Aplikasi Kurio dan Generasi Kurasi
A
A
A
Klik! Yuanita Safitri menutup notebook-nya. Tugas kuliahnya sudah rampung. Ia lantas merebahkan tubuh di sofa sebuah cafe di bilangan SCBD, Jakarta Selatan, dan mulai mengaktifkan smartphone-nya.
Aplikasi pertama yang ia buka adalah ini: Kurio. Kurio, yang berasal dari kata ”curious”, merupakan aplikasi lokal buatan Merah Putih Inc, inkubator beberapa perusahaan perintis di Indonesia. Kegunaan Kurio mirip kurator lukisan di sebuah pameran. Aplikasi yang tersedia gratis untuk platform iOS dan Android tersebut memungkinkan pengguna memilih sendiri (self curation) topik atau informasi sesuai kebutuhan, ketertarikan, serta seleranya.
Memanfaatkan Kurio pun sangat mudah. Setelah membuat akun di aplikasi, pilih topik yang ingin dibaca. Misalnya teknologi, automotif, atau kesehatan. Setelah itu, Kurio akan menampilkannya dalam bentuk potongan label indah berwarna-warni yang mendorong pengguna untuk meng-klik.
Berikutnya, pengguna diarahkan ke berbagai konten sesuai topik yang dipilih sebelumnya. Klik sekali lagi, artikel pun terbuka cepat. Jauh lebih cepat dibanding membuka linkdi Facebook atau Twitter. Ketika memulai membaca, ternyata kenyamanan tidak berkurang.
Menggeser-geser halaman terasa sangat alami. Ukuran foto dan huruf yang nyaman dimata membuat betah. Mudah sekali untuk lupa sudah berapa lama kita membaca! Kurio juga terintegrasi dengan baik ke sosial media. Hanya butuh selangkah untuk membagi artikel inspiratif ke Twitter atau Facebook. Linimasa Twitter juga bisa dipantau langsung di dalam aplikasi. Jadi, pengguna bisa mencerna berbagai informasi sambil tetap terhubung ke sosial media.
Generasi C
Bagi Yuanita Safitri, proses ”kurasi informasi” telah berubah tingkatnya dari sekadar penting menjadi sangat penting. ”Sebab, arus informasi sekarang ini ibarat keran air yang dibuka lebar. Deras dan tidak terbendung,” ujarnya.
Padahal, Yuanita melanjutkan, ia hanya butuh informasi-informasi yang memang penting dan relevan baginya. ”Misalnya fashion, film, traveling, musik, atau gaya hidup sehat,” tuturnya. Proses kurasi ini memang menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai generasi C!, yakni Connection, Creation, Curation, danCommunity.
Gen C ini, menurut studi yang dilakukan oleh Google, adalah mereka yang berusia dibawah 35 tahun yang smart dan sangat fasih dengan teknologi. Mereka selalu terhubung (always on), mengutilisasi teknologi dalam kehidupan dan pekerjaan, serta terus mengisi otak mereka dengan berbagai informasi berguna.
Sebagai bagian dari Gen C, hiburan utama Yuanita datang dari internet. Ia menghabiskan lebih banyak waktu menonton video onlinedi YouTube dibanding televisi dirumahnya. Sehariharinya ia juga bersosialisasi lewat “likes”, “+1”, “comments” dan ”retweets”.
Proses besar yang dilakukan Gen C seperti Yuanita dalam kesehariannya adalah ini: mengkurasi informasi, mengonsumsi informasi, dan membagi informasi itu ke sosial media untuk menghasilkan sebuah interaksi. ”Rasanya menyenangkan berbagi konten yang bisa menginspirasi, membuat tertawa, atau sekadar menimbulkan senyuman di bibir,” ujarnya.
Sejuta Pengguna
Gen C seperti Sarah yang disebut Google sebagai “natural born curators” ini jumlahnya di Indonesia terus membesar. Salah satu buktinya adalah besarnya respon yang di dapat aplikasi Kurio yang telah diunduh lebih dari 50.000 kali sejak pertama dirilis. Pengguna aktif bulanan (monthly active user) Kurio cukup tinggi, yakni 40%.
