Berkunjung ke Gembongan Serasa Pelesiran di Eropa
A
A
A
Wibowo tersenyum-senyum sendiri. Dia tampak lega dan sekaligus kagum. Lega lantaran penantian panjang bersama keluarganya untuk bisa mengunjungi The Heritage Palace di Solo
akhirnya tertunaikan, tiga pekan lalu. Wibowo juga tak mampu menyembunyikan kekagumannya bahwa di The Heritage Palace ada bangunan yang benar-benar berkelas Eropa. “Bagus sekali, objek wisata baru yang menarik,” gumam pengunjung asal Kota Semarang.
Wibowo dan ratusan pengunjung saat ini memang tampak begitu terkesan dengan The Heritage
Palace. Mereka sabar memandangi kemegahan bangunan, bermain hingga berfoto-foto dengan
latar bangunan ala Eropa di tempat ini. Tak pernah terbayangkan bahwa bangunan yang menjadi tempat wisata asyik ini sebelumnya adalah pabrik gula. Ya, The Heritage Palace adalah bekas Pabrik Gula (PG) Gembongan yang bermetamorfosis menjadi objek wisata.
Tak ada lagi kesan usang, kotor atau seram di bekas pabrik gula yang berlokasi di Kecamatan
Kartasura, Suko harjo, Jawa Tengah ini. Tepat sejak pertengahan 2018 lalu bekas PG Gembongan telah disulap menjadi objek wisata baru.
Dinding-dinding kokoh lawas bergaya Eropa yang awalnya tampak menyeramkan di poles sedemikian rupa menjadi bangunan nan menarik. Tak dinyana setelah direnovasi respons masyarakat sangat luar biasa untuk datang ke tempat ini.
Sebelum direnovasi dan dikelola menjadi tempat wisata yang menawan, bekas PG Gembongan memang mangkrak puluhan tahun. Wajar karena usia bangunan ini sangatlah tua.
Dilihat dari sejarahnya, PG Gembongan didirikan pada 1892 oleh Raja Paku Buwono (PB) XII. Peran pabrik ini pun cukup vital karena menyokong PG Colomadu di Kabupaten Karanganyar.
Pada 1920, muncul aturan di Belanda yang mewajibkan gedung-gedung di tanah jajahan
harus bernuansa Eropa. Tak ayal, PG Gembongan pun turut direnovasi dengan arsitektur gaya Eropa pula.
Secara arsitektur dan bangunan, bekas PG Gembongan unik dan sulit ditemukan model serupa ditempat lain. Gedung dengan bangunan tinggi, banyak pilar dan jendela memanjang vertikal adalah di antara ciri khasnya.
Hingga kini kondisi bangunan The Heritage Palace pun masih terjaga keasliannya. Sebagian kaca yang pecah akibat gempa besar Yogyakarta pada 2006 silam pun telah diganti dengan tipe yang sama persis. “Kesan horornya itu ya cantik sehingga kami menghilangkan kesan horor itu,” ujar Franky Hardy Soetjipto, pengelola The Heritage Palace.
Selaku penyewa bekas pabrik gula ini Franky mengaku melakukan perubahan besar agar kesan menakutkan di PG Gembongan benar-benar hilang. Upayanya tak mudah. Saat survei pertama kali pada akhir 2017, yang dia lihat hanyalah bangunan tua yang tak terawat.
Selain itu nyaris tak ada benda lain yang tersisa di tempat ini. Bahkan atap pun hampirsudah tidak bisa melindungi bagian dalamnya. Lantai juga hancur karena air. Renovasi
besar-besaran akhirnya harus dia lakukan.
Lantaran sudah tertarik untuk memanfaatkan bangunan ini, dia lantas menyewanya selama 24
tahun. Untuk mempercantik bangunan, hampir seluruh atap diganti. Lantai dicor ulang dan dikeramik. Di halaman dalam juga dibuat taman-taman sehingga tampak lebih cantik. Lahan parkir juga dibangun.
Untuk membuat bangunan dengan gaya rumah kampung itu Franky sampai menyewa arsitek dari Prancis langsung. Setelah menjadi tempat wisata, nama The Heritage Palace kemudian dilekatkan pada bangunan tersebut.Sesuai dengan tempatnya, pengelola ingin menjadikan bekas PG Gembongan sebagai warisan, tempat di mana masyarakat bisa melihat warisan budaya bangsa Indonesiaang sangat indah. Lantas kala masyarakat begitu gemar dengan media sosial, Franky pun memiliki ide untuk mengemas tempat ini sebaga tempat wisata modern yang tidak meninggalkan unsur jadulnya.
Perubahan tak henti dilakukan, antara lain dengan mengombinasikan gambar-gambar tiga dimensi dan mobil antik. Gambar tiga dimensi memang sengaja dibuat agar memuncul kan
keseruan. Di halaman luar gedung terparkir mobil antik agar nuansa Eropa lebih terasa. Selain itu sejumlah bendera asing juga turut dikibarkan demi menguatkan nuansa Benua Biru.
