menjadi leader program jalan-jalan berfoto gratis untuk siapa pun yang tertarik belajar fotografi dan menjelajahi pemandangan jalanan dan bangunan bersejarah Singapura yang indah. Tahun lalu, dia menang dan berhasil ikut dalam pameran foto bertajuk ‘Unspoken Life’ di Aidha Photography Exhibition 2018.
Ini adalah pameran yang ‘memotret’ kehidupan para pekerja rumah tangga di Singapura melalui bidikan kamera. Pada 2015, karyanya masuk dalam pameran Singapore Local Life yang diselenggarakan Instagram Singapura dan New Majestic Hotel. May juga memamerkan fotonya di akun Instagram Nippon Paint Singapura dan Singapore Tourism Board atas undangan mereka sebagai bagian dari kampanye untuk merayakan budaya dan warisan Singapura.
Namanya juga menghentak saat Apple Singapura mendaftarkan namanya untuk melakukan sesi foto berjalan sebagai bagian dari kampanye ‘Today at Apple’ pada 2017. Ada begitu banyak inspirasi yang bisa diambil dari kisahnya. Melalui kisahnya ini, dia seolah ingin berbagi nasihat penting bagi para pekerja asisten rumah tangga lainnya. Semua orang tidak bisa dinilai dari pekerjaan yang mereka jalani.
Melalui wawancara dengan Philippine Entertainment Portal (PEP.ph), May ingat bagaimana jalan kehidupannya benar-benar tidak terduga. “Setelah saya meninggalkan pekerjaan saya sebagai trainer F&B di Filipina, saya memutuskan untuk mencari pekerjaan di luar negeri. Jadi aku pergi ke Singapura, berharap mendapat pekerjaan di industri F&B. Tapi segalanya tidak berjalan sesuai rencana. Aku tidak berhasil mendapatkan pekerjaan,” ujarnya.
Kala itu dia ingin mencari gaji yang lebih baik dengan bekerja di luar negeri. May pun ‘banting setir’ dengan menjadi asisten rumah tangga Filipina di Singapura sejak 2009. Awalnya dia merasa sedih ketika tidak memiliki pilihan selain menjadi pekerja itu agar bisa mendapat uang dan tetap bisa bertahan hidup di Singapura. Tidak mudah bagi May untuk menerima situasi barunya.
“Saya benar-benar berpikir itu adalah akhir hidup saya. Tetapi saya tahu saat itu saya hanya punya dua pilihan: hanya duduk di sana dan sedih dan tertekan tentang situasi saya, atau bangun, pergi ke sana dan menghadapi dunia,” ujarnya, dikutip situs Sassy Mama Magazine.
Tapi dia akhirnya berdamai dengan dirinya dan mencoba melakukan yang terbaik saat bekerja. Justru lewat pekerjaan inilah dia menemukan hobi barunya yakni fotografi. Sejak saat itu, dia berjanji pada diri sendiri akan menjelajahi setiap sudut Singapura di hari liburnya. Jadi dia mulai membeli peta dan mulai menjelajah. Dia memilih Singapura karena alasan negara yang sangat efisien, nyaman dan aman. Dia juga menyukai berbagai pilihan makanan dan kafe-kafe unik.
Mulai posting foto di Instagram
Kehidupannya berubah saat dia sedang berjalan-jalan di kota dan hanya membawa telepon selulernya. “Itu terjadi pada hari Sabtu sore yang cerah pada bulan Desember 2014 ketika saya menemukan Purvis Street. Saya langsung jatuh cinta dan begitu terpesona oleh ruko berwarna warni sehingga saya mulai mengambil foto dan memamerkannya di Instagram,” terangnya.
Dia pun terpesona dan mencari tahu apa nama bangunan itu. Kemudian dia mengetahui bangunan itu disebut ruko Peranakan. Dia pun mulai ingin tahu lebih banyak. Dia mulai menggali lebih dalam tentang arsitektur Peranakan dan sejarahnya. “Saya suka fasadnya yang indah dan berhias, motif yang rumit dan ubin keramik,” terangnya.
Setelah itu dia memajang foto hasil bidikannya ke akun Instagramnya. Dia pun tak menyangka jika karyanya akan ditampilkan di IG. “Saat itu pada bulan Juli 2015 ketika saya menerima email dari Instagram yang mengatakan saya terpilih sebagai salah satu pengguna yang disarankan. Saya tidak tahu mengapa saya dipilih,” katanya.
