Fashion Indonesia Yang Mendunia
A
A
A
Pekan mode Jakarta Fashion Week (JFW) 2015 kembali dihelat mulai Sabtu (1/11) lalu dengan tahapan semakin menguatkan sinergitas fashion Tanah Air bersama penyelenggaraan berbagai pekan mode di New York, Paris, London, dan Milan.
Hal itu ikut dibuktikan dengan keikutsertaan 10 desainer internasional dari 4 negara, yaitu Inggris, Jepang, Thailand, dan Korea Selatan. Hadir dalam pembukaan
JFW 2015, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Arief Budiman, dan Direktur Senayan City Ferry Setiadi. Sejumlah pergelaran membuka JFW 2015 yang rutin diadakan setiap tahun ini, di antaranya diisi oleh lulusan program Indonesia Fashion Forward (IFF) yang berjumlah 30 desainer. JFW 2015 juga menjadi pembuktian bagi para desainer IFF untuk menampilkan karya terbaik di depan para pencinta fashion, setelah ditempa program bimbingan yang ketat di bawah pengawasan para ahli mode dari Center for Fashion Enterprise, London.
Secara berkesinambungan, desainer lulusan IFF sudah secara berkala ikut serta di beberapa fashion week dunia. Belum lama ini, Albert Yanuar ikut andil di Seoul Fashion Week . Sebelumnya juga ada Windri Widiesta lewat label Nur-Zahra tampil di catwalk Tokyo Fahion Week hingga koleksinya ikut diulas beberapa media internasional terkenal seperti Women Wears Daily (WWD ).
Nama yang tak asing lagi, Tex Saverio, dua kali telah tampil di Paris Fashion Week. Begitu pula label Major Minor, Toton, Jenahara, Dian Pelangi, dan belasan perancang lainnya menyebar di seantero pekan mode di dunia. “Ketika kita bicara fashion, maka itu berhubungan dengan sinergi dan sifatnya global. Semua label berkolaborasi di JFW, membawa histori dari fabrics, kemudian dengan kerja sama bersama pekan mode yang ada di dunia, akhirnya kami menyamaratakan pemahaman tentang fashion,” sebut Svida Alisjahbana, Ketua Umum JFW 2015, saat pembukaan di Jakarta, Sabtu (1/11) lalu.
Adapun Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata menuturkan, sebanyak 12 juta tenaga kerja di ranah industri kreatif telah menyerap 12 juta tenaga kerja, yang 30 persennya berasal dari bidang fashion. Menurut dia penyelenggaraan JFW 2015 yang ketujuh pada tahun ini menjadi momentum penting bagi pelaku industri mode dalam menopang secara langsung arah gerak mode pada tahun mendatang. “Diharapkan fashion kita semakin mendunia dan bisa meningkatkan devisa negara,” sebut Arief.
Pada hari kedua, Minggu (2/11), tiga label hasil kurasi Japan Fashion Week Organization (JFWO), yakni Mannequins Japon, Motonari Ono, dan Somarto menjadi desainer internasional yang tampil. Ketiganya memberi kejutan dengan mempersembahkan rancangan busana muslim. “Ini menjadi koleksi baju muslim pertama yang mereka luncurkan,” sebut Diaz Parzada, Direktur Kreatif JFW 2015, saat konferensi pers di Jakarta.
Diaz mengatakan, desainer asal Negeri Samurai itu terkesan dengan koleksi desainer Indonesia, Windri Widhiesta Dhari, melalui label NurZahra saat tampil di Tokyo Fashion Week pada tahun lalu. Karena itu, ketiganya tertarik untuk meluncurkannya di JFW 2015. “Sepertiga penduduk dunia diperkirakan memopulerkan tren hijab. Selain itu, hijab juga tak terbatas untuk Indonesia dan Islam. Hijab bisa menjadi simbol fashion yang dinikmati siapa pun. Lebih dari itu, ada nilai yang dalam dari penggunaan hijab,” ujar Hideaki Sakaguchi saat jumpa pers, Minggu (2/11).
Sakaguchi mengusung rancangan baju muslim yang modern, chic, sporty, hybrid, dan elegan untuk perempuan muslim yang aktif. Untuk koleksi hijab, dia melakukan riset dan belajar secara autodidak, terutama dari berbagai penemuan kreativitasnya. Dengan label Mannequins Japon, dia menghadirkan garis minimalis yang identik dengan estetika budaya Jepang.
Motonari Ono, desainer yang dikenal dengan konsep Play Costume mengemas elemen konseptual dan kontemporer secara unik. Ia memakai material lembut seperti lace dari produsen lace ternama di Jepang. Potongan hadir dalam bentuk blazer, blus hingga dress . dominasi warna bermain pada palet navy blue, putih, dan abu-abu yang menggambarkan keindahan negeri asalnya, Jepang.
Tamae Hirokawa lewat label Somarta ikut mempersembahkan busana bagi wanita berhijab. “Saya mencoba belajar membuat pakaian muslim dan mengembangkan hijab fashion yang aktif,” sebutnya. Tamae mengaku begitu mengagumi keindahan tekstil yang dimiliki Indonesia. Kombinasi warna secara tradisional menjadi bagus. Dia ikut mengusulkan agar ada warna-warna baru yang bisa menambah kaya warna Indonesia.
Pada JFW tahun lalu, Motonari Oto dan Somarta juga menggelar karyanya, Ketika itu mereka menampilkan koleksi yang sarat nuansa glamor dan elegan. Motonari Ono membawa desain party dress yang elegan dengan bahan lace dan satin, serta motif bunga dan dominasi koleksi di warna hitam, cokelat, dan merah. Sementara Somarta menampilkan koleksi yang kental dengan nuansa Jepang.