Setiap pengguna rata-rata mengikuti 24 topik kategori dan sumber berita, menghabiskan waktu 10 menit per hari untuk membaca, serta mengakses aplikasi 2-3 kali seminggu. Founder dan CEO Kurio David Wayne Ika punya target besar. Hingga setahun kedepan pihaknya berharap agar Kurio bisa memiliki 1 juta pengguna dengan active userssekitar 500 ribu-800 ribu orang.
Untuk mencapainya, Merah Putih Inc terus meningkatkan pengalaman pengguna untuk mendapatkan dan mencerna berbagi informasi di Kurio lewat kerja sama memperkaya konten. Salah satunya menggandeng komunitas seperti Greenpeace, Gerak Cepat dan Social Media Strategist Club (SMSC).
”Pengguna bisa mendapat artikel dan perkembangan suatu topik yang sedang dibahas oleh komunitas-komunitas tersebut,” ungkap David. Selain itu, fitur Kurio terus diperbaiki. Misalnya menambah fitur “Favorit” untuk iOS 8 & Android 5.0 Lollipop. Lewat fitur Favorit, pengguna cukup menekan ikon Bintang untuk membaca sebuah artikel.
David sendiri berharap Kurio bisa mendorong lebih banyak lagi kaum muda menjadi bagian dari Gen C.Bukan hanya kaum muda yang memanfaatkan internet untuk sekadar hiburan seperti game online atau chatting. Sudah seharusnya memang internet membawa manfaat yang positif.
Pelajar seperti Yuanita bisa mendapatkan informasi di bidang kesehatan atau gaya hidup, pelaku UKM bisa belajar tentang marketing, sementara kaum profesional bisa mengikuti perkembangan berita dengan mudah. Knowledge is power. Tapi, ada proses agar kita bisa memanfaatkan sebuah informasi menjadi tepat guna. Salah satunya melalui aplikasi seperti Kurio ini.
Danang arradian
Aplikasi pertama yang ia buka adalah ini: Kurio. Kurio, yang berasal dari kata ”curious”, merupakan aplikasi lokal buatan Merah Putih Inc, inkubator beberapa perusahaan perintis di Indonesia. Kegunaan Kurio mirip kurator lukisan di sebuah pameran. Aplikasi yang tersedia gratis untuk platform iOS dan Android tersebut memungkinkan pengguna memilih sendiri (self curation) topik atau informasi sesuai kebutuhan, ketertarikan, serta seleranya.
Memanfaatkan Kurio pun sangat mudah. Setelah membuat akun di aplikasi, pilih topik yang ingin dibaca. Misalnya teknologi, automotif, atau kesehatan. Setelah itu, Kurio akan menampilkannya dalam bentuk potongan label indah berwarna-warni yang mendorong pengguna untuk meng-klik.
Berikutnya, pengguna diarahkan ke berbagai konten sesuai topik yang dipilih sebelumnya. Klik sekali lagi, artikel pun terbuka cepat. Jauh lebih cepat dibanding membuka linkdi Facebook atau Twitter. Ketika memulai membaca, ternyata kenyamanan tidak berkurang.
Menggeser-geser halaman terasa sangat alami. Ukuran foto dan huruf yang nyaman dimata membuat betah. Mudah sekali untuk lupa sudah berapa lama kita membaca! Kurio juga terintegrasi dengan baik ke sosial media. Hanya butuh selangkah untuk membagi artikel inspiratif ke Twitter atau Facebook. Linimasa Twitter juga bisa dipantau langsung di dalam aplikasi. Jadi, pengguna bisa mencerna berbagai informasi sambil tetap terhubung ke sosial media.
