Terkait Serangan Jantung Ashraf, Ahli Tekankan Jangan Salahkan Olahraga
A
A
A
JAKARTA - Meninggalnya Ashraf Sinclair pada Selasa (18/2) lalu menyedot perhatian publik. Suami Bunga Citra Lestari itu dilaporkan menghembuskan napas terakhir akibat serangan jantung. Namun, beberapa spekulasi mencoba mengaitkan kematian aktor 40 tahun tersebut dengan gaya hidup sehat yang dijalaninya, seperti gemar berolahraga.
Terkait hal ini, Spesialis Kedokteran Olahraga Dr. Andi Kurniawan, Sp.KO memiliki pendapat tersendiri. Menurutnya, untuk mengetahui seseorang meninggal karena penyakit jantung, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut berupa forensik.
"Pertama apakah Ashraf meninggalnya disebabkan jantung atau tidak, itu belum tentu dipastikan jantung karena kita bisa tahu penyebab kematian ketika sudah melakukan pemeriksaan forensik. Kalau di luar negeri ada pemeriksaan forensik sampai sisi patologis. Jadi kalau misalkan karena jantung pun, jantungnya ini karena koronerkah, karena bawaankah, itu baru kita bisa tahu kalau sudah ada pemeriksaan forensik," kata Dr. Andi saat dihubungi SINDOnews, Kamis (20/2).
"Yang saya garis bawahi, belum tentu related sama olahraga. Jadi jangan disalahkan olahraganya. Jangan disalahkan aktivitas fisik yang dilakukan Ashraf. Terus yang kedua, kasihanlah sama keluarganya dan segala macam. Kita nggak usah mengait-kaitkan kematian Ashraf dengan aktivitas-aktivitas yang sudah dikerjakan oleh Ashraf," lanjutnya.
Dalam hal ini, ada beberapa hal lain yang diungkapkan Dr. Andi yang juga harus diperhatikan. Yaitu penyebab meninggalnya Ashraf belum tentu berhubungan dengan olahraga yang dijalaninya. Sebab, aktor berkebangsaan Malaysia tersebut tidak meninggal ketika sedang berolahraga. Karena itu, Dr. Andi meminta untuk tidak menyalahkan jenis olahraga yang ditekuni sang aktor. (Baca Juga: Malam Sebelum Wafat, Ashraf Olahraga Crossfit 2 Jam)
"Belum tentu related dengan olahraga, belum tentu related dengan sport karena meninggalnya bukan during exercise. Bukan pada saat olahraga. Jadi belum tentu olahraga penyebabnya. Jadi jangan disalahkan olahraga yang ditekuni Ashraf. Yang pertama kita nggak tahu masalah kesehatan Ashraf seperti apa. Kemudian ada faktor yang menyertainya atau tidak," beber Dr. Andi.
Di sisi lain, dokter yang bertugas di Eminence Sports Medicine and Human Performance Centre itu menekankan kepada masyarakat untuk tidak perlu khawatir berolahraga. Pada dasarnya olahraga baik untuk kesehatan tubuh, namun dengan catatan aktivitas fisik ini harus dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kondisi tubuh. (Baca Juga: Apa Itu CrossFit? Trend Gaya Hidup Baru Sehat dan Bugar)
"Kita semua nggak tahu dan jangan berasumsi. Kita mohon masyarakat atau narasumber yang ditanya itu jangan mengatakan misalnya serangan jantung karena olahraga dengan intensitas tinggi. Olahraga intensitas tinggi itu membahayakan jantung, jadi akhirnya membuat masyarakat parno atau takut berolahraga," ujarnya.
"Jadi memang olahraga, kita tidak ngomong kasusnya Ashraf, memiliki benefit untuk tubuh. Kalau seseorang melakukannya berlebihan, itu juga berbahaya buat tubuh," tambahnya.
Sementara terkait CrossFit, olahraga yang tengah ditekuni Ashraf, Dr. Andi menjelaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa jenis olahraga tersebut memicu penyakit jantung.
"Iya bisa saja terjadi saat dia jetlag terus olahraga saat itu, jadi faktor risiko. Dia kelelahan, dia jetlag, dia olahraga, itu bisa. Tapi kan artinya dia jetlag plus olahraga, jadi jangan olahraganya saja yang disalahkan. Misalnya menghubungkan CrossFit dengan sakit jantung. Itu di bukti ilmiah tidak ada. Bukti ilmiah tidak bicara seperti itu. Jadi jangan dikaitkan, jangan "dicocokkologi" saja," tandasnya.
