Sembuh Covid-19, Virus Corona Dapat Bertahan di Mata
loading...
A
A
A
JAKARTA - COVID-19 yang bersumber dari virus corona tidak berhenti menyerang paru-paru. Berdasarkan laporan kasus baru, virus ini juga menyerang mata.
Sebuah laporan baru menunjukkan bahwa jejak penyakit virus ditemukan di mata wanita berusia 64 tahun, dua bulan setelah dia pulih. (Baca juga: Dokter Gedung Putih: Trump Bukan Lagi 'Carrier' Virus Corona )
Dalam sebuah studi kasus, para peneliti merinci seorang wanita berusia 64 tahun yang didiagnosis dengan virus corona baru pada awal Februari dan dites negatif setelah 18 hari tinggal di rumah sakit.
Namun, tidak lama setelah keluar dari rumah sakit, dia mengalami nyeri di kedua matanya karena penumpukan cairan. Setelah menjalani operasi pada Maret, dia harus menjalani operasi tambahan pada April, di mana sampel jaringan mata menunjukkan bukti protein virus, menurut tim dari Rumah Sakit Umum Komando Teater Pusat, di Wuhan, Cina.
Dilansir Express, untuk mengumpulkan temuan itu, tim mengamati pasien yang sebelumnya terinfeksi COVID-19. Temuan ini kemudian dipublikasikan di JAMA Ophthalmology,
Sempat terjadi batuk kering selama lima hari dan diare selama sembilan hari sebelum masuk rumah sakit pada 31 Januari 2020. Dokter menemukan dia mengalami demam 37,8 celcius dan CT scan dada menemukan pola kelainan di paru-paru.
Setelah melakukan tes usap hidung, dia didiagnosis dengan virus corona, tetapi tidak memiliki gejala gangguan pernapasan atau mata yang serius selama dirawat di rumah sakit. Pada hari ke 18, gejalanya telah hilang dan dia menerima dua tes negatif, pertama pada 18 Februari dan yang kedua pada 20 Februari.
Pada 28 Februari, dia mulai mengalami sakit mata kiri dan kehilangan ketajaman penglihatan. Tiga hari kemudian, gejala yang sama berkembang di mata kanannya. Dokter menemukan dia mengalami serangan glaukoma akut, kondisi mata yang serius yang terjadi ketika tekanan cairan di dalam mata meningkat dengan cepat.
Tekanan mata tidak dapat diturunkan dengan pengobatan sehingga dokter memutuskan perlu menjalani operasi, yang dilakukan pada 14 Maret untuk mata kiri dan pada 15 Maret untuk mata kanan. Namun, dia harus menjalani operasi lagi pada 10 April karena tekanan yang tidak terkendali di mata kanannya. (Baca juga: Ayu Ting Ting: Bungaku Tumbuh Lagi )
Peneliti memperoleh sampel darah dan jaringan dari pasien selama operasi serta dari pasien lain yang menderita glaukoma tetapi bukan COVID-19 untuk memastikan kecurigaan mereka. Hasil penelitian menunjukkan ditemukan antigen, atau protein virus, pada iris dan pada konjungtiva, selaput lendir yang menutupi bagian depan mata.
Protein reseptor ACE2 juga ditemukan pada konjungtiva, dua bulan setelah pasien tersebut dinyatakan positif. “Berdasarkan hasil ini, mata juga merupakan salah satu organ target infeksi virus selain paru-paru,” penulis menyimpulkan.
Sebuah laporan baru menunjukkan bahwa jejak penyakit virus ditemukan di mata wanita berusia 64 tahun, dua bulan setelah dia pulih. (Baca juga: Dokter Gedung Putih: Trump Bukan Lagi 'Carrier' Virus Corona )
Dalam sebuah studi kasus, para peneliti merinci seorang wanita berusia 64 tahun yang didiagnosis dengan virus corona baru pada awal Februari dan dites negatif setelah 18 hari tinggal di rumah sakit.
Namun, tidak lama setelah keluar dari rumah sakit, dia mengalami nyeri di kedua matanya karena penumpukan cairan. Setelah menjalani operasi pada Maret, dia harus menjalani operasi tambahan pada April, di mana sampel jaringan mata menunjukkan bukti protein virus, menurut tim dari Rumah Sakit Umum Komando Teater Pusat, di Wuhan, Cina.
Dilansir Express, untuk mengumpulkan temuan itu, tim mengamati pasien yang sebelumnya terinfeksi COVID-19. Temuan ini kemudian dipublikasikan di JAMA Ophthalmology,
Sempat terjadi batuk kering selama lima hari dan diare selama sembilan hari sebelum masuk rumah sakit pada 31 Januari 2020. Dokter menemukan dia mengalami demam 37,8 celcius dan CT scan dada menemukan pola kelainan di paru-paru.
Setelah melakukan tes usap hidung, dia didiagnosis dengan virus corona, tetapi tidak memiliki gejala gangguan pernapasan atau mata yang serius selama dirawat di rumah sakit. Pada hari ke 18, gejalanya telah hilang dan dia menerima dua tes negatif, pertama pada 18 Februari dan yang kedua pada 20 Februari.
Pada 28 Februari, dia mulai mengalami sakit mata kiri dan kehilangan ketajaman penglihatan. Tiga hari kemudian, gejala yang sama berkembang di mata kanannya. Dokter menemukan dia mengalami serangan glaukoma akut, kondisi mata yang serius yang terjadi ketika tekanan cairan di dalam mata meningkat dengan cepat.
Tekanan mata tidak dapat diturunkan dengan pengobatan sehingga dokter memutuskan perlu menjalani operasi, yang dilakukan pada 14 Maret untuk mata kiri dan pada 15 Maret untuk mata kanan. Namun, dia harus menjalani operasi lagi pada 10 April karena tekanan yang tidak terkendali di mata kanannya. (Baca juga: Ayu Ting Ting: Bungaku Tumbuh Lagi )
Peneliti memperoleh sampel darah dan jaringan dari pasien selama operasi serta dari pasien lain yang menderita glaukoma tetapi bukan COVID-19 untuk memastikan kecurigaan mereka. Hasil penelitian menunjukkan ditemukan antigen, atau protein virus, pada iris dan pada konjungtiva, selaput lendir yang menutupi bagian depan mata.
Protein reseptor ACE2 juga ditemukan pada konjungtiva, dua bulan setelah pasien tersebut dinyatakan positif. “Berdasarkan hasil ini, mata juga merupakan salah satu organ target infeksi virus selain paru-paru,” penulis menyimpulkan.
(tdy)