Desainer Muda Semakin Eksis
A
A
A
Desainer muda terus bermunculan seiring semakin majunya industri kreatif dan mode di Tanah Air. Hal ini pun turut didukung kontribusi berbagai elemen mulai asosiasi perancang, institusi seperti sekolah mode, peritel, media, hingga pemerintah.
Dalam ajang Jakarta Fashion Week 2015, melalui program binaan Indonesia Fashion Forward (IFF) yang telah memberikan peningkatan kapasitas melalui pelatihan bersama Center for Fashion Enterprise (CFE) London, Inggris. Sejak tiga tahun belakangan, industri kreatif bidang mode semakin menunjukkan arahnya untuk terus menggali potensi para desainer muda.
Lebih dari 30 desainer telah mengikuti program binaan tersebut. “IFF adalah faktor kunci untuk program pengembangan kapasitas desainer muda. Program inkubasi yang juga bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan para ahli dari CFE. Kami berusaha untuk menciptakan lebih banyak talenta desainer,” ujar Svida Alisjahbana, Ketua Umum JFW 2015.
Sejak memulai program IFF tiga tahun yang lalu, Svida menyebutkan, telah banyak perkembangan luar biasa untuk bisnis yang dijalani para desainer. Kesempatan untuk tampil di beberapa fashion week dunia serta bertemu dengan stakeholder kunci di industri kreatif ini, seperti pusat perbelanjaan kelas dunia, hingga bisa masuk dalam jajaran peritelnya.
Tex Saverio, Major Minor, Monday to Sunday, Billy Tjong, Yosafat Dwi Kurniawan, Toton, Patric Owen, Dian Pelangi, NurZahra, Jenahara, dan Albert Yanuar, merupakan beberapa di antaranya yang sudah merasakan kompetitif dunia mode berkat keikutsertaan di fashion week, baik itu tampil di catwalk Paris, Tokyo, Dubai, Thailand, maupun Seoul.
Sebagian juga telah berkesempatan ikut dalam buyers room yang diikuti pemain industri mode secara global. Sebutlah Dian Pelangi yang merupakan desainer busana muslim pertama yang bergabung dengan program IFF. “Saya bergabung pada 2012 dan hingga kini ilmu itu begitu bermanfaat. Saya juga jadi tahu bahwa bagi desainer tak hanya cukup sekolah mode, juga perlu memahami masalah fotografi, hingga pemasaran,” sebut Dian saat ditemui di sela-sela acara JFW 2015 .
Perancang yang pada bulan lalu telah melakukan show di DC Fashion Week , Amerika, ini sebelumnya juga pernah tampil di Dubai dan beberapa negara Eropa. Bahkan, Dian juga akan dikirim ke London untuk salah satu acara fashion week di sana. Berbagi pengalamannya ikut serta di DC Fashion Week , Dian mengungkapkan bahwa di Amerika, menurut perempuan asal Palembang dan Pekalogan ini, mode busana muslim baru saja dimulai.
“Di sana namanya modest fashion. Mereka sudah mulai memperhatikan mode muslim, dan kita bangga karena Indonesia sudah lebih dulu dengan fashion hijab,” kata Dian. Adapun Yosafat Dwi Kurniawan mengaku sejak mengikuti IFF, bisnis mode yang dijalaninya jauh lebih berkembang.
“Pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya dan bisa melihat progresnya ke depan semakin baik. Sejauh ini hampir 500% bisnis saya mengalami peningkatan dari sisi penjualan,” tutur Yosafat.Bukan hanya karena kesempatan mengembangkan bisnis mode hingga luar negeri, menurut Yosafat, kepercayaan dari peritel lokal untuk membangun kerja sama ikut dirasakan sebagai dampaknya.
Dan, memang pada Oktober lalu, beberapa desainer lulusan IFF turut bekerja sama dengan Galeries Lafayette untuk menjual koleksinya di department store asal Prancis itu. Melanjutkan berbagai kesuksesan yang telah dicatat pada tahun sebelumnya, pada 2014 ini lima desainer IFF kembali tampil di ajang mode bergengsi Paris Fashion Week . Karya desainer NurZahra dan Major Minor mendapat sambutan baik dari pelaku mode dunia.
“Media mode kelas dunia seperti WWD dan Harper’s Bazzar USA edisi Juni 2014 bahkan memuat karya NurZahra setelah tampil di Tokyo Fashion Week ,” ucap Diaz Parzada, Direktur Kreatif JFW 2015. Di ajang Bangkok International Fashion Fair and Bangkok International Leather Fair 2014 , IFF diwakili Jenahara dan Monday to Sunday turut menggelar karyanya. Kemudian di ajang Fashion Kode 2014 , Soul, pada Juli lalu, Billy Tjong dan Patrick Owen sukses memukau para pencinta mode di Korea dan lebih dari 400 buyers internasional.