Terkait hal ini, Spesialis Kedokteran Olahraga Dr. Andi Kurniawan, Sp.KO memiliki pendapat tersendiri. Menurutnya, untuk mengetahui seseorang meninggal karena penyakit jantung, dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut berupa forensik.
"Pertama apakah Ashraf meninggalnya disebabkan jantung atau tidak, itu belum tentu dipastikan jantung karena kita bisa tahu penyebab kematian ketika sudah melakukan pemeriksaan forensik. Kalau di luar negeri ada pemeriksaan forensik sampai sisi patologis. Jadi kalau misalkan karena jantung pun, jantungnya ini karena koronerkah, karena bawaankah, itu baru kita bisa tahu kalau sudah ada pemeriksaan forensik," kata Dr. Andi saat dihubungi SINDOnews, Kamis (20/2).
"Yang saya garis bawahi, belum tentu related sama olahraga. Jadi jangan disalahkan olahraganya. Jangan disalahkan aktivitas fisik yang dilakukan Ashraf. Terus yang kedua, kasihanlah sama keluarganya dan segala macam. Kita nggak usah mengait-kaitkan kematian Ashraf dengan aktivitas-aktivitas yang sudah dikerjakan oleh Ashraf," lanjutnya.
Dalam hal ini, ada beberapa hal lain yang diungkapkan Dr. Andi yang juga harus diperhatikan. Yaitu penyebab meninggalnya Ashraf belum tentu berhubungan dengan olahraga yang dijalaninya. Sebab, aktor berkebangsaan Malaysia tersebut tidak meninggal ketika sedang berolahraga. Karena itu, Dr. Andi meminta untuk tidak menyalahkan jenis olahraga yang ditekuni sang aktor. (Baca Juga: Malam Sebelum Wafat, Ashraf Olahraga Crossfit 2 Jam)
"Belum tentu related dengan olahraga, belum tentu related dengan sport karena meninggalnya bukan during exercise. Bukan pada saat olahraga. Jadi belum tentu olahraga penyebabnya. Jadi jangan disalahkan olahraga yang ditekuni Ashraf. Yang pertama kita nggak tahu masalah kesehatan Ashraf seperti apa. Kemudian ada faktor yang menyertainya atau tidak," beber Dr. Andi.
Di sisi lain, dokter yang bertugas di Eminence Sports Medicine and Human Performance Centre itu menekankan kepada masyarakat untuk tidak perlu khawatir berolahraga. Pada dasarnya olahraga baik untuk kesehatan tubuh, namun dengan catatan aktivitas fisik ini harus dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kondisi tubuh. (Baca Juga: Apa Itu CrossFit? Trend Gaya Hidup Baru Sehat dan Bugar)
"Kita semua nggak tahu dan jangan berasumsi. Kita mohon masyarakat atau narasumber yang ditanya itu jangan mengatakan misalnya serangan jantung karena olahraga dengan intensitas tinggi. Olahraga intensitas tinggi itu membahayakan jantung, jadi akhirnya membuat masyarakat parno atau takut berolahraga," ujarnya.
"Jadi memang olahraga, kita tidak ngomong kasusnya Ashraf, memiliki benefit untuk tubuh. Kalau seseorang melakukannya berlebihan, itu juga berbahaya buat tubuh," tambahnya.
Sementara terkait CrossFit, olahraga yang tengah ditekuni Ashraf, Dr. Andi menjelaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa jenis olahraga tersebut memicu penyakit jantung.
"Iya bisa saja terjadi saat dia jetlag terus olahraga saat itu, jadi faktor risiko. Dia kelelahan, dia jetlag, dia olahraga, itu bisa. Tapi kan artinya dia jetlag plus olahraga, jadi jangan olahraganya saja yang disalahkan. Misalnya menghubungkan CrossFit dengan sakit jantung. Itu di bukti ilmiah tidak ada. Bukti ilmiah tidak bicara seperti itu. Jadi jangan dikaitkan, jangan "dicocokkologi" saja," tandasnya.
(tsa)