Alamak! Hanya 52 Juta WNI yang Peduli Kesehatan Lingkungan
A
A
A
Sanitasi masih menjadi permasalahan cukup besar untuk diperhatikan, terutama di Indonesia. Pasalnya, bila permasalahan sanitasi tak kunjung mendapatkan perhatian, kesehatan pun akan terancam. Di beberapa negara, masih banyak masyarakatnya yang membuang air besar di tempat terbuka atau memanfaatkan lahan kosong. Tentu jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan bakteri dan mencemari pasokan air bersih.
Menurut perwakilan dari Program Water, Sanitation and Hygiene, Lilik Trimaya, sekitar 1,7 miliar penduduk Asia yang tidak memiliki akses langsung terhadap fasilitas sanitasi. Sedangkan 397 juta menggunakan fasilitas sanitasi di bawah standar kebersihan. Sisanya, 758 juta orang terpaksa buang hajat di tempat terbuka.
Di beberapa negara, masalah sanitasi menjadi yang amat besar karena minimnya sarana, salah satunya adalah India dan China. Sedangkan untuk kawasan Asia, Indonesia masih menduduki peringkat tertinggi dalam hal buruknya sanitasi setelah India?.
”Melihat kesadaran masyarakat yang kurang akan sanitasi, saat ini haya 20 persen masyarakat peduli akan kesehatan. Jika dilihat dari total keseluruhan masyarakat Indonesia saat ini yang berkisar sekitar 262 juta jiwa, hanya 52 juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan," ungkap Lilik. Kondisi ini tentu bukan menjadi hal yang baru. Lilik menuturkan, permasalahan sanitasi sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu.
Menurutnya, masih banyak rumah tangga di Jakarta yang belum memiliki akses sanitasi baik. "Hal lain yang menunjukkan kurangnya kesadaran rumah tangga yang membuang air besar sembarangan, dan beberapa rumah tangga dengan jamban tanpa tanki septik aman, serta masih terbatasnya cakupan pengolahan air limbah dengan baik," kata Lilik
Tentunya masih banyak negara dan kota-kota lain yang menganggap permasalahan ini bukan merupakan isu prioritas. Sehingga, masih banyak negara yang belum menyediakan sanitasi baik. Padahal, menurut pengamat lingkungan Widhyanto Muttaqien, sanitasi merupakan aspek penting dalam menata kota. Karena dengan menempatkan sanitasi yang benar, kebutuhan akan air bersih pun ikut terjaga.
Widhyanto menilai, di Indonesia sendiri hanya memiliki sistem limbah komunal saja. Sebanyak 94,49 persen rumah tangga menggunakan tanki septik. Sedangkan 0,83 persen rumah tangga menggunakan Instansi Pengolahan Air Limbah sebagai tempat pembuangan akhir tinja. "Ke depan kota-kota di Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan sistem sanitasi komunal, tetapi juga harus berinvestasi dalam infrastruktur utama," ujar Widhyanto.
Permasalahan sanitasi tentunya akan berpengaruh pada kualitas air bersih. Saat ini di Indonesia lebih dari 40 juta orang masih susah untuk mendapatkan air bersih dan terdapat 110 juta penduduk tidak memiliki akses sanitasi baik.
"Saat ini pemerintah tengah mencanangkan program sanitasi berbasis pendekatan langsung kepada masyarakat. Ini merupakan cara yang ampuh untuk bisa mengedukasi masalah sanitasi yang bersih di masyarakat," ungkap anggota DPR komisi IX yang membawahi bidang kesehatan, Ribka Tjiptaning.
Tidak hanya itu, Ribka menambahkan, saat ini pemerintah tengah memperbaiki semua badan sungai di Jakarta dengan cara membangun instansi limbah di lokasi yang sudah ditentukan dalam rancangan Tata Ruang Wilayah Jakarta pada 2030. "Kebijakan pemprov dan peraturan untuk moratorium penyedotan air tanah, aturan buangan limbah rumah tangga, dan ketegasan pengendalian buangan industri rumah tangga dan industri lainnya di Jakarta," kata Ribka.
Menurut perwakilan dari Program Water, Sanitation and Hygiene, Lilik Trimaya, sekitar 1,7 miliar penduduk Asia yang tidak memiliki akses langsung terhadap fasilitas sanitasi. Sedangkan 397 juta menggunakan fasilitas sanitasi di bawah standar kebersihan. Sisanya, 758 juta orang terpaksa buang hajat di tempat terbuka.
Di beberapa negara, masalah sanitasi menjadi yang amat besar karena minimnya sarana, salah satunya adalah India dan China. Sedangkan untuk kawasan Asia, Indonesia masih menduduki peringkat tertinggi dalam hal buruknya sanitasi setelah India?.
”Melihat kesadaran masyarakat yang kurang akan sanitasi, saat ini haya 20 persen masyarakat peduli akan kesehatan. Jika dilihat dari total keseluruhan masyarakat Indonesia saat ini yang berkisar sekitar 262 juta jiwa, hanya 52 juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan," ungkap Lilik. Kondisi ini tentu bukan menjadi hal yang baru. Lilik menuturkan, permasalahan sanitasi sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu.
Menurutnya, masih banyak rumah tangga di Jakarta yang belum memiliki akses sanitasi baik. "Hal lain yang menunjukkan kurangnya kesadaran rumah tangga yang membuang air besar sembarangan, dan beberapa rumah tangga dengan jamban tanpa tanki septik aman, serta masih terbatasnya cakupan pengolahan air limbah dengan baik," kata Lilik
Tentunya masih banyak negara dan kota-kota lain yang menganggap permasalahan ini bukan merupakan isu prioritas. Sehingga, masih banyak negara yang belum menyediakan sanitasi baik. Padahal, menurut pengamat lingkungan Widhyanto Muttaqien, sanitasi merupakan aspek penting dalam menata kota. Karena dengan menempatkan sanitasi yang benar, kebutuhan akan air bersih pun ikut terjaga.
Widhyanto menilai, di Indonesia sendiri hanya memiliki sistem limbah komunal saja. Sebanyak 94,49 persen rumah tangga menggunakan tanki septik. Sedangkan 0,83 persen rumah tangga menggunakan Instansi Pengolahan Air Limbah sebagai tempat pembuangan akhir tinja. "Ke depan kota-kota di Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan sistem sanitasi komunal, tetapi juga harus berinvestasi dalam infrastruktur utama," ujar Widhyanto.
Permasalahan sanitasi tentunya akan berpengaruh pada kualitas air bersih. Saat ini di Indonesia lebih dari 40 juta orang masih susah untuk mendapatkan air bersih dan terdapat 110 juta penduduk tidak memiliki akses sanitasi baik.
"Saat ini pemerintah tengah mencanangkan program sanitasi berbasis pendekatan langsung kepada masyarakat. Ini merupakan cara yang ampuh untuk bisa mengedukasi masalah sanitasi yang bersih di masyarakat," ungkap anggota DPR komisi IX yang membawahi bidang kesehatan, Ribka Tjiptaning.
Tidak hanya itu, Ribka menambahkan, saat ini pemerintah tengah memperbaiki semua badan sungai di Jakarta dengan cara membangun instansi limbah di lokasi yang sudah ditentukan dalam rancangan Tata Ruang Wilayah Jakarta pada 2030. "Kebijakan pemprov dan peraturan untuk moratorium penyedotan air tanah, aturan buangan limbah rumah tangga, dan ketegasan pengendalian buangan industri rumah tangga dan industri lainnya di Jakarta," kata Ribka.
(don)