Waspada, Kanker Paru Tak Hanya Ancam Perokok Aktif
A
A
A
JAKARTA - Perlu diketahui, kanker paru bukan hanya menjadi ancaman bagi perokok, yang tidak merokok pun bisa terkena. Masih teringat kisah Kepala Pusat Data Informasidan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho yang divonis kanker paru-paru stadium IV.
Padahal, almarhum mengaku selama ini tidak merokok dan selalu mengonsumsi makanan sehat, bergaya hidup aktif, serta tidak memiliki riwayat kanker di keluarga. Faktanya, sekitar 20% penduduk AS meninggal akibat kanker jenis itu setiap tahunnya, sementara mereka tidak merokok. Walau tidak selalu menyerang perokok aktif, tetap saja perokok adalah golongan yang paling tinggi risiko terkena.
Dr Elisna Syahruddin PhD SpP (K) mengatakan, perokok yang berusia 40 tahun ke atas lebih berisiko karena mereka sudah lama merokok. Timbunan residu rokok di paru-paru inilah yang menyebabkan kanker muncul. Risiko yang sama bahkan lebih tinggi pada mereka yang terpapar asap rokok atau perokok pasif. “Yang berbahaya dan menyebabkan kanker paru adalah asap rokoknya, bukan rokoknya,” ujar dr Elisna.
Aliran asap yang masuk ke napas dapat merusak saluran pernapasan manusia. Asap rokok adalah karsinogen sehingga berpotensi menyebabkan kanker dalam tubuh manusia. Studi Globocan (IARC) menemukan bahwa penyakit kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada penduduk pria (30%).
Kanker ini juga penyebab kematian kedua akibat kanker pada penduduk wanita (11,1%). Sebuah studi yang dilakukan Roy Castle Lung Cancer Foundation mengemukakan fakta bahwa sepertiga dari kasus penyakit paru kanker baru terdeteksi 90 hari sebelum pasiennya meninggal.
Selain itu, satu dari 20 penderita kanker paru baru terdiagnosis mengidap kanker paru setelah mereka meninggal. Fakta ini seharusnya menjadi pelajaran bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap kanker paru.
Kenyataannya, secara umum tingkat kesadaran masyarakat mengenai kanker paru masih sangat rendah. Dr Achmad Hudoyo SpP (K) menjelaskan, kanker paru stadium awal biasanya tidak menunjukkan gejala. Karena itu, diperlukan deteksi dini untuk mengetahuinya agar kemungkinan sembuh semakin besar. “Jika kanker paru terdeteksi lebih dini, penderita kanker memiliki peluang hidup lima tahun lebih lama,” ungkap dr Achmad. (Sri Noviarni)
Padahal, almarhum mengaku selama ini tidak merokok dan selalu mengonsumsi makanan sehat, bergaya hidup aktif, serta tidak memiliki riwayat kanker di keluarga. Faktanya, sekitar 20% penduduk AS meninggal akibat kanker jenis itu setiap tahunnya, sementara mereka tidak merokok. Walau tidak selalu menyerang perokok aktif, tetap saja perokok adalah golongan yang paling tinggi risiko terkena.
Dr Elisna Syahruddin PhD SpP (K) mengatakan, perokok yang berusia 40 tahun ke atas lebih berisiko karena mereka sudah lama merokok. Timbunan residu rokok di paru-paru inilah yang menyebabkan kanker muncul. Risiko yang sama bahkan lebih tinggi pada mereka yang terpapar asap rokok atau perokok pasif. “Yang berbahaya dan menyebabkan kanker paru adalah asap rokoknya, bukan rokoknya,” ujar dr Elisna.
Aliran asap yang masuk ke napas dapat merusak saluran pernapasan manusia. Asap rokok adalah karsinogen sehingga berpotensi menyebabkan kanker dalam tubuh manusia. Studi Globocan (IARC) menemukan bahwa penyakit kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada penduduk pria (30%).
Kanker ini juga penyebab kematian kedua akibat kanker pada penduduk wanita (11,1%). Sebuah studi yang dilakukan Roy Castle Lung Cancer Foundation mengemukakan fakta bahwa sepertiga dari kasus penyakit paru kanker baru terdeteksi 90 hari sebelum pasiennya meninggal.
Selain itu, satu dari 20 penderita kanker paru baru terdiagnosis mengidap kanker paru setelah mereka meninggal. Fakta ini seharusnya menjadi pelajaran bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap kanker paru.
Kenyataannya, secara umum tingkat kesadaran masyarakat mengenai kanker paru masih sangat rendah. Dr Achmad Hudoyo SpP (K) menjelaskan, kanker paru stadium awal biasanya tidak menunjukkan gejala. Karena itu, diperlukan deteksi dini untuk mengetahuinya agar kemungkinan sembuh semakin besar. “Jika kanker paru terdeteksi lebih dini, penderita kanker memiliki peluang hidup lima tahun lebih lama,” ungkap dr Achmad. (Sri Noviarni)
(ysw)