Generasi C
Bagi Yuanita Safitri, proses ”kurasi informasi” telah berubah tingkatnya dari sekadar penting menjadi sangat penting. ”Sebab, arus informasi sekarang ini ibarat keran air yang dibuka lebar. Deras dan tidak terbendung,” ujarnya.
Padahal, Yuanita melanjutkan, ia hanya butuh informasi-informasi yang memang penting dan relevan baginya. ”Misalnya fashion, film, traveling, musik, atau gaya hidup sehat,” tuturnya. Proses kurasi ini memang menjadi bagian dari apa yang disebut sebagai generasi C!, yakni Connection, Creation, Curation, danCommunity.
Gen C ini, menurut studi yang dilakukan oleh Google, adalah mereka yang berusia dibawah 35 tahun yang smart dan sangat fasih dengan teknologi. Mereka selalu terhubung (always on), mengutilisasi teknologi dalam kehidupan dan pekerjaan, serta terus mengisi otak mereka dengan berbagai informasi berguna.
Sebagai bagian dari Gen C, hiburan utama Yuanita datang dari internet. Ia menghabiskan lebih banyak waktu menonton video onlinedi YouTube dibanding televisi dirumahnya. Sehariharinya ia juga bersosialisasi lewat “likes”, “+1”, “comments” dan ”retweets”.
Proses besar yang dilakukan Gen C seperti Yuanita dalam kesehariannya adalah ini: mengkurasi informasi, mengonsumsi informasi, dan membagi informasi itu ke sosial media untuk menghasilkan sebuah interaksi. ”Rasanya menyenangkan berbagi konten yang bisa menginspirasi, membuat tertawa, atau sekadar menimbulkan senyuman di bibir,” ujarnya.
Sejuta Pengguna
Gen C seperti Sarah yang disebut Google sebagai “natural born curators” ini jumlahnya di Indonesia terus membesar. Salah satu buktinya adalah besarnya respon yang di dapat aplikasi Kurio yang telah diunduh lebih dari 50.000 kali sejak pertama dirilis. Pengguna aktif bulanan (monthly active user) Kurio cukup tinggi, yakni 40%.
Setiap pengguna rata-rata mengikuti 24 topik kategori dan sumber berita, menghabiskan waktu 10 menit per hari untuk membaca, serta mengakses aplikasi 2-3 kali seminggu. Founder dan CEO Kurio David Wayne Ika punya target besar. Hingga setahun kedepan pihaknya berharap agar Kurio bisa memiliki 1 juta pengguna dengan active userssekitar 500 ribu-800 ribu orang.
Untuk mencapainya, Merah Putih Inc terus meningkatkan pengalaman pengguna untuk mendapatkan dan mencerna berbagi informasi di Kurio lewat kerja sama memperkaya konten. Salah satunya menggandeng komunitas seperti Greenpeace, Gerak Cepat dan Social Media Strategist Club (SMSC).
”Pengguna bisa mendapat artikel dan perkembangan suatu topik yang sedang dibahas oleh komunitas-komunitas tersebut,” ungkap David. Selain itu, fitur Kurio terus diperbaiki. Misalnya menambah fitur “Favorit” untuk iOS 8 & Android 5.0 Lollipop. Lewat fitur Favorit, pengguna cukup menekan ikon Bintang untuk membaca sebuah artikel.
David sendiri berharap Kurio bisa mendorong lebih banyak lagi kaum muda menjadi bagian dari Gen C.Bukan hanya kaum muda yang memanfaatkan internet untuk sekadar hiburan seperti game online atau chatting. Sudah seharusnya memang internet membawa manfaat yang positif.
Pelajar seperti Yuanita bisa mendapatkan informasi di bidang kesehatan atau gaya hidup, pelaku UKM bisa belajar tentang marketing, sementara kaum profesional bisa mengikuti perkembangan berita dengan mudah. Knowledge is power. Tapi, ada proses agar kita bisa memanfaatkan sebuah informasi menjadi tepat guna. Salah satunya melalui aplikasi seperti Kurio ini.
Danang arradian
(bbg)