Ya , The Heritage Palace kini jadi tempatisata swafoto menarik. Tempat ini juga seolah menjadi surga bagi orang yang hobi berfoto. Untuk melengkapi pemotretan, pihaknya juga menyewakan kostum ala Belanda. Adapun di bagian dalam terdapat museum transportasi, museum tiga dimensi, dan omah uwalik (rumah terbalik).The Heritage Palace pun menjadi tempat seru-seruan dan lokasi wisata bagi keluarga. Bangunan ini berbentuk letter L . Setiap gedung kemudian dilengkapiakses. Di gedung tengah terdapat pangkal cerobongnya yang dulu digunakan saat memproduksi gula serta mengeringkan tembakau.
Tahun lalu atau setahun seusai dibuka, TheHeritage Palace dengan cepat mendapat penghargaan dari Pemprov Jawa Tengah sebagai salah satu tempat wisata dengan daya tarikwisata paling bagus (Abiwara) nomor 4.Tak hanya itu, bekas PG Gembongan yang memiliki luas 2,2 hektare ini juga ditetapkan sebagaigedung cagar budaya nasional pada awal 2018. “Ketika mulai dibuka hingga sekarang, animo
pengunjung terus menunjukkan grafik yang meningkat drastis,” ujar Franky.
Animo pengunjung terus menunjukkan grafik yang meningkat drastis,” ujar Franky. Rata-rata pengunjung pada Senin hingga Jumat mencapai 300-500 orang. Adapun Sabtu dan Minggu bisa di atas 1.000-2.000 orang. Jika musim liburan, peningkatannya drastis hingga dua kali lipat.Tiket masuk pun sangat terjang kau. Untuk tiket area outdoor Rp25.000, sedangkan untuk terusan outdoor dan indoor hanya Rp55.000. Selain diminati warga Solo dan sekitarnya, pengunjung The Heritage Palace kini juga ada yang dari Pekanbaru, Manado, serta Kupang.
Secara rutin pihaknya juga menerima kunjungan wisa ta wan dari China. Dalam dua bulan terakhir, sekitar 1.300 wisatawan China sudah merasakan sensasi Eropa di The Heritage Palace. Dalam waktu dekat The Heritage Palace juga akan kedatangan wisatawan dari Malaysia, Australia, Jepang, dan Prancis.
Di setiap wahana pihaknya menyiapkan petugas yang membantu untuk pemo tret an. “Ketika
istirahat, mereka tertawa saat melihat hasil pemotretan. Serasa tak percaya kalau ada di Solo,” ujarnya.
The Heritage Palace memang mengagumkan. Tak pernah disangka, bekas pa brik gula dan tempat penge pul an tembakau yang dulunya menyeramkan tersebut ki ni justru menjadi lokasi wisata yang mengasyikkan dan memancing siapa pun untuk datang. (Wahyu Wibowo)
akhirnya tertunaikan, tiga pekan lalu. Wibowo juga tak mampu menyembunyikan kekagumannya bahwa di The Heritage Palace ada bangunan yang benar-benar berkelas Eropa. “Bagus sekali, objek wisata baru yang menarik,” gumam pengunjung asal Kota Semarang.
Wibowo dan ratusan pengunjung saat ini memang tampak begitu terkesan dengan The Heritage
Palace. Mereka sabar memandangi kemegahan bangunan, bermain hingga berfoto-foto dengan
latar bangunan ala Eropa di tempat ini. Tak pernah terbayangkan bahwa bangunan yang menjadi tempat wisata asyik ini sebelumnya adalah pabrik gula. Ya, The Heritage Palace adalah bekas Pabrik Gula (PG) Gembongan yang bermetamorfosis menjadi objek wisata.
Tak ada lagi kesan usang, kotor atau seram di bekas pabrik gula yang berlokasi di Kecamatan
Kartasura, Suko harjo, Jawa Tengah ini. Tepat sejak pertengahan 2018 lalu bekas PG Gembongan telah disulap menjadi objek wisata baru.
Dinding-dinding kokoh lawas bergaya Eropa yang awalnya tampak menyeramkan di poles sedemikian rupa menjadi bangunan nan menarik. Tak dinyana setelah direnovasi respons masyarakat sangat luar biasa untuk datang ke tempat ini.
Sebelum direnovasi dan dikelola menjadi tempat wisata yang menawan, bekas PG Gembongan memang mangkrak puluhan tahun. Wajar karena usia bangunan ini sangatlah tua.
Dilihat dari sejarahnya, PG Gembongan didirikan pada 1892 oleh Raja Paku Buwono (PB) XII. Peran pabrik ini pun cukup vital karena menyokong PG Colomadu di Kabupaten Karanganyar.
Pada 1920, muncul aturan di Belanda yang mewajibkan gedung-gedung di tanah jajahan
harus bernuansa Eropa. Tak ayal, PG Gembongan pun turut direnovasi dengan arsitektur gaya Eropa pula.
Secara arsitektur dan bangunan, bekas PG Gembongan unik dan sulit ditemukan model serupa ditempat lain. Gedung dengan bangunan tinggi, banyak pilar dan jendela memanjang vertikal adalah di antara ciri khasnya.
