Dokter Ini Klaim Temukan Obat Virus Corona
A
A
A
JAKARTA - Seorang dokter asal Australia mengklaim bahwa timnya telah menemukan obat untuk virus corona atau COVID-19 yang menginfeksi banyak negara.
Sang dokter, Profesor David Paterson, berharap seorang pasien terdaftar mencoba obat tersebut pada akhir Maret 2020. Menurutnya, ini merupakan pengobatan yang berpotensi efektif dan harus segera dipertimbangkan untuk diuji coba secara medis dalam skala besar.
"Apa yang ingin kami lakukan saat ini adalah uji klinis di seluruh Australia, melihat 50 rumah sakit. Dan, apa yang akan kami bandingkan adalah satu obat versus obat lain, versus kombinasi kedua obat itu," kata Profesor Paterson seperti dilansir laman Daily Star.
Berdasarkan laporan, penelitian berpusat di sekitar dua obat. Obat pertama digunakan untuk menekan HIV, sementara yang lain adalah pengobatan anti-malaria. Profesor Paterson menggambarkannya sebagai pengobatan atau penyembuhan potensial.
Ia menjelaskan, satu pasien yang diidentifikasi sebagai pembawa virus berhasil menghilangkan virusnya. "Gelombang pertama terhadap pasien China yang kami alami (di Australia), mereka semua melakukannya dengan sangat baik ketika dirawat menggunakan obat HIV," jelasnya.
Setidaknya 350 warga Australia telah terinfeksi COVID-19 sejak Januari 2020. Di seluruh dunia, ada lebih dari 169.000 kasus dan sekitar 6.500 kematian.
Sementara di Inggris, saat ini ada lebih dari 1.300 kasus dengan 35 kematian. Jutaan warga Inggris sedang diisolasi dengan cara tinggal di rumah setelah imbauan pemerintah mengharuskan demikian ketika seseorang merasa demam atau batuk terus-menerus.
"Isolasi sementara ini bertujuan untuk berkontribusi pada upaya pemerintah global untuk mengurangi dampak dari penyebaran COVID-19," pungkas Profesor Paterson.
Sang dokter, Profesor David Paterson, berharap seorang pasien terdaftar mencoba obat tersebut pada akhir Maret 2020. Menurutnya, ini merupakan pengobatan yang berpotensi efektif dan harus segera dipertimbangkan untuk diuji coba secara medis dalam skala besar.
"Apa yang ingin kami lakukan saat ini adalah uji klinis di seluruh Australia, melihat 50 rumah sakit. Dan, apa yang akan kami bandingkan adalah satu obat versus obat lain, versus kombinasi kedua obat itu," kata Profesor Paterson seperti dilansir laman Daily Star.
Berdasarkan laporan, penelitian berpusat di sekitar dua obat. Obat pertama digunakan untuk menekan HIV, sementara yang lain adalah pengobatan anti-malaria. Profesor Paterson menggambarkannya sebagai pengobatan atau penyembuhan potensial.
Ia menjelaskan, satu pasien yang diidentifikasi sebagai pembawa virus berhasil menghilangkan virusnya. "Gelombang pertama terhadap pasien China yang kami alami (di Australia), mereka semua melakukannya dengan sangat baik ketika dirawat menggunakan obat HIV," jelasnya.
Setidaknya 350 warga Australia telah terinfeksi COVID-19 sejak Januari 2020. Di seluruh dunia, ada lebih dari 169.000 kasus dan sekitar 6.500 kematian.
Sementara di Inggris, saat ini ada lebih dari 1.300 kasus dengan 35 kematian. Jutaan warga Inggris sedang diisolasi dengan cara tinggal di rumah setelah imbauan pemerintah mengharuskan demikian ketika seseorang merasa demam atau batuk terus-menerus.
"Isolasi sementara ini bertujuan untuk berkontribusi pada upaya pemerintah global untuk mengurangi dampak dari penyebaran COVID-19," pungkas Profesor Paterson.
(tsa)