Dyah ayu pamela
Dalam ajang Jakarta Fashion Week 2015, melalui program binaan Indonesia Fashion Forward (IFF) yang telah memberikan peningkatan kapasitas melalui pelatihan bersama Center for Fashion Enterprise (CFE) London, Inggris. Sejak tiga tahun belakangan, industri kreatif bidang mode semakin menunjukkan arahnya untuk terus menggali potensi para desainer muda.
Lebih dari 30 desainer telah mengikuti program binaan tersebut. “IFF adalah faktor kunci untuk program pengembangan kapasitas desainer muda. Program inkubasi yang juga bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan para ahli dari CFE. Kami berusaha untuk menciptakan lebih banyak talenta desainer,” ujar Svida Alisjahbana, Ketua Umum JFW 2015.
Sejak memulai program IFF tiga tahun yang lalu, Svida menyebutkan, telah banyak perkembangan luar biasa untuk bisnis yang dijalani para desainer. Kesempatan untuk tampil di beberapa fashion week dunia serta bertemu dengan stakeholder kunci di industri kreatif ini, seperti pusat perbelanjaan kelas dunia, hingga bisa masuk dalam jajaran peritelnya.
Tex Saverio, Major Minor, Monday to Sunday, Billy Tjong, Yosafat Dwi Kurniawan, Toton, Patric Owen, Dian Pelangi, NurZahra, Jenahara, dan Albert Yanuar, merupakan beberapa di antaranya yang sudah merasakan kompetitif dunia mode berkat keikutsertaan di fashion week, baik itu tampil di catwalk Paris, Tokyo, Dubai, Thailand, maupun Seoul.
Sebagian juga telah berkesempatan ikut dalam buyers room yang diikuti pemain industri mode secara global. Sebutlah Dian Pelangi yang merupakan desainer busana muslim pertama yang bergabung dengan program IFF. “Saya bergabung pada 2012 dan hingga kini ilmu itu begitu bermanfaat. Saya juga jadi tahu bahwa bagi desainer tak hanya cukup sekolah mode, juga perlu memahami masalah fotografi, hingga pemasaran,” sebut Dian saat ditemui di sela-sela acara JFW 2015 .
Perancang yang pada bulan lalu telah melakukan show di DC Fashion Week , Amerika, ini sebelumnya juga pernah tampil di Dubai dan beberapa negara Eropa. Bahkan, Dian juga akan dikirim ke London untuk salah satu acara fashion week di sana. Berbagi pengalamannya ikut serta di DC Fashion Week , Dian mengungkapkan bahwa di Amerika, menurut perempuan asal Palembang dan Pekalogan ini, mode busana muslim baru saja dimulai.
“Di sana namanya modest fashion. Mereka sudah mulai memperhatikan mode muslim, dan kita bangga karena Indonesia sudah lebih dulu dengan fashion hijab,” kata Dian. Adapun Yosafat Dwi Kurniawan mengaku sejak mengikuti IFF, bisnis mode yang dijalaninya jauh lebih berkembang.
“Pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya dan bisa melihat progresnya ke depan semakin baik. Sejauh ini hampir 500% bisnis saya mengalami peningkatan dari sisi penjualan,” tutur Yosafat.Bukan hanya karena kesempatan mengembangkan bisnis mode hingga luar negeri, menurut Yosafat, kepercayaan dari peritel lokal untuk membangun kerja sama ikut dirasakan sebagai dampaknya.
Dan, memang pada Oktober lalu, beberapa desainer lulusan IFF turut bekerja sama dengan Galeries Lafayette untuk menjual koleksinya di department store asal Prancis itu. Melanjutkan berbagai kesuksesan yang telah dicatat pada tahun sebelumnya, pada 2014 ini lima desainer IFF kembali tampil di ajang mode bergengsi Paris Fashion Week . Karya desainer NurZahra dan Major Minor mendapat sambutan baik dari pelaku mode dunia.
“Media mode kelas dunia seperti WWD dan Harper’s Bazzar USA edisi Juni 2014 bahkan memuat karya NurZahra setelah tampil di Tokyo Fashion Week ,” ucap Diaz Parzada, Direktur Kreatif JFW 2015. Di ajang Bangkok International Fashion Fair and Bangkok International Leather Fair 2014 , IFF diwakili Jenahara dan Monday to Sunday turut menggelar karyanya. Kemudian di ajang Fashion Kode 2014 , Soul, pada Juli lalu, Billy Tjong dan Patrick Owen sukses memukau para pencinta mode di Korea dan lebih dari 400 buyers internasional.
Dyah ayu pamela
(bbg)