Pengembangan Pariwisata Wakatobi Harus Kedepankan Prinsip Konservasi
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan laporan berjudul The Travel & Tourism Competitiveness Report, skor daya saing Indonesia pada 2019 mencapai 4,3 dari skor tertinggi 7. Skor tersebut memposisikan Indonesia di peringkat 40 dunia. Padahal, pada 2011, Indonesia berada di peringkat 74 dunia dengan skor 3,96.
Hal itu tentunya membuat pariwisata di Indonesia sudah menjadi salah satu pilar perekonomian. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata, sehingga pengelolaan menjadi kata kunci. Daya saing pariwisata Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Beberapa daerah kini tengah fokus mengembangkan sektor pariwisatanya, salah satunya Taman Nasional Wakatobi. "Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Wakatobi harus dilakukan dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi," ujar Kepala Seksi Wilayah II Taman Nasional Wakatobi, La Fasa dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/12).
Karena itu, kata La Fasa, dengan pendekatan wisata berkelanjutan dan kemitraan konservasi, akan menciptakan kegiatan wisata yang mendukung penghidupan berkelanjutan serta melindungi sumber daya alam, nilai tradisi, serta sosial budaya masyarakat.
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, kaya akan sumber daya alam, peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang berpotensi sebagai daya tarik wisata, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Akan tetapi, berstatus sebagai Taman Nasional dengan luas 1,39 juta hektare, Wakatobi tentunya juga menuntut perlakuan khusus dalam hal konservasi kawasan guna menjaga kelestarian sumber daya alamnya.
Di kawasan Wakatobi kini dikembangkan ekowisata mangrove di Tampara. Pengembangannya didukung Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), serta PT First State Investment Indonesia melalui dana filantropi salah satu reksadananya yakni First State IndoEquity Peka Fund yang secara aktif menyalurkan dana sosial sejak 2011.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem terpenting di kawasan pesisir. Pada banyak wilayah pesisir, masyarakat sangat bergantung pada jasa lingkungan yang disediakan ekosistem mangrove.
"Ekosistem mangrove yang sehat mendukung produktivitas perikanan. Selain itu, ekosistem mangrove juga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal terkait mata pencaharian berkelanjutan dan inisiatif yang menghasilkan pendapatan, termasuk ekowisata dan kegiatan rekreasi lainnya," terang Direktur Program Kelautan YKAN, Muhammad Ilman.
Hal itu tentunya membuat pariwisata di Indonesia sudah menjadi salah satu pilar perekonomian. Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata, sehingga pengelolaan menjadi kata kunci. Daya saing pariwisata Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Beberapa daerah kini tengah fokus mengembangkan sektor pariwisatanya, salah satunya Taman Nasional Wakatobi. "Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Wakatobi harus dilakukan dengan mengedepankan prinsip-prinsip konservasi," ujar Kepala Seksi Wilayah II Taman Nasional Wakatobi, La Fasa dalam keterangan tertulisnya, Senin (2/12).
Karena itu, kata La Fasa, dengan pendekatan wisata berkelanjutan dan kemitraan konservasi, akan menciptakan kegiatan wisata yang mendukung penghidupan berkelanjutan serta melindungi sumber daya alam, nilai tradisi, serta sosial budaya masyarakat.
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, kaya akan sumber daya alam, peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang berpotensi sebagai daya tarik wisata, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Akan tetapi, berstatus sebagai Taman Nasional dengan luas 1,39 juta hektare, Wakatobi tentunya juga menuntut perlakuan khusus dalam hal konservasi kawasan guna menjaga kelestarian sumber daya alamnya.
Di kawasan Wakatobi kini dikembangkan ekowisata mangrove di Tampara. Pengembangannya didukung Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), serta PT First State Investment Indonesia melalui dana filantropi salah satu reksadananya yakni First State IndoEquity Peka Fund yang secara aktif menyalurkan dana sosial sejak 2011.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem terpenting di kawasan pesisir. Pada banyak wilayah pesisir, masyarakat sangat bergantung pada jasa lingkungan yang disediakan ekosistem mangrove.
"Ekosistem mangrove yang sehat mendukung produktivitas perikanan. Selain itu, ekosistem mangrove juga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal terkait mata pencaharian berkelanjutan dan inisiatif yang menghasilkan pendapatan, termasuk ekowisata dan kegiatan rekreasi lainnya," terang Direktur Program Kelautan YKAN, Muhammad Ilman.
(nug)