Tak hanya Anak-Anak, Usia Dewasa Muda Juga Perlu Asupan Energi Tinggi

Senin, 30 Maret 2020 - 10:45 WIB
Tak hanya Anak-Anak, Usia Dewasa Muda Juga Perlu Asupan Energi Tinggi
Tak hanya Anak-Anak, Usia Dewasa Muda Juga Perlu Asupan Energi Tinggi
A A A
JAKARTA - Hasil survei jumlah Komuter Jabodetabek 2019 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk komuter di Jabodetabek mencapai 3,2 juta orang. Sebagian besarnya adalah pekerja berusia muda produktif. Aktivitas komuter ini tentu membutuhkan kekuatan fisik prima yang perlu didukung oleh asupan nutrisi yang tepat dalam kesehariannya.

Berdasarkan data Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2019 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, usia dewasa 19-29 tahun merupakan usia yang membutuhkan asupan energi paling besar dibandingkan dengan rentang usia lainnya. Rentang usia ini juga merupakan rentang usia yang paling membutuhkan nutrisi makronutrien dan mikronutrien yang cukup, termasuk diantaranya protein, mineral dan kalsium yang bisa didapatkan secara cepat dari susu.

Tak pelak susu menjadi salah satu sumber nutrisi penting penunjang kesehatan. “Usia dewasa muda memang merupakan rentang usia yang membutuhkan angka kecukupan energi cukup tinggi dan susu bisa dikatakan mengandung hampir semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh," ujar dr. Diana F. Suganda, M.Kes, Sp.GK, dokter spesialis gizi.

Tidak hanya mengandung nutrisi esensial (makronutrien) seperti protein, lemak dan karbohidrat, susu juga mengandung berbagai mikronutrien seperti kalsium, potassium dan magnesium yang sangat dibutuhkan anak muda dengan aktivitas dan mobilitas tinggi, imbuh dr. Diana. Penelitian yang dipublikasi di Journal of American College of Nutrition (2009) menyebutkan, konsumsi susu yang disertai dengan diet rendah garam bisa membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. "Ini karena susu mengandung kalium dan magnesium, yang membantu mengontrol tekanan darah," jelas dr. Diana.

Penelitian lain dari Journal of Clinical Nutrition (2015) dilakukan pada orang lanjut usia (65 tahun ke atas). Hasil Penelitian menyebutkan bahwa mereka yang rutin minum susu memiliki antioksidan glutathione yang lebih tinggi pada otak. Glutathione adalah antioksidan yang berperan penting melindungi otak dari ROS (reactive oxygen species) dan radikal bebas yang bisa merusak sel-sel otak dan menyebabkan stres oksidatif. ROS dan radikal bebas yang menumpuk di otak berhubungan dengan penyakit yang mempengaruhi fungsi otak seperti Parkinson, Alzheimer, dan dimensia karena sebab lain.

Dr. Diana menilai, banyak masyarakat yang menghindari susu full cream dan lebih memilih susu skim atau susu rendah lemak. Padahal, susu full cream membuat kita lebih kenyang otomatis asupan yang lain menjadi berkurang sehingga kalori pun dapat dipangkas. Hal ini merujuk pada penelitian Skandinavian Journal of Primary Health 2013. Jadi, jangan takut minum susu full cream asalkan sesuaikan dengan asupan total harian.

Namun perlu diketahui, segala kebaikan susu bisa didapat dengan dibantu aktivitas fisik. Ya, penyerapan susu harus dibantu dengan aktivitas fisik. Asupan kalsium saja tanpa ditunjang olahraga berarti tidak ada umpan balik. Hentakan kaki atau tarikan ototlah yang akan membuat tulang bertambah, dengan dukungan kalsium sebagai bahan pembentuk tulang. (Sri Noviarni)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6517 seconds (0.1#10.140)