Belanja Hemat dan Ramah Lingkungan ala Tasya Kamila
A
A
A
JAKARTA - Mungkin tak banyak yang tahu kalau Tasya Kamila adalah penggemar bulk store alias toko curah. Gaya berbelanja secara curah dilakukan Tasya sejak ia menuntut ilmu di Univeritas Columbia, New York, Amerika Serikat. Makanya, ibu satu anak ini merasa senang saat tahu bahwa di Jakarta juga ada toko curah.
"Aku baru tahu, ternyata di Jakarta juga ada toko curah. Soalnya saat masih belajar di New York, aku tuh sering banget belanja di toko curah," kisah Tasya saat dijumpai dalam acara peluncuran Uji Coba Refill Station besutan PT Unilever Indonesia di Jakarta, Selasa (25/2).
Ada alasan tersendiri mengapa Tasya suka berbelanja secara curah. Pertama, karena cara berbelanja yang diterapkan di bulk store terbilang ramah lingkungan. Sebab, di toko semacam ini tidak disediakan kemasan atau plastik lantaran konsepnya memang zero waste. Maka itu, konsumen yang berbelanja di bulk store diharuskan membawa wadah sendiri dari rumah.
"Aku biasanya bawa jar gitu. Bawa dari rumah. Selain bisa mengurangi sampah, belanja di bulk store juga sekalian untuk mengirit. Maklum ya, anak kuliahan, uang jajan terbatas, ha ha ha. Lagian aku juga kan butuh barangnya sedikit-sedikit. Jadi mending belanjanya di toko curah," cerita Tasya.
Gaya hidup Tasya yang sebisa mungkin mengurangi timbunan sampah atau plastik sekali pakai tak lepas dari perannya sebagai Duta Lingkungan yang dipilih oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Sejak 2005, mantan artis cilik ini memang sudah mendapatkan predikat tersebut.
"Isu sampah sudah ada sejak zaman aku SMP sampai sekarang. Isu ini menjadi concern aku. Apalagi Indonesia adalah negara kedua terbesar penghasil sampah plastik. Jangan dipikir kalau buang bungkus permen sembarangan tidak akan berpengaruh. Kalau ada 1 juta orang yang berpikiran begitu, berarti sudah ada 1 juta sampah dari bungkus permen saja. Hal sekecil apapun, kalau dilakukan secara kolektif, dampaknya akan besar," bebernya.
Sehari-hari Tasya tak lagi memakai sedotan plastik. Ke mana-mana pun ia selalu membawa botol minum dan wadah makan sendiri demi mengurangi sampah dari kemasan makanan atau minuman sekali pakai.
Di rumah, Tasya juga sudah mempraktikkan konsep pemilahan sampah organik dan non-organik. Bahkan ia memiliki alat pembuat kompos sendiri agar bisa mengolah sampah organik secara langsung di kediamannya.
"Aku baru tahu, ternyata di Jakarta juga ada toko curah. Soalnya saat masih belajar di New York, aku tuh sering banget belanja di toko curah," kisah Tasya saat dijumpai dalam acara peluncuran Uji Coba Refill Station besutan PT Unilever Indonesia di Jakarta, Selasa (25/2).
Ada alasan tersendiri mengapa Tasya suka berbelanja secara curah. Pertama, karena cara berbelanja yang diterapkan di bulk store terbilang ramah lingkungan. Sebab, di toko semacam ini tidak disediakan kemasan atau plastik lantaran konsepnya memang zero waste. Maka itu, konsumen yang berbelanja di bulk store diharuskan membawa wadah sendiri dari rumah.
"Aku biasanya bawa jar gitu. Bawa dari rumah. Selain bisa mengurangi sampah, belanja di bulk store juga sekalian untuk mengirit. Maklum ya, anak kuliahan, uang jajan terbatas, ha ha ha. Lagian aku juga kan butuh barangnya sedikit-sedikit. Jadi mending belanjanya di toko curah," cerita Tasya.
Gaya hidup Tasya yang sebisa mungkin mengurangi timbunan sampah atau plastik sekali pakai tak lepas dari perannya sebagai Duta Lingkungan yang dipilih oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Sejak 2005, mantan artis cilik ini memang sudah mendapatkan predikat tersebut.
"Isu sampah sudah ada sejak zaman aku SMP sampai sekarang. Isu ini menjadi concern aku. Apalagi Indonesia adalah negara kedua terbesar penghasil sampah plastik. Jangan dipikir kalau buang bungkus permen sembarangan tidak akan berpengaruh. Kalau ada 1 juta orang yang berpikiran begitu, berarti sudah ada 1 juta sampah dari bungkus permen saja. Hal sekecil apapun, kalau dilakukan secara kolektif, dampaknya akan besar," bebernya.
Sehari-hari Tasya tak lagi memakai sedotan plastik. Ke mana-mana pun ia selalu membawa botol minum dan wadah makan sendiri demi mengurangi sampah dari kemasan makanan atau minuman sekali pakai.
Di rumah, Tasya juga sudah mempraktikkan konsep pemilahan sampah organik dan non-organik. Bahkan ia memiliki alat pembuat kompos sendiri agar bisa mengolah sampah organik secara langsung di kediamannya.
(tsa)