Dia menebak dirinya terpilih karena foto ‘ruko Peranakan yang cantik dan berwarna-warni’ yang dipotretnya di Purvis Street dengan cahaya yang tepat, dan simetris. Sejak itu dia mulai rajin menelusuri setiap jejak wilayah di Singapura. Dia menjelajahi lorong-lorong kuno yang menarik.
Dia jatuh cinta dengan lingkungan yang lebih tua di Singapura seperti Blair Road, Emerald Hill dan Joo Chiat. “Saya suka memotret bangunan tua. Saya bukan penggemar sejarah, tetapi ada sesuatu tentang situs bersejarah yang memicu saya,” ungkapnya. Kemudian dia mulai menggunakan Instagram untuk memamerkan foto-fotonya. Dari sini pula dia dapat menjangkau dan terhubung dengan Intagrammers luar biasa dan berbakat lainnya.
“Saya harus mengatakan Instagram adalah salah satu komunitas yang akan menerima Anda dengan sepenuh hati terlepas dari siapa Anda. Dan selama bertahun-tahun menjelajahi situs-situs bersejarah ini di sini di Singapura, saya menjadi sadar betapa biasanya mencintai yang indah, dan betapa indahnya mencintai yang biasa,” terangnya.
Namanya mulai terkenal saat dia mulai bergabung dengan Instameet global, pertemuan pengguna Instagram di Singapura. Di sini dia belajar tentang Instameet melalui komunitas Instagram lokal yang diikuti di IG. “Dan saya pikir itu akan menjadi waktu yang tepat bagi saya untuk menjangkau kelompok orang yang luar biasa ini,” jelasnya.
Melalui Instameet, ia berinteraksi dengan orang-orang yang berpikiran sama yang akhirnya membantu meningkatkan jumlah pengikut di IG. Secara berproses, May terus membangun namanya di profesi barunya itu. Pada Mei yang lalu, portofolionya ditampilkan di situs parenting Singapura, sassymamasg.com sebagai bagian dari situs Helper Association Month Celebration.
Nama Mayrhose Coronado mendadak viral di jagat media sosial (medsos) setelah dia menjadi fotografer dadakan dengan jepretan menakjubkan. Jumlah follower-nya mencapai 22.900 orang di akun Instagram-nya. Dia menemukan bakatnya setelah tiba di Singapura sekitar sepuluh tahun yang lalu.
Saat ini dia menjadi salah satu fotografer terkemuka Singapura. Dia menjadi leader program jalan-jalan berfoto gratis untuk siapa pun yang tertarik belajar fotografi dan menjelajahi pemandangan jalanan dan bangunan bersejarah Singapura yang indah. Tahun lalu, dia menang dan berhasil ikut dalam pameran foto bertajuk ‘Unspoken Life’ di Aidha Photography Exhibition 2018.
Ini adalah pameran yang ‘memotret’ kehidupan para pekerja rumah tangga di Singapura melalui bidikan kamera. Pada 2015, karyanya masuk dalam pameran Singapore Local Life yang diselenggarakan Instagram Singapura dan New Majestic Hotel. May juga memamerkan fotonya di akun Instagram Nippon Paint Singapura dan Singapore Tourism Board atas undangan mereka sebagai bagian dari kampanye untuk merayakan budaya dan warisan Singapura.
Namanya juga menghentak saat Apple Singapura mendaftarkan namanya untuk melakukan sesi foto berjalan sebagai bagian dari kampanye ‘Today at Apple’ pada 2017. Ada begitu banyak inspirasi yang bisa diambil dari kisahnya. Melalui kisahnya ini, dia seolah ingin berbagi nasihat penting bagi para pekerja asisten rumah tangga lainnya. Semua orang tidak bisa dinilai dari pekerjaan yang mereka jalani.
Melalui wawancara dengan Philippine Entertainment Portal (PEP.ph), May ingat bagaimana jalan kehidupannya benar-benar tidak terduga. “Setelah saya meninggalkan pekerjaan saya sebagai trainer F&B di Filipina, saya memutuskan untuk mencari pekerjaan di luar negeri. Jadi aku pergi ke Singapura, berharap mendapat pekerjaan di industri F&B. Tapi segalanya tidak berjalan sesuai rencana. Aku tidak berhasil mendapatkan pekerjaan,” ujarnya.