Dyah ayu pamela
Hal itu ikut dibuktikan dengan keikutsertaan 10 desainer internasional dari 4 negara, yaitu Inggris, Jepang, Thailand, dan Korea Selatan. Hadir dalam pembukaan
JFW 2015, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi DKI Jakarta Arief Budiman, dan Direktur Senayan City Ferry Setiadi. Sejumlah pergelaran membuka JFW 2015 yang rutin diadakan setiap tahun ini, di antaranya diisi oleh lulusan program Indonesia Fashion Forward (IFF) yang berjumlah 30 desainer. JFW 2015 juga menjadi pembuktian bagi para desainer IFF untuk menampilkan karya terbaik di depan para pencinta fashion, setelah ditempa program bimbingan yang ketat di bawah pengawasan para ahli mode dari Center for Fashion Enterprise, London.
Secara berkesinambungan, desainer lulusan IFF sudah secara berkala ikut serta di beberapa fashion week dunia. Belum lama ini, Albert Yanuar ikut andil di Seoul Fashion Week . Sebelumnya juga ada Windri Widiesta lewat label Nur-Zahra tampil di catwalk Tokyo Fahion Week hingga koleksinya ikut diulas beberapa media internasional terkenal seperti Women Wears Daily (WWD ).
Nama yang tak asing lagi, Tex Saverio, dua kali telah tampil di Paris Fashion Week. Begitu pula label Major Minor, Toton, Jenahara, Dian Pelangi, dan belasan perancang lainnya menyebar di seantero pekan mode di dunia. “Ketika kita bicara fashion, maka itu berhubungan dengan sinergi dan sifatnya global. Semua label berkolaborasi di JFW, membawa histori dari fabrics, kemudian dengan kerja sama bersama pekan mode yang ada di dunia, akhirnya kami menyamaratakan pemahaman tentang fashion,” sebut Svida Alisjahbana, Ketua Umum JFW 2015, saat pembukaan di Jakarta, Sabtu (1/11) lalu.
Adapun Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata menuturkan, sebanyak 12 juta tenaga kerja di ranah industri kreatif telah menyerap 12 juta tenaga kerja, yang 30 persennya berasal dari bidang fashion. Menurut dia penyelenggaraan JFW 2015 yang ketujuh pada tahun ini menjadi momentum penting bagi pelaku industri mode dalam menopang secara langsung arah gerak mode pada tahun mendatang. “Diharapkan fashion kita semakin mendunia dan bisa meningkatkan devisa negara,” sebut Arief.
Pada hari kedua, Minggu (2/11), tiga label hasil kurasi Japan Fashion Week Organization (JFWO), yakni Mannequins Japon, Motonari Ono, dan Somarto menjadi desainer internasional yang tampil. Ketiganya memberi kejutan dengan mempersembahkan rancangan busana muslim. “Ini menjadi koleksi baju muslim pertama yang mereka luncurkan,” sebut Diaz Parzada, Direktur Kreatif JFW 2015, saat konferensi pers di Jakarta.
Diaz mengatakan, desainer asal Negeri Samurai itu terkesan dengan koleksi desainer Indonesia, Windri Widhiesta Dhari, melalui label NurZahra saat tampil di Tokyo Fashion Week pada tahun lalu. Karena itu, ketiganya tertarik untuk meluncurkannya di JFW 2015. “Sepertiga penduduk dunia diperkirakan memopulerkan tren hijab. Selain itu, hijab juga tak terbatas untuk Indonesia dan Islam. Hijab bisa menjadi simbol fashion yang dinikmati siapa pun. Lebih dari itu, ada nilai yang dalam dari penggunaan hijab,” ujar Hideaki Sakaguchi saat jumpa pers, Minggu (2/11).
Sakaguchi mengusung rancangan baju muslim yang modern, chic, sporty, hybrid, dan elegan untuk perempuan muslim yang aktif. Untuk koleksi hijab, dia melakukan riset dan belajar secara autodidak, terutama dari berbagai penemuan kreativitasnya. Dengan label Mannequins Japon, dia menghadirkan garis minimalis yang identik dengan estetika budaya Jepang.
Motonari Ono, desainer yang dikenal dengan konsep Play Costume mengemas elemen konseptual dan kontemporer secara unik. Ia memakai material lembut seperti lace dari produsen lace ternama di Jepang. Potongan hadir dalam bentuk blazer, blus hingga dress . dominasi warna bermain pada palet navy blue, putih, dan abu-abu yang menggambarkan keindahan negeri asalnya, Jepang.
Tamae Hirokawa lewat label Somarta ikut mempersembahkan busana bagi wanita berhijab. “Saya mencoba belajar membuat pakaian muslim dan mengembangkan hijab fashion yang aktif,” sebutnya. Tamae mengaku begitu mengagumi keindahan tekstil yang dimiliki Indonesia. Kombinasi warna secara tradisional menjadi bagus. Dia ikut mengusulkan agar ada warna-warna baru yang bisa menambah kaya warna Indonesia.
Pada JFW tahun lalu, Motonari Oto dan Somarta juga menggelar karyanya, Ketika itu mereka menampilkan koleksi yang sarat nuansa glamor dan elegan. Motonari Ono membawa desain party dress yang elegan dengan bahan lace dan satin, serta motif bunga dan dominasi koleksi di warna hitam, cokelat, dan merah. Sementara Somarta menampilkan koleksi yang kental dengan nuansa Jepang.
Dyah ayu pamela
(bbg)