Telaga Warna Fenomena Alam Penuh Misteri

Kamis, 30 Oktober 2014 - 06:47 WIB
Telaga Warna Fenomena...
Telaga Warna Fenomena Alam Penuh Misteri
A A A
BOGOR - Puncak Pass, mungkin destinasi wisata yang lazim menjadi pilihan warga Ibukota Jakarta dan sekitarnya untuk menghabiskan akhir pekan. Namun, Anda tidak mengira di sekitar Puncak ada tempat wisata alam yang menarik untuk dikunjungi yakni Telaga Warna.

Telaga Warna yang berada di Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor ini terletak sekitar 200 meter dari Resto Rindu Alam setelah Masjid At-Ta'awun. Telaga Warna Puncak Pass Cisarua berbatasan dengan perkebunan teh Ciseureuh dan di sebelah barat dibatasi oleh areal perkebunan Gunung Mas, tepatnya masuk Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Sebelum ditetapkan sebagai kawasan taman wisata pada tahun 1972, kawasan Telaga Warna Puncak Pass Cisarua-Bogor, merupakan bagian dari Kawasan Cagar Alam hutan Gunung Mega Mendung dan hutan Gunung Hambalang. Di Telaga Warna Puncak Pass Cisarua, Anda bisa bermain Flying Fox. Selain itu Anda bisa duduk santai menikmati hijaunya hutan, danau yang tenang, semilir angin, atau sekedar bermain perahu.

Keindahan Telaga Warna tak cukup diungkap kata-kata. Inilah danau yang luar biasa indah. Dibalik itu, ternyata Telaga Warna menyembunyikan sejarah yang nyaris luput dari perhatian.

Petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah III Bogor yang mengelola perlindungan dan pelestarian alam flora dan fauna cagar alam Telaga Warna, Sahdi menuturkan hal itu. “Ada cerita menarik mengapa telaga ini disebut Telaga Warna,” ungkap Sahdi.

Sahdi menuturkan, dahulu Telaga Warna adalah patilasan atau peninggalan Kerajaan Kutatanggeuhan. Yakni sebuah kerajaan yang berpusat di lereng Gunung Lemo, Komplek Gunung Megamendung. Kerajaan Kutatanggeuhan dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Suarnalaya dengan permaisurinya bernama Purbamanah.

Setelah sekian lama membina rumah tangga, sang raja tak kunjung dikarunia seorang anakpun. Padahal, segala upaya sudah dilakukan untuk mendapatkan keturunan. Sampai-sampai para petinggi dan penasehat kerajaan menyarankan agar Sang Prabu memungut seorang anak sebagai penerus kerajaan, lalu mengangkatnya sebagai Putera Mahkota.

Sang Prabu menolak saran itu. Ia menginginkan keturunan asli dari Sang Permaisuri.Maka beliau memutuskan untuk bertapa, memohon kepada Yang Maha Kuasa agar mendapatkan keturunan dari Sang Permaisuri.

Setelah sekian waktu bertapa, akhirnya Sang Prabu mendapat wangsit yang isinya berupa saran agar Sang Prabu memungut seorang anak angkat, sama dengan saran dari para penasehat kerajaan. Hingga beberapa bulan kemudian Sang Permaisuri hamil. Kenyataan itu disambut suka cita Sang Prabu, dan seterusnya tibalah saat sang bayi lahir ke dunia dengan selamat dan sehat.

Singkat cerita setelah dewasa, Sang Prabu mengadakan pesta untuk puterinya dan Sang Puteri yang disayangi itu tidak terima hadiah kalung hingga akhirnya Sang Permaisuri pun menangis tiba-tiba bagian pendopo kerajaan mengeluarkan air.

Air yang keluar itu memancar dengan derasnya. Makin lama kian membesar, hingga akhirnya keraton Kerajaan Kutatanggeuhan tenggelam oleh air mata berikut segala isinya. Yang tampak kemudian hanyalah sebuah telaga yang indah dikelilingi pepohonan yang rindang.

Selain kisah Kerajaan Ketatanggeuhan, dibalik keindahan panorama alam tersebut, terdapat nuansa mistik yang begitu kental. Sewaktu-waktu, kejadian langka kerap terjadi di danau ini. Misalnya air telaga yang tenang dan jernih itu, sering berubah-ubah warna tanpa sebab yang jelas.

Fenomena seperti itu terus terjadi sampai sekarang, sehingga orang-orang menyebutnya Telaga Warna. Karena keanehan itulah banyak orang yang kebetulan melihat air telaga berubah warna, sering mengambil airnya untuk obat.

Selain itu, di dalam Telaga Warna, terdapat dua jenis ikan yang hingga kini menjadi misteri. Ikan itu ukurannya besar. Yang berwarna hitam diberi nama si Tihul dan yang kuning dinamakan si Layung. Namun, kedua ikan ini tidak ada yang mengetahui mana yang betina dan mana yang jantannya. Kabarnya, dua ikan ini sering berpindah-pindah. Sesekali sering terlihat di sumber mata air Sarongge Cianjur, dan kali lain ada di sumber air Ciburial, Bogor.

Keistimewaan lainnya, di tempat ini dapat dijumpai beberapa jenis flora asli hutan tropika pegunungan, seperti Puspa dan Kihiur serta beberapa tanaman tingkat rendah, antara lain Paku Tiang, Rame, dan Rotan.

Wisatawan juga bisa menemui beberapa jenis fauna liar, seperti hewan mamalia, primata, aves, dan reptilia. Adapun mamalia yang masih ada ialah macan tutul dan babi hutan. Kemudian jenis primata yang dilindungi di objek wisata Telaga Warna ialah kera abu-abu, surili, dan lutung.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1263 seconds (0.1#10.140)