Bermain di Air Banjir Tingkatkan Risiko Penyakit pada Anak-Anak
A
A
A
JAKARTA - Banjir yang mengepung Jabodetabek sejak Rabu (1/1/2020) dimanfaatkan sejumlah anak-anak sebagai tempat untuk bermain. Beberapa di antaranya bahkan tak ragu untuk berenang langsung dan berjalan di air banjir yang berwarna coklat tersebut.
Sayangnya, berenang di air banjir yang kotor dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Wabah penyakit tersebut umumnya ditularkan melalui air kotor saat banjir dan dapat menginfeksi siapa saja. Seperti halnya penyakit kulit yang menyebabkan gatal hingga infeksi. Risiko penyakit pun akan semakin tinggi, jika bersentuhan langsung dengan aliran atau kubangan air yang telah tercemar.
"Implikasi kesehatan bagi mereka yang terpapar banjir mencakup berbagai masalah kulit, seperti infeksi luka, dermatitis kontak, dan bahkan cedera listrik akibat kabel listrik yang terputus," kata profesor dermatologi di Pusat Medis Militer San Antonio, Texas, Justin Bandino seperti dilansir dari HealthDay.
Setelah banjir besar, infeksi kulit dan jaringan lunak dapat berkembang ketika kulit yang terluka terkena air banjir yang mengandung limbah, bahan kimia dan polutan lainnya. Bandino menjelaskan, tsunami dan banjir dapat menyebabkan gangguan tanah besar yang mengarah pada pelepasan organisme menular yang tidak biasa.
"Dalam kasus-kasus ketika pasien malnutrisi tidak memiliki akses ke makanan dan air bersih, bahkan luka kecil dan dangkal yang telah terpapar pada organisme menular ini dapat mengakibatkan infeksi yang berpotensi berbahaya," kata dia.
Hewan dan serangga juga menimbulkan risiko bagi korban banjir. Banjir bisa menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk, yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti zika atau malaria.
Untuk mengurangi risiko masalah kulit setelah banjir, Bandino menghimbau masyarakat harus memiliki respons banjir dan rencana evakuasi. Diperlukan juga kotak P3K dasar yang mencakup persediaan untuk membersihkan, menutupi dan mengobati luka ringan, serta obat nyamuk.
Lebih lanjut, Bandino menyarankan untuk membantu mengurangi kemungkinan kekurangan gizi dan dehidrasi—yang keduanya meningkatkan risiko infeksi—simpanlah alat bertahan hidup dasar yang mencakup persediaan makanan dan air yang tidak mudah rusak.
"Tsunami, angin topan, banjir dan situasi darurat lainnya dapat memperburuk kondisi dermatologis yang ada, seperti eksim atau psoriasis. Bila memungkinkan, minum obat apa pun untuk kondisi kulit saat ini selama evakuasi, bersama dengan pasokan pertolongan pertama dasar lainnya. Jika Anda mengalami masalah kulit setelah terpapar banjir, temui dokter kulit bersertifikat,” ujar dia.
Sayangnya, berenang di air banjir yang kotor dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Wabah penyakit tersebut umumnya ditularkan melalui air kotor saat banjir dan dapat menginfeksi siapa saja. Seperti halnya penyakit kulit yang menyebabkan gatal hingga infeksi. Risiko penyakit pun akan semakin tinggi, jika bersentuhan langsung dengan aliran atau kubangan air yang telah tercemar.
"Implikasi kesehatan bagi mereka yang terpapar banjir mencakup berbagai masalah kulit, seperti infeksi luka, dermatitis kontak, dan bahkan cedera listrik akibat kabel listrik yang terputus," kata profesor dermatologi di Pusat Medis Militer San Antonio, Texas, Justin Bandino seperti dilansir dari HealthDay.
Setelah banjir besar, infeksi kulit dan jaringan lunak dapat berkembang ketika kulit yang terluka terkena air banjir yang mengandung limbah, bahan kimia dan polutan lainnya. Bandino menjelaskan, tsunami dan banjir dapat menyebabkan gangguan tanah besar yang mengarah pada pelepasan organisme menular yang tidak biasa.
"Dalam kasus-kasus ketika pasien malnutrisi tidak memiliki akses ke makanan dan air bersih, bahkan luka kecil dan dangkal yang telah terpapar pada organisme menular ini dapat mengakibatkan infeksi yang berpotensi berbahaya," kata dia.
Hewan dan serangga juga menimbulkan risiko bagi korban banjir. Banjir bisa menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk, yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti zika atau malaria.
Untuk mengurangi risiko masalah kulit setelah banjir, Bandino menghimbau masyarakat harus memiliki respons banjir dan rencana evakuasi. Diperlukan juga kotak P3K dasar yang mencakup persediaan untuk membersihkan, menutupi dan mengobati luka ringan, serta obat nyamuk.
Lebih lanjut, Bandino menyarankan untuk membantu mengurangi kemungkinan kekurangan gizi dan dehidrasi—yang keduanya meningkatkan risiko infeksi—simpanlah alat bertahan hidup dasar yang mencakup persediaan makanan dan air yang tidak mudah rusak.
"Tsunami, angin topan, banjir dan situasi darurat lainnya dapat memperburuk kondisi dermatologis yang ada, seperti eksim atau psoriasis. Bila memungkinkan, minum obat apa pun untuk kondisi kulit saat ini selama evakuasi, bersama dengan pasokan pertolongan pertama dasar lainnya. Jika Anda mengalami masalah kulit setelah terpapar banjir, temui dokter kulit bersertifikat,” ujar dia.
(alv)