Goa Jepang Saksi Bisu Perjuangan di Bukittinggi

Senin, 27 Oktober 2014 - 08:16 WIB
Goa Jepang Saksi Bisu Perjuangan di Bukittinggi
Goa Jepang Saksi Bisu Perjuangan di Bukittinggi
A A A
BERWISATA Sumatera Barat tidak lengkap kalau tidak ke Bukittinggi, apabila berkunjung ke Bukittinggi jangan lupa berkunjung ke salah satu goa paling terkenal di Sumatera, yakni Goa Jepang atau Lubang Jepang. Goa Jepang adalah saksi bisu sejarah penjajahan atau pendudukan Jepang yang masih tersisa ampai sekarang di Indonesia. Goa ini digunakan sebagai tempat persembunyian pejuang Bukittinggi dari tentara Jepang di Bukittinggi sekitar tahun 1942-1945.

Goa Jepang ditemukan tahun 1946. Baru tahun 1986 goa ini direnovasi. Menurut Pemandu Wisata Novirman, ada saksi mata bernama Rais yang mengalami masa pedih di zaman Jepang. “Saat itu Bukittinggi dikuasai Jepang. Untuk benteng pertahanan, mereka membuat lobang persembunyian,” ujarnya.

Secara geografis keberadaan Goa Jepang atau Lubang Jepang ini terletak di dekat Ngarai Sianok yang berada dalam kawasan objek wisata Taman Panorama Bukittinggi, Sumatera Barat. Taman Panorama dan Goa Jepang berada di Jl. Panorama Bukittinggi, Sumatera Barat, hanya beberapa meter dari Pical Sikai.

Akses memasuki Goa Jepang adalah melalu pintu masuk Taman Panorama. Walaupun sebelumnya ada dua pintu masuk lainnya, yaitu arah jalan Ngarai Sianok dan samping istana Bung Hatta. Namun kini kedua jalan masuk tersebut telah ditutup. Goa Jepang ini memiliki panjang sekitar 1.500 meter, lebar 2 meter dan tinggi sekira 3 meter. Namun demi keamanan saat ini hanya sepanjang 750 meter saja yang diizinkan untuk dimasuki wisatawan.

Tapi jangan khawatir dengan ukuran tersebut, Anda sudah akan puas melihat-lihat seisi goa dengan nuansa penjajahan masa lalu yang seolah dapat kita rasanya secara nyata. Dengan rongga berbentuk setengah lingkaran dengan tinggi berkisar dua meter itu, kecuali beberapa rongga, membuat para pengunjung terpaksa membungkuk untuk melewatinya.

Meskipun istilah Goa memberikan kesan horor, namun Anda tetap akan merasa aman saat melangkah memasuki goa ini. Karena kini diameter lorong yang berukuran 3 hingga 4 meter ini diterangi cahaya neon di tiap sisi.

Hanya saja, meski sudah di semen dan diberikan puving block pada sebagian lantainya, bagian dinding tetap dipertahankan sebagaimana awalnya yaitu bertekstur sekat yang dahulu dimaksudkan sebagai peredam gema suara di dalam goa. Kesan penjajahan semakin kuat jika Anda memperhatikan bekas guratan senjata yang menghiasi dindingnya.

Sebelum berhasil memijakkan kaki di dalam goa, terlebih dulu pengunjung akan dibawa menuruni 132 anak tangga. Dan perlu ekstra hati-hati, karena tangga tersebut cukup curam.

Sebagaimana layaknya sebuah tempat perlindungan, para pengunjung akan menemukan ruangan-ruangan seperti ruang penyimpanan amunisi, ruang sidang di posisi lebih dalam goa, ruang tahanan, ruang dapur dengan lubang pengintaian pada bagian atas serta sebuah lubang kecil tepat di bawahnya.

Konon, sejarah mengungkap tempat ini dahulunya menyimpan mayat para tahanan yang mati karena siksaan di dalam penjara. Bagian ujung liang goa mengarah di Sungai Sianok. Suasana di sini cukup membuat pengunjung bergidik. Selanjutnya, wisatawan akan bertemu dengan ruang penyergapan di lorong utama.

Sepanjang lorong, wisatawan dapat melihat empat lorong lain sebagai jalan keluar nantinya setelah puas menjelajahi Goa Jepang. Setibanya di ujung, pengunjung akan dihadapkan pada lorong barak militer. Terakhir, yang tak boleh luput adalah melintasi lorong ruang amunisi dan lorong dengan posisi menanjak sebagai jalan keluar goa.

Sebagaimana layaknya sebuah tempat perlindungan, dalam goa tersebut akan ditemukan ruangan-ruangan seperti ruang penyimpanan amunisi, ruang sidang di posisi lebih dalam goa, ruang tahanan, ruang dapur dengan lubang pengintaian pada bagian atas serta sebuah lubang kecil tepat di bawahnya. Konon, sejarah mengungkap tempat ini dahulunya menyimpan mayat para tahanan yang mati karena siksaan di dalam penjara.

Sejarah terbentuknya Goa Jepang ini tentu bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita karena tentunya dulu sewaktu sekolah kita pernah mempelajari tentang sejarahnya. Keberadaan Goa Jepang ini memang sebagai salah satu bukti dan saksi perjuangan para pahlawan kita dalam meraih kemerdekaan dan mempertahankan Indonesia.

Keberadaan Goa Jepang di Bukittinggi juga bukanlah suatu kebetulan. Letaknya yang strategis di tengah Pulau Sumatra, membuat Kota ini sempat menjadi Pusat Komando Pertahanan Tentara Jepang di Sumatera (Seiko Sikikan Kakka). Pasukan Jepang saat itu di bawah pimpinan Jenderal Watanabe.

Ruang Lubang Jepang Bukittinggi Selain untuk kubu pertahanan, goa ini juga berfungsi untuk ruang dapur, ruang makan, tempat penyimpan amunisi, barak, rumah sakit, ruang sidang, dengan total 27 ruangan kompleks lengkap. Bahkan, denah pun tertera di dinding pintu masuk. Tahanan penduduk Indonesia dipaksa dengan kejam mengerjakan penggalian Goa ini. Bahkan, tidak sedikit yang gugur akibat siksaan kerja paksa dalam pembuatan Goa Jepang ini.

Agar bisa menikmati keelokan Goa Jepang, para wisatawan bisa menempuh perjalanan selama 2 jam dari Kota Padang menuju Bukittinggi dengan menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi. Sesampai di Bukittinggi, bagi yang menggunakan angkutan umum dilanjutkan dengan angkutan kota tujuan Lobang Jepang. Bagi yang menggunakan kendaraan pribadi bisa langsung melanjutkan perjalanan ke Lubang Jepang.

Adapun tiket masuk bagi orang dewasa sebesar Rp 8.000,- dan Rp 5.000,- untuk anak-anak.
Lubang Jepang terletak di tengah Kota Bukittinggi, wisatawan yang ingin bermalam dapat menginap di penginapan atau hotel-hotel di kawasan kota.

Ditempat itu, wisatawan akan dimanjakan oleh aneka souvenir dan kuliner khas Bukittinggi. Salah satunya Nasi Kapau menjadi pilihan menarik kuliner yang bisa didapat di Pasar Lereng (samping Pasar Atas) Bukittinggi.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1947 seconds (0.1#10.140)