Membangun Rumah, Baiknya Borongan atau Harian?
A
A
A
SEORANG teman bertanya kepada saya, dalam membangun sebuah rumah, mana yang terbaik, menggunakan skema borongan atau harian? Pertanyaan itu tentu mewakili banyak orang yang ingin membangun rumah yang jawabannya bisa dikembalikan kepada diri sendiri. Artinya, sampai sejauh mana kita mempunyai pengetahuan tentang pola
membangun rumah.
Menjawab pilihan antara borongan atau harian, mari kita coba membedahnya berdasarkan kriteria sebagai berikut. Pertama, aspek perencanaan. Perencanaan pembangunan rumah secara teknik meliputi pembuatan denah bangunan, gambar tampak, gambar potongan, spesifikasi teknis, dan rencana anggaran biaya atau RAB.
Perencanaan merupakan faktor yang sangat penting. Karena itu, pekerjaan ini biasanya dilakukan seseorang yang mempunyai keahlian. Pada skema borongan, biasanya
pemborong akan mengambil alih pekerjaan ini sehingga pemilik bangunan tidak harus
repot. Kecuali, pemilik bangunan memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan sehingga semua bisa dilakukan sendiri.
Kedua adalah faktor pendanaan. Pekerjaan yang dilakukan secara borongan mempunyai rencana anggaran yang dihitung secara akurat oleh pemborong. Jadi, pemilik bangunan sudah bisa mempersiapkan besaran anggaran yang diperlukan.
Lain halnya seandainya pekerjaan dilakukan harian, anggaran yang diperlukan relatif lebih sulit diprediksi. Hal ini kembali kepada sampai sejauh mana pemilik bangunan memiliki pengetahuan tentang anggaran.
Ketiga adalah faktor material. Seorang pemborong dapat dipastikan memiliki pengetahuan tentang kebutuhan material yang diperlukan untuk membuat bangunan seperti yang direncanakan. Misalnya, untuk membuat rumah bertipe 36, dibutuhkan batu kali dan pasir berapa kubik, bata merah berapa banyak, semennya berapa sak, besi berapa batang, dan material lain yang diperlukan.
Dengan begitu, pembelian material yang diperlukan tidak akan meleset dari yang dibeli, karena jumlah dan ukurannya sudah dihitung berdasarkan keilmuannya. Lain halnya apabila pekerjaan dilakukan secara harian, pemilik bangunan akan merasa kebingungan tentang bahan material yang akan dibelanjakan.
Keempat adalah waktu. Pekerjaan yang dilakukan secara borongan dipastikan memiliki durasi yang sudah dihitung pemborong. Biasanya perhitungan waktu dilakukan secara hitungan minggu, misalnya untuk pembangunan rumah tipe kecil seperti tipe 36, 45, 54, dan 70 biasanya diperlukan waktu sekitar delapan minggu.
Waktu pengerjaan ini oleh pemborong akan dihitung berdasarkan nilai borongan yang disepakati. Karena itu, si pemborong sebisa mungkin harus melakukan pekerjaan sesuai waktu yang disepakati. Kalau waktunya molor, dia akan merugi atau bisa juga dikenai penalti oleh pemilik bangunan.
Bila pekerjaan dilakukan secara harian, biasanya waktu pekerjaan bisa tidak menentu. Apalagi tukang yang melakukan pekerjaan biasanya memiliki tabiat memperlambat pekerjaan sehingga berdampak pada semakin lamanya pekerjaan yang juga semakin besarnya pengeluaran.
Merujuk pada penjelasan keempat aspek di atas, pilihan borongan atau harian dapat ditentukan sampai sejauh mana pemilik bangunan mempunyai pengetahuan tentang proses pengerjaan bangunan. Apabila pemilik bangunan minim pengetahuan tentang bangunan dan memiliki waktu sempit untuk memantau bangunan, disarankan mencoba skema borongan untuk membangun rumahnya. (M Ridwan)
membangun rumah.
Menjawab pilihan antara borongan atau harian, mari kita coba membedahnya berdasarkan kriteria sebagai berikut. Pertama, aspek perencanaan. Perencanaan pembangunan rumah secara teknik meliputi pembuatan denah bangunan, gambar tampak, gambar potongan, spesifikasi teknis, dan rencana anggaran biaya atau RAB.
Perencanaan merupakan faktor yang sangat penting. Karena itu, pekerjaan ini biasanya dilakukan seseorang yang mempunyai keahlian. Pada skema borongan, biasanya
pemborong akan mengambil alih pekerjaan ini sehingga pemilik bangunan tidak harus
repot. Kecuali, pemilik bangunan memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan sehingga semua bisa dilakukan sendiri.
Kedua adalah faktor pendanaan. Pekerjaan yang dilakukan secara borongan mempunyai rencana anggaran yang dihitung secara akurat oleh pemborong. Jadi, pemilik bangunan sudah bisa mempersiapkan besaran anggaran yang diperlukan.
Lain halnya seandainya pekerjaan dilakukan harian, anggaran yang diperlukan relatif lebih sulit diprediksi. Hal ini kembali kepada sampai sejauh mana pemilik bangunan memiliki pengetahuan tentang anggaran.
Ketiga adalah faktor material. Seorang pemborong dapat dipastikan memiliki pengetahuan tentang kebutuhan material yang diperlukan untuk membuat bangunan seperti yang direncanakan. Misalnya, untuk membuat rumah bertipe 36, dibutuhkan batu kali dan pasir berapa kubik, bata merah berapa banyak, semennya berapa sak, besi berapa batang, dan material lain yang diperlukan.
Dengan begitu, pembelian material yang diperlukan tidak akan meleset dari yang dibeli, karena jumlah dan ukurannya sudah dihitung berdasarkan keilmuannya. Lain halnya apabila pekerjaan dilakukan secara harian, pemilik bangunan akan merasa kebingungan tentang bahan material yang akan dibelanjakan.
Keempat adalah waktu. Pekerjaan yang dilakukan secara borongan dipastikan memiliki durasi yang sudah dihitung pemborong. Biasanya perhitungan waktu dilakukan secara hitungan minggu, misalnya untuk pembangunan rumah tipe kecil seperti tipe 36, 45, 54, dan 70 biasanya diperlukan waktu sekitar delapan minggu.
Waktu pengerjaan ini oleh pemborong akan dihitung berdasarkan nilai borongan yang disepakati. Karena itu, si pemborong sebisa mungkin harus melakukan pekerjaan sesuai waktu yang disepakati. Kalau waktunya molor, dia akan merugi atau bisa juga dikenai penalti oleh pemilik bangunan.
Bila pekerjaan dilakukan secara harian, biasanya waktu pekerjaan bisa tidak menentu. Apalagi tukang yang melakukan pekerjaan biasanya memiliki tabiat memperlambat pekerjaan sehingga berdampak pada semakin lamanya pekerjaan yang juga semakin besarnya pengeluaran.
Merujuk pada penjelasan keempat aspek di atas, pilihan borongan atau harian dapat ditentukan sampai sejauh mana pemilik bangunan mempunyai pengetahuan tentang proses pengerjaan bangunan. Apabila pemilik bangunan minim pengetahuan tentang bangunan dan memiliki waktu sempit untuk memantau bangunan, disarankan mencoba skema borongan untuk membangun rumahnya. (M Ridwan)
(ysw)