Populerkan Batik Urban

Jum'at, 14 November 2014 - 14:39 WIB
Populerkan Batik Urban
Populerkan Batik Urban
A A A
Para desainer dan lini busana semakin memopulerkan koleksi batik yang lebih modern di pekan mode. Begitu pun ketika perhelatan mode Jakarta Fashion Week (JFW ) 2015, maupun Bazaar IPMI Trend Show 2014 lalu.

Di perhelatan tersebut berbagai label mode mengusung konsep batik menjadi lebih urban. Di antaranya Alleira, Purana, TIKPrive, Bateeq, dan Populo Batik. Sisi urban batik dalam tema “Monoch Romantic” ditampilkan lini busana Alleira di perhelatan JFW 2015 .

Sesuai namanya, warna-warna monokromatik dan gaun berstruktur yang menimbulkan kesan romantis. “Monokromatik” menampilkan dua sisi kewanitaan dengan satu sisi para wanita yang cenderung hangat dan feminin, juga memiliki sisi dingin yang dinamis dan modern. Berangkat dari pergerakan wanita kaum urban tersebut yang kemudian menciptakan kesan simpel dan elegan sebagai inspirasi.

Digambarkan dalam siluet yang tegas, namun tetap dengan sentuhan kelembutan wanita. Warna-warna monokromatik tadi hadir bersama palet biru, hitam, abu-abu, dan putih yang diimbangi dengan palet hangat seperti hijau muda, oranye, kuning, dan merah untuk menggambarkan harmonisasi sisi dinamis dan sisi kewanitaan. Label Bateeq di ajang JFW 2015 mengeluarkan tema “Tumaruntum” yang inspirasinya berasal dari motif truntum asal Jawa Tengah.

Arti tumaruntum adalah cinta abadi yang terus berkembang. Berdasarkan makna tersebut, motif ini memang biasanya dipakai orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Adapun deretan busana yang hadir dari motif ini oleh Bateeq berupa billowy dress, lightweight shirt, dan culottes, serta flirty skirts .

Dari label Populo Batik, inspirasi motif batik tradisional diambil dari Jawa pesisiran keraton. Namun, penggunaan motif hanya diambil sebagian menjadi satu bentuk monokrom yang klasik. “Kami buat dalam bentuk boomber jacket dan layering t-shirt agar terkesan sebagai urban batik,” sebut Bayu sumarono, desainer dari Populo Batik.

Motif tegel kuno yang biasa terhampar di griya saudagar batik Jawa dan rumah-rumah yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia menjadi inspirasi latar koleksi “Tale of Tiles” dari Purana. Label yang konsisten mengolah kain Nusantara tersebut pada persembahan karya teranyarnya memadukan Thai silk dengan teknik batik tulis dan pewarnaan sistem colet.

Dengan sutra ATBM yang diproses tie-dye atau model jumputan, motif polkadot dan geometris yang modern dari jumputan berpadu manis bersama motif tegel yang kental terinfusi budaya Tiongkok dan Eropa. Penampakannya tampil dalam siluet simpel yang mewujud blazer, jaket sporty, jumpsuit , hingga gaungaun multifungsi.

Kesegaran warna khas musim panas dari lembayung ungu orchid, palm green , biru kobalt, merah, serta toska menghiasi keseluruhan tampilan. Purana mengemas dengan fasih rumusan tersebut dalam bubuhan sejarah, tanpa meninggalkan keahlian tangan artisan lokal. “Rileks, mudah dipadupadankan, terkoneksi dengan wanita urban yang dinamis dan praktis,” tutur Nonita, desainer dari Purana.

Senada, label TIKPrive, sebagai koleksi busana batik dengan kualitas premium karena menggunakan kain batik karya pembatik terbaik. Ikut mengusung gaya urban yang simpel, namun kaya aksen dan sangat wearable . Kain batik yang digunakan TIKPrive didesain secara khusus oleh Iwet Ramadhan, kemudian dikerjakan oleh pembatik terbaik seperti Lim Ping Wie dari Pekalongan dan Situ Samsiyah dari Tanjung Bumi, Madura.

Adapun koleksi pakaiannya dirancang oleh desainer muda, Erica Lisani. “Kami ingin memperkenalkan batik. Tidak hanya kainnya, juga cerita motifnya, profil pembatiknya,” sebut Iwet. Setiap desain TIKPrive yang dirancang oleh Erika Lisani mencantumkan makna dari motifnya. Hal itu merupakan salah satu dari kode dan simbol yang dimiliki TIKPrive.

Kode dan simbol lainnya yang ikut digunakan adalah aksen merah yang tampil dalam berbagai wujud, misalnya lining dalam, aksen kancing, hingga aksen motif batiknya. Desain yang sederhana dengan detail-detail aksen yang kuat juga menjadi salah satu kode dan simbol TIKPrive.

“Kami dari TIKPrive hanya akan mengangkat motif-motif klasik yang sarat makna dan cerita yang filosofis. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk nyata melestarikan berbagai motif klasik,” sebutnya. Dalam hal warna, indigo menjadi inspirasi teknik pewarnaan alami dengan menggunakan tanaman indigo fera yang sudah cukup lama digunakan sebagai pewarna alami untuk batik dan kain tradisional lainnya.

Indigo, yang juga menjadi judul koleksi, terinspirasi dari gaya hidup kaum pekerja. Mengusung sisi praktis dan mengutamakan kenyamanan menjadi ciri khas kuat pada rangkaian koleksi tersebut.

Dyah ayu pamela
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0764 seconds (0.1#10.140)