Kala itu dia ingin mencari gaji yang lebih baik dengan bekerja di luar negeri. May pun ‘banting setir’ dengan menjadi asisten rumah tangga Filipina di Singapura sejak 2009. Awalnya dia merasa sedih ketika tidak memiliki pilihan selain menjadi pekerja itu agar bisa mendapat uang dan tetap bisa bertahan hidup di Singapura. Tidak mudah bagi May untuk menerima situasi barunya.
“Saya benar-benar berpikir itu adalah akhir hidup saya. Tetapi saya tahu saat itu saya hanya punya dua pilihan: hanya duduk di sana dan sedih dan tertekan tentang situasi saya, atau bangun, pergi ke sana dan menghadapi dunia,” ujarnya, dikutip situs Sassy Mama Magazine.
Tapi dia akhirnya berdamai dengan dirinya dan mencoba melakukan yang terbaik saat bekerja. Justru lewat pekerjaan inilah dia menemukan hobi barunya yakni fotografi. Sejak saat itu, dia berjanji pada diri sendiri akan menjelajahi setiap sudut Singapura di hari liburnya. Jadi dia mulai membeli peta dan mulai menjelajah. Dia memilih Singapura karena alasan negara yang sangat efisien, nyaman dan aman. Dia juga menyukai berbagai pilihan makanan dan kafe-kafe unik.
Mulai posting foto di Instagram
Kehidupannya berubah saat dia sedang berjalan-jalan di kota dan hanya membawa telepon selulernya. “Itu terjadi pada hari Sabtu sore yang cerah pada bulan Desember 2014 ketika saya menemukan Purvis Street. Saya langsung jatuh cinta dan begitu terpesona oleh ruko berwarna warni sehingga saya mulai mengambil foto dan memamerkannya di Instagram,” terangnya.
Dia pun terpesona dan mencari tahu apa nama bangunan itu. Kemudian dia mengetahui bangunan itu disebut ruko Peranakan. Dia pun mulai ingin tahu lebih banyak. Dia mulai menggali lebih dalam tentang arsitektur Peranakan dan sejarahnya. “Saya suka fasadnya yang indah dan berhias, motif yang rumit dan ubin keramik,” terangnya.
Setelah itu dia memajang foto hasil bidikannya ke akun Instagramnya. Dia pun tak menyangka jika karyanya akan ditampilkan di IG. “Saat itu pada bulan Juli 2015 ketika saya menerima email dari Instagram yang mengatakan saya terpilih sebagai salah satu pengguna yang disarankan. Saya tidak tahu mengapa saya dipilih,” katanya.
Dia menebak dirinya terpilih karena foto ‘ruko Peranakan yang cantik dan berwarna-warni’ yang dipotretnya di Purvis Street dengan cahaya yang tepat, dan simetris. Sejak itu dia mulai rajin menelusuri setiap jejak wilayah di Singapura. Dia menjelajahi lorong-lorong kuno yang menarik.
Dia jatuh cinta dengan lingkungan yang lebih tua di Singapura seperti Blair Road, Emerald Hill dan Joo Chiat. “Saya suka memotret bangunan tua. Saya bukan penggemar sejarah, tetapi ada sesuatu tentang situs bersejarah yang memicu saya,” ungkapnya. Kemudian dia mulai menggunakan Instagram untuk memamerkan foto-fotonya. Dari sini pula dia dapat menjangkau dan terhubung dengan Intagrammers luar biasa dan berbakat lainnya.
“Saya harus mengatakan Instagram adalah salah satu komunitas yang akan menerima Anda dengan sepenuh hati terlepas dari siapa Anda. Dan selama bertahun-tahun menjelajahi situs-situs bersejarah ini di sini di Singapura, saya menjadi sadar betapa biasanya mencintai yang indah, dan betapa indahnya mencintai yang biasa,” terangnya.
Namanya mulai terkenal saat dia mulai bergabung dengan Instameet global, pertemuan pengguna Instagram di Singapura. Di sini dia belajar tentang Instameet melalui komunitas Instagram lokal yang diikuti di IG. “Dan saya pikir itu akan menjadi waktu yang tepat bagi saya untuk menjangkau kelompok orang yang luar biasa ini,” jelasnya.
Melalui Instameet, ia berinteraksi dengan orang-orang yang berpikiran sama yang akhirnya membantu meningkatkan jumlah pengikut di IG. Secara berproses, May terus membangun namanya di profesi barunya itu. Pada Mei yang lalu, portofolionya ditampilkan di situs parenting Singapura, sassymamasg.com sebagai bagian dari situs Helper Association Month Celebration.
(don)