Hingga kini kondisi bangunan The Heritage Palace pun masih terjaga keasliannya. Sebagian kaca yang pecah akibat gempa besar Yogyakarta pada 2006 silam pun telah diganti dengan tipe yang sama persis. “Kesan horornya itu ya cantik sehingga kami menghilangkan kesan horor itu,” ujar Franky Hardy Soetjipto, pengelola The Heritage Palace.
Selaku penyewa bekas pabrik gula ini Franky mengaku melakukan perubahan besar agar kesan menakutkan di PG Gembongan benar-benar hilang. Upayanya tak mudah. Saat survei pertama kali pada akhir 2017, yang dia lihat hanyalah bangunan tua yang tak terawat.
Selain itu nyaris tak ada benda lain yang tersisa di tempat ini. Bahkan atap pun hampirsudah tidak bisa melindungi bagian dalamnya. Lantai juga hancur karena air. Renovasi
besar-besaran akhirnya harus dia lakukan.
Lantaran sudah tertarik untuk memanfaatkan bangunan ini, dia lantas menyewanya selama 24
tahun. Untuk mempercantik bangunan, hampir seluruh atap diganti. Lantai dicor ulang dan dikeramik. Di halaman dalam juga dibuat taman-taman sehingga tampak lebih cantik. Lahan parkir juga dibangun.
Untuk membuat bangunan dengan gaya rumah kampung itu Franky sampai menyewa arsitek dari Prancis langsung. Setelah menjadi tempat wisata, nama The Heritage Palace kemudian dilekatkan pada bangunan tersebut.Sesuai dengan tempatnya, pengelola ingin menjadikan bekas PG Gembongan sebagai warisan, tempat di mana masyarakat bisa melihat warisan budaya bangsa Indonesiaang sangat indah. Lantas kala masyarakat begitu gemar dengan media sosial, Franky pun memiliki ide untuk mengemas tempat ini sebaga tempat wisata modern yang tidak meninggalkan unsur jadulnya.
Perubahan tak henti dilakukan, antara lain dengan mengombinasikan gambar-gambar tiga dimensi dan mobil antik. Gambar tiga dimensi memang sengaja dibuat agar memuncul kan
keseruan. Di halaman luar gedung terparkir mobil antik agar nuansa Eropa lebih terasa. Selain itu sejumlah bendera asing juga turut dikibarkan demi menguatkan nuansa Benua Biru.
Ya , The Heritage Palace kini jadi tempatisata swafoto menarik. Tempat ini juga seolah menjadi surga bagi orang yang hobi berfoto. Untuk melengkapi pemotretan, pihaknya juga menyewakan kostum ala Belanda. Adapun di bagian dalam terdapat museum transportasi, museum tiga dimensi, dan omah uwalik (rumah terbalik).The Heritage Palace pun menjadi tempat seru-seruan dan lokasi wisata bagi keluarga. Bangunan ini berbentuk letter L . Setiap gedung kemudian dilengkapiakses. Di gedung tengah terdapat pangkal cerobongnya yang dulu digunakan saat memproduksi gula serta mengeringkan tembakau.
Tahun lalu atau setahun seusai dibuka, TheHeritage Palace dengan cepat mendapat penghargaan dari Pemprov Jawa Tengah sebagai salah satu tempat wisata dengan daya tarikwisata paling bagus (Abiwara) nomor 4.Tak hanya itu, bekas PG Gembongan yang memiliki luas 2,2 hektare ini juga ditetapkan sebagaigedung cagar budaya nasional pada awal 2018. “Ketika mulai dibuka hingga sekarang, animo
pengunjung terus menunjukkan grafik yang meningkat drastis,” ujar Franky.
Animo pengunjung terus menunjukkan grafik yang meningkat drastis,” ujar Franky. Rata-rata pengunjung pada Senin hingga Jumat mencapai 300-500 orang. Adapun Sabtu dan Minggu bisa di atas 1.000-2.000 orang. Jika musim liburan, peningkatannya drastis hingga dua kali lipat.Tiket masuk pun sangat terjang kau. Untuk tiket area outdoor Rp25.000, sedangkan untuk terusan outdoor dan indoor hanya Rp55.000. Selain diminati warga Solo dan sekitarnya, pengunjung The Heritage Palace kini juga ada yang dari Pekanbaru, Manado, serta Kupang.
Secara rutin pihaknya juga menerima kunjungan wisa ta wan dari China. Dalam dua bulan terakhir, sekitar 1.300 wisatawan China sudah merasakan sensasi Eropa di The Heritage Palace. Dalam waktu dekat The Heritage Palace juga akan kedatangan wisatawan dari Malaysia, Australia, Jepang, dan Prancis.
Di setiap wahana pihaknya menyiapkan petugas yang membantu untuk pemo tret an. “Ketika
istirahat, mereka tertawa saat melihat hasil pemotretan. Serasa tak percaya kalau ada di Solo,” ujarnya.
The Heritage Palace memang mengagumkan. Tak pernah disangka, bekas pa brik gula dan tempat penge pul an tembakau yang dulunya menyeramkan tersebut ki ni justru menjadi lokasi wisata yang mengasyikkan dan memancing siapa pun untuk datang. (Wahyu Wibowo)
(ysw)