Potret Perjuangan Kaum Marginal Memperoleh Pendidikan
A
A
A
JAKARTA - Film bergenre drama musikal karya Pritagita Arianegara bertajuk Surga di Bawah Langit telah menjalani proses syuting sekitar September tahun lalu di sebuah lokasi tempat pembuangan sampah terpadu (TPST). Film yang akan tayang untuk menyambut Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional pada 1 dan 2 Mei itu mengusung pesan sederhana soal pentingnya pendidikan bagi anak-anak Indonesia agar bisa mewujudkan mimpi meski hidup dalam kondisi keterbatasan sekalipun.
Rio Silaen, sang produser eksekutif menjelaskan, film Surga di Bawah Langit dibuat dengan keinginan serta harapan untuk menyebarkan semangat kepedulian terhadap lingkungan dan persahabatan antarsesama. Ini juga merupakan film pendidikan yang sesuai dengan generasi penerus.
Pria yang juga berperan sebagai pemrakarsa dan pemilik ide cerita Surga di Bawah Langit itu menjelaskan, film ini mengangkat permasalahan pendidikan anak, tenaga kerja anak di bawah umur, kemiskinan, kesejahteraan ibu dan anak, kaum marginal, serta recycle sampah di kota urban seperti Jakarta. Pengambilan gambar dilakukan di TPST Bantar Gebang, Bekasi.
Sebelum melakukan pengambilan gambar, sempat terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk para aktor serta aktrisnya seperti Reza Rahadian, Acha Septriasa, dan Andien. Sepulang dari sana, ada yang muntah, pingsan, bahkan diare.
"Jadi ketika kita try out sebelum syuting, di hari pertama ada yang pulang diare, muntah-muntah, sampai ada yang pingsan juga karena memang kondisi di Bantar Gebang seperti itu," kisah Rio saat ditemui di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (14/3).
Untuk mengakali kondisi pemain, gambar yang diambil di Bantar Gebang dilakukan paling akhir. Selama dua minggu berada di sana, sang produser mengungkapkan bahwa pemain cilik seperti Neona, Muzakki Ramdhan, dan Keira Vanaya justru yang paling kuat dalam menghadapi bau.
"Tadinya saya pikir anak-anak ya, tapi justru mereka yang lebih kuat. Mereka skenarionya lebih banyak dan hampir 50% gambar diambil di sana," tambah Rio.
Film Surga di Bawah Langit dibuat Rio dengan tujuan untuk memperlihatkan betapa penting pendidikan bagi anak-anak, khususnya kaum marginal. Lebih lanjut pendiri Voice of Indonesia itu berharap, semangat dalam film ini harus bisa sejalan dengan momen Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional, di mana generasi muda mesti mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk bisa mewujudkan mimpi dan cita cita.
Film Surga di Bawah Langit merupakan kisah nyata anak Jakarta yang berjuang untuk hidup. "Bagaimana menghidupi hari-hari mereka, meski dalam perjalanan akhirnya sosok anak yang berperan sebagai tokoh utama pada film ini diceritakan putus sekolah. Diberi judul Surga di Bawah Langit, karena ketika tinggal di kawasan kumuh sekalipun mereka masih bisa melihat keindahan dunia, burung-burung terbang, dan pelangi," ujar Rio.
Film yang menghadirkan sederet pemain seperti Acha Septriasa, Reza Rahadian, Andien, Happy Salma, Jajang C Noer, Kinaryosih, Neona Ayu, Muzzaki, dan pendatang baru Vanaya Kiera Baiin ini akan tayang di bioskop mulai 30 April 2020.
Rio Silaen, sang produser eksekutif menjelaskan, film Surga di Bawah Langit dibuat dengan keinginan serta harapan untuk menyebarkan semangat kepedulian terhadap lingkungan dan persahabatan antarsesama. Ini juga merupakan film pendidikan yang sesuai dengan generasi penerus.
Pria yang juga berperan sebagai pemrakarsa dan pemilik ide cerita Surga di Bawah Langit itu menjelaskan, film ini mengangkat permasalahan pendidikan anak, tenaga kerja anak di bawah umur, kemiskinan, kesejahteraan ibu dan anak, kaum marginal, serta recycle sampah di kota urban seperti Jakarta. Pengambilan gambar dilakukan di TPST Bantar Gebang, Bekasi.
Sebelum melakukan pengambilan gambar, sempat terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk para aktor serta aktrisnya seperti Reza Rahadian, Acha Septriasa, dan Andien. Sepulang dari sana, ada yang muntah, pingsan, bahkan diare.
"Jadi ketika kita try out sebelum syuting, di hari pertama ada yang pulang diare, muntah-muntah, sampai ada yang pingsan juga karena memang kondisi di Bantar Gebang seperti itu," kisah Rio saat ditemui di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (14/3).
Untuk mengakali kondisi pemain, gambar yang diambil di Bantar Gebang dilakukan paling akhir. Selama dua minggu berada di sana, sang produser mengungkapkan bahwa pemain cilik seperti Neona, Muzakki Ramdhan, dan Keira Vanaya justru yang paling kuat dalam menghadapi bau.
"Tadinya saya pikir anak-anak ya, tapi justru mereka yang lebih kuat. Mereka skenarionya lebih banyak dan hampir 50% gambar diambil di sana," tambah Rio.
Film Surga di Bawah Langit dibuat Rio dengan tujuan untuk memperlihatkan betapa penting pendidikan bagi anak-anak, khususnya kaum marginal. Lebih lanjut pendiri Voice of Indonesia itu berharap, semangat dalam film ini harus bisa sejalan dengan momen Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional, di mana generasi muda mesti mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk bisa mewujudkan mimpi dan cita cita.
Film Surga di Bawah Langit merupakan kisah nyata anak Jakarta yang berjuang untuk hidup. "Bagaimana menghidupi hari-hari mereka, meski dalam perjalanan akhirnya sosok anak yang berperan sebagai tokoh utama pada film ini diceritakan putus sekolah. Diberi judul Surga di Bawah Langit, karena ketika tinggal di kawasan kumuh sekalipun mereka masih bisa melihat keindahan dunia, burung-burung terbang, dan pelangi," ujar Rio.
Film yang menghadirkan sederet pemain seperti Acha Septriasa, Reza Rahadian, Andien, Happy Salma, Jajang C Noer, Kinaryosih, Neona Ayu, Muzzaki, dan pendatang baru Vanaya Kiera Baiin ini akan tayang di bioskop mulai 30 April 2020.
(tsa)