Stop Labeli Anak Secara Negatif, Ikuti 12 Cara Didik Ini

Rabu, 04 Desember 2019 - 14:18 WIB
Stop Labeli Anak Secara...
Stop Labeli Anak Secara Negatif, Ikuti 12 Cara Didik Ini
A A A
JAKARTA - Orangtua tanpa sadar sering kali memberikan label negatif kepada anak saat geram karena kesalahan atau kekurangannya. Padahal, tindakan tersebut rentan meninggalkan luka di hati si kecil hingga menimbulkan efek buruk pada perkembangan psikologisnya.

Di kehidupan sosial kita saat ini, memberikan label, julukan, stigma, atau cap pada orang lain sepertinya merupakan hal yang dianggap wajar. Menurut buku A Handbook for The Study of Mental Health, labeling adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut dan menjelaskan tentang tipe bagaimanakah seseorang itu. Labeling dapat berbentuk pemberian nama atau sindiran, negatif atau positif, pada diri seseorang, termasuk kepada anak-anak. Tindakan labeling ini sering dilakukan secara spontan, tanpa sadar dan sengaja. Jika labeling yang terucap bersifat positif, seperti “anak baik”, tentu akan berpengaruh positif. Namun, jika label yang diberikan negatif, seperti "anak pembangkang”, tentu dapat berpengaruh negatif. Apalagi bila kata-kata tersebut begitu menyakitkan bagi si buah hati.

Biasanya labeling yang dilontarkan keluarga dekat seperti ayah, ibu, kakak, atau adik memiliki pengaruh besar pada anak yang bersangkutan karena keluarga merupakan agen sosialisasi primer anak. Tanpa disadari, dukungan dan rasa percaya diri anak lebih banyak dia peroleh dari orangtua atau keluarga terdekatnya. Anak yang sering diberi pujian dan dukungan positif dari keluarga terdekat, umumnya tumbuh menjadi anak berprestasi di lingkungan sosialnya.

Untuk menghindari kebiasan memberikan labeling negatif, diperlukan tekad dan pengetahuan. Juga kesadaran Anda bahwa kebiasaan tersebut bisa berdampak buruk pada keadaan psikologis anak. Jika hal itu sudah disadari, Anda pun harus mulai belajar untuk memberi label positif kepada anak. Dalam situasi apapun, orangtua mesti mampu untuk tetap menggunakan bahasa-bahasa positif bagi si kecil. Karena dengan begitu, anak akan merasa lebih dihargai sehingga karakter positif mereka akan terbentuk. Di samping itu, anak juga bakal ikut terbiasa menggunakan bahasa-bahasa yang positif dalam berkomunikasi kepada siapapun.

Nah, untuk Anda para orangtua, berikut cara-cara yang bisa dilakukan untuk mendidik anak secara tepat:

1. Mau meminta maaf dan mengucapkan terima kasih. Ketika Anda mau melakukan hal ini, anak merasa dirinya dihargai dan pada akhirnya anak juga bakal melakukan tindakan yang sama.
2. Menepati jika berjanji. Hendaknya Anda menepati janji yang telah disepakati bersama anak, karena jika tidak, akan membuat anak tak percaya lagi kepada orangtuanya.
3. Tidak memberikan “label” pada anak. Tanpa disadari, pemberian “label” kepada anak bisa mempengaruhi perkembangan jiwa anak karena akan mempengaruhi citra anak terhadap dirinya, dan akhirnya citra semacam itu akan selalu melekat pada dirinya.
4. Senyum dan memberi sentuhan fisik. Senyum adalah sedekah, dan anak akan berkembang dengan emosi yang positif ketika orangtua banyak tersenyum kepadanya. Sementara itu, ciuman atau belaian singkat akan memberikan rasa aman bagi anak.
5. Lebih baik melakukan tindakan daripada sekadar kata-kata. Daripada Anda teriak-teriak ketika anak tidak merapikan mainannya, akan lebih efektif jika bersama-sama dengan anak ikut membereskan semua itu.
6. Berikan kesempatan kepada anak untuk memilih. Sedari usia dini ajarkan anak untuk bisa memilih seperti memilih pakaian yang ingin dikenakan, memilih menu makanan yang ingin dimasak, memilih jenis mainan yang ingin mereka beli, dan sebagainya. Tentu pilihan-pilihan yang ditawarkan harus sesuai dengan kemampuan berpikir dan kemampuan Anda untuk mengabulkan pilihan mereka. Pilihan yang tidak sesuai dengan tingkat usia mereka harus ditolak dengan cara yang halus supaya tak menimbulkan keraguan dalam diri mereka.
7. Lebih baik merespons ketika anak berbuat positif daripada ketika anak berbuat negatif. Ketika anak berbuat baik, tidak ada komentar ataupun pujian dari Anda atas tindakan tersebut karena Anda merasa demikian yang seharusnya dilakukan anak. Akan tetapi, ketika anak banyak melakukan tindakan yang negatif, Anda justru meresponsnya. Hal ini akan menyebabkan anak cenderung mengulang tindakan negatifnya itu, karena bisa jadi anak berbuat negatif karena ingin mendapatkan perhatian orangtua.
8. Tidak mengucapkan kata “jangan”. Daripada mengatakan “jangan” yang berarti menolak akan lebih baik jika Anda menunjukkan alternatif lain atas larangan tersebut. Karena ketika dikatakan tidak boleh, anak justru penasaran dan ingin mencobanya.
9. Menghargai pertanyaan anak. Anak yang banyak bertanya dan bahkan suka “mengganggu” Anda cenderung lebih cerdas daripada anak yang pasif. Dengan demikian, Anda yang menstimulasi anak untuk lebih banyak bertanya dan orangtua yang mau menjawab setiap pertanyaan anak akan menentukan kecerdasan si kecil di kemudian hari.
10. Tidak menghukum secara fisik. Karena ketika awal hukuman fisik diberikan, anak bakal merasakan sakit dan dia akan menghentikan perilaku negatifnya. Akan tetapi, lama-kelamaan hukuman fisik ini tidak efektif lagi karena anak sudah terbiasa dengan rasa sakit itu, walaupun Anda sudah meningkatkan cara pemberian hukuman yang membuat anak semakin sakit. Selain tidak efektif untuk menerapkan disiplin, hukuman fisik juga bisa melukai harga diri anak dan merugikan hubungan anak-orangtua.
11. Biarkan anak mengalami konsekuensi alami dari perbuatannya. Apa yang ditabur itulah yang akan dituai. Terkadang anak selalu berusaha memaksakan kehendak mereka sendiri. Menuntut supaya keinginan mereka bisa terpenuhi. Sebagai orangtua, Anda perlu bijaksana menghadapi mereka. Bila mereka malas mengerjakan PR, sekali-kali biarkan mereka tidak mengerjakan PR dan pasti ada konsekuensi yang akan mereka dapatkan. Ketika mereka tidak menghabiskan makan malam, jangan paksa mereka untuk menghabiskannya dan itu berarti mereka akan merasa lapar sebelum waktu tidur.
12. Ajarkan anak untuk yakin tentang masa depannya. Orangtua adalah guru dan contoh menjadi orang dewasa. Oleh karena itu, berusahalah positif dengan pekerjaan Anda, dan jangan keluhkan kondisi ekonomi, karyawan, maupun bos Anda di hadapan anak-anak. Biarkan anak tahu bahwa orangtua akan memiliki cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarga. Bekerjalah jika Anda memiliki kesempatan dan hargailah pekerjaan Anda.
(tsa)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9391 seconds (0.1#10.140)