Pengobatan Alternatif Kanker Bukan Solusi

Senin, 02 Maret 2020 - 12:15 WIB
Pengobatan Alternatif...
Pengobatan Alternatif Kanker Bukan Solusi
A A A
JAKARTA - Kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker. Kanker serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di Tanah Air sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari total kasus. Terkait penyakit ini, tidak sedikit mitos yang beredar di masyarakat. Informasi yang salah itu akhirnya menggiring pasien kanker kepada kondisi yang semakin membuat buruk penyakitnya.

Tidak hanya soal pantangan makanan yang menjadikan pasien kanker malah malanutrisi. Namun, termasuk juga soal tindakan medis yang harus dilakukan pasien. "Ada kepercayaan kalau pasien dibiopsi, maka sel kankernya makin menyebar. Ini jelas-jelas hoax. Salah juga kalau sudah dibiopsi tapi tidak melanjutkan tindakan melainkan berobat ke alternatif," kata dr Abdul Rachman SpB(K)Onk dalam acara “Kalbe Peringati Hari Kanker Sedunia”.

Kebanyakan kasus kanker, setelah pasien divonis kanker, mereka lalu beralih ke pengobatan alternatif. Namun, kondisi pasien justru semakin buruk dari hari ke hari. Setelah alternatif angkat tangan, mereka lalu kembali ke pengobatan medis. Itulah yang membuat prevalensi kanker di Indonesia terus naik.

Banyak dari pasien kanker yang datang ke tenaga medis di stadium lanjut, yaitu sebanyak 60%. Adapun yang datang di stadium awal hanya 25%. Berbeda dengan Singapura yang tingkat kesadarannya terhadap kanker sudah tinggi. Setidaknya 70% pasien kanker datang ke dokter di stadium awal. Dr Abdul menegaskan bahwa pengobatan alternatif tidak disarankan oleh Kemenkes bagi pasien kanker, termasuk konsumsi obat herbal. "Terapi utama pada pasien kanker payudara di stadium awal adalah operasi dilanjutkan kemoterapi," kata dr Abdul. Sementara kalau sel kanker sudah menyebar, maka operasi pun tidak dilakukan.

Sementara itu, menurut dr Selvinna selaku Marketing Manager PT Kalbe Farma Tbk, momen peringatan kanker ini lebih dari sekadar peringatan karena merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pengenalan penyakit kanker. "Kalbe Ethical Customer Care (KECC) dan Indonesia Cancer Care Community (ICCC) setiap tahun secara rutin memperingati Hari Kanker Sedunia di beberapa kota besar. Kami terus memberi semangat agar para penderita kanker untuk tidak putus asa dan tetap produktif dalam menjalankan aktivitasnya," kata dr Selvinna.

Pada kesempatan terpisah, Prof Dr dr Aru Sudoyo SpPD KHOM FACP mengingatkan pentingnya dukungan penuh dari keluarga bagi pasien kanker. “Butuh pasien, dan orang-orang di sekeliling pasien dalam membantu juga dengan perawatan paliatif,” ujar Prof Aru. Ia melanjutkan, teknologi canggih sekalipun tidak akan banyak membantu kalau pasien bersangkutan tidak dapat diajak bekerja sama untuk memerangi penyakitnya.

Dengan demikian, tata laksana pengobatan kanker yang terstandar, kepatuhan pasien pada pengobatan, serta dukungan dari keluarga amat dibutuhkan kehadirannya. Sebab, ketiga hal ini akan mengoptimalkan pengobatan pasien kanker dan meningkatkan kualitas hidup pasien. (Sri Noviarni)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8860 seconds (0.